"Ibu sama Bapak pulanglah duluan! Biar Aku diskusikan dulu sama Amel!"
"Yang bener kamu! Kapan kamu pulang ke kampung? Kita masih mau nunggu keputusannya!" tutur Mariana.
Amelia hanyalah jadi pendengar setia saja. Tak ikut nimbrung dalam obrolan yang menurutnya adalah obrolan gila.
"Soleh! Jangan cengengesan! Kamu memangnya mau bapakmu masuk penjara gara-gara gak sanggup bayar hutang?" semprot Mariana melihat putra pertamanya itu hanya tersenyum saja.
"Ya ndak lah, Bu! Biarkan dulu Aku diskusi sama Amel. Kan Aku bilang begitu tadi. Nanti kukabari kalo sudah bulat mau pulang kampung! Sebaiknya kalian pulang hari ini!"
"Jadi kamu ngusir kita?" ucap Anta dengan suara melengking.
"Bukannya ngusir juga. Janganlah Bapak tersinggung begitu. Mana pernah Soleh tersinggung ucapan Bapak yang kadang tanpa filter. Iya khan?"
Kini Soleh yang menyindir karena sedikit emosi.
Sebenarnya hatinya juga kesal. Ibu bapak seolah tanpa perasaan mengungkapkan keinginannya menikahkan Dia lagi di depan Amelia.
Beruntung Amelia itu tipikal istri yang tidak terlalu membesar-besarkan masalah.
Soleh tahu hati Amel pasti terluka. Tetapi istrinya itu pandai menyembunyikan luka hatinya dan masih berusaha bersikap baik kepada kedua orang tuanya.
Sulit mendapatkan wanita yang memiliki sifat seperti Amelia. Wanita cantik, bertubuh seksi, berkata-kata manis, bisa dengan mudah Soleh taklukkan. Tetapi mendapatkan istri sesabar dan sesetia Amelia ditengah himpitan ekonomi hidup rasanya sulit sekali. Seperti mencari jarum dalam tumpukan jerami.
Pukul sepuluh menjelang siang kedua orang tuanya pulang ke kampung.
Tiga lembar uang seratus ribuan Soleh sisipkan di tangan Anta, Bapaknya yang terlihat lesu.
"Kamu gak kerja, Leh?" tanyanya baru tersadar kalau Soleh ada di rumah sejak pagi tadi.
"Shift siang mungkin ya?" tebak Mariana, ibunya.
"Soleh di PHK!" jawabnya singkat.
"Hah? Apa???"
Kedua orang tuanya melotot kaget.
Mariana yang sudah memakai sandal kembali melepas lagi.
"Makanya lebih baik kalian jangan lama-lama di sini. Maaf..., Aku nganggur sekarang. Anakmu ini hanya minta pengertian sedikit saja."
Lemas lutut Mariana. Satu ATM putranya dalam kondisi tidak menggembirakan. Bagaimana hidup dia dan suami kedepannya nanti. Begitu pikir Mariana.
"Makanya, nikahi Siti Juriah! Kamu bisa kerja di bengkel bapaknya!" seloroh Anta membuat Soleh mengangkat jari telunjuknya ke atas bibir. Meminta Anta untuk diam dan tutup mulut.
................
"Amelia..."
"Ya, Bang!"
"Aku... akan nikahi Siti Juriah."
Hancur hati Amelia seketika.
Bibirnya membiru, hanya bergetar tanpa bisa mengeluarkan kata seperti hatinya yang berisik melontarkan ungkapan kekesalan juga makian.
"Kamu sudah bulat ingin nikah lagi, Bang?" tanya Amelia juga akhirnya.
"Tentu saja atas izinmu. Tanpa itu, aku tidak akan melangkah maju!"
"Maksudmu apa, Bang? Maksudmu apa?" tukas Amel dengan pertanyaan yang diulang-ulang.
Gemas, geram, sedih juga sakit bercampur jadi satu.
"Dengarkan dulu strategiku!"
"Strategi apa? Strategi berpoligami? Itu beda dengan strategi berpolitik apa lagi strategi perang!"
Amelia terpancing amarahnya.
Keributan mulai menguasai obrolan mereka yang seharusnya berjalan lebih santai.
"Dengar! Aku belum pernah bertemu si Siti Juriah itu! Entah apakah dia secantik dirimu, atau mungkin buruk rupa hingga bapaknya memilih menjodohkannya dengan pria asing! Semua belum jelas juga, Amel! Jadi jangan berfikir terlalu buruk juga hingga imbasnya kamu marah melebihi batas."
"Terang saja Aku marah! Terang saja Aku kesal sekali. Ini urusannya bukan lagi susah cari uang! Tapi membagi hati pada dua wanita yang berbeda. Apa kamu sanggup? Apa bisa adil?" maki Amelia mulai kehilangan kesopanannya lagi pada sang suami.
"Aku menganggur. Untuk tiga bulan kedepan, apakah ada orang yang mau mempekerjakanku yang sudah berusia 35 tahun?! Bagaimana kalau Aku belum juga mendapatkan pekerjaan?"
"Selagi kita sehat, InshaAllah rezeki pasti Allah turunkan untuk kita! Masa' iya, beras seliter sehari sampai gak kebeli!? Setidaknya, ada pasti kerjaan lain walaupun sebagai buruh kasar, Bang! Yang penting kita mau berusaha dan giat bekerja diiringi doa!"
"Faham, aku faham maksudmu! Makanya dengerin aku dulu, Amelia!"
Amelia menghela nafas.
Amat panjang dan penuh tekanan.
"Beri aku izin menikah lagi. Perempuan itu punya banyak harta warisan orang tua. Dan kita bisa manfaatin dia. Gimana?"
Mendongak wajah Amelia mendengar pendapat suaminya yang benar-benar seperti orang jahat.
"Bang?! Istighfar, Bang! Itu bukan jalan terbaik untuk permasalahan kita!" ucap Amel tegas.
Amelia tak percaya, orang yang sudah sepuluh tahun hidup bersamanya itu kini memiliki pemikiran aneh, jahat dan menakutkan baginya.
"Aku istighfar selalu Amel! Justru ini bisa menjadi jalan yang terbaik buat kita semua. Kalau kita ambil jalan ini, semua sepertinya teratasi!"
"Hahh???"
"Aku menikah lagi. Mengawini perempuan yang punya nama buruk di lingkungan kampung. Aku, juga kamu akan dapat bagian pahalanya. Karena menolong orang yang sedang dirundung kesusahan!"
Amelia semakin melongo, tak sanggup berkata apa-apa selain bengong melompong mendengar tujuan dan maksud Soleh yang minta izin dirinya untuk menikah lagi.
"Bapak Ibu juga pasti senang. Dan mereka gak akan ngusik kamu lagi dalam segala hal. Aku bisa memberi mereka notice kalau aku bisa nikah lagi karena izin juga kebaikanmu. Jadi mereka tidak boleh jahat lagi sama kamu. Kamu akan hidup tenang setelah itu."
Amelia menatap ke depan dengan pandangan kosong. Blank fikirannya seketika.
"Aku hanya akan minta kesabaranmu tiga tahun lamanya dalam pernikahan dengan perempuan itu. Hanya tiga tahun, kamu bersabar membagi aku dengan perempuan itu. Aku bisa kerja mengelola harta benda kedua orang tuanya. Dan akan kusisihkan untuk masa depan kita nantinya, Amelia!"
Amel tak menjawab. Hanya diam tak bergeming. Tubuhnya dingin.
Semua sel-sel syarafnya seolah terputus dan ia mati rasa. Tak ada lagi rasa yang tersisa.
Bahkan sekedar tetesan air mata pun tak mampu keluar dari salurannya.
"Amel!"
Soleh memegang tangannya.
"Fikirkan lagi, Amel! Tiga tahun saja. Anggap saja ini pernikahan kontrak. Untuk menolong orang dan membahagiakan orang tua, pahalanya pasti akan sangat besar, bukan?"
Soleh terus membombardir Amelia dengan dokrin-dokrinnya yang salah.
"Kamu tau? Diluaran sana banyak para suami yang berselingkuh dan menutup rapat-rapat aib dari suaminya. Bahkan kamu tau Dendra? Dia sudah lima tahun punya istri simpanan di belakang Janah. Kamu kaget kan? Iya kan? Pria baik seperti Dendra bisa mengkhianati Janah,... Kamu kenal mereka berdua, kan? Pasti kamu gak percaya, Amel! Tapi ternyata begitulah kondisinya. Dan sekarang si Janah itu pulang kampung untuk tetirah mengobati hatinya yang luka!"
Amelia hanya bisa menyelami riak di bola mata Soleh, suaminya. Betapa dia bukan tidak percaya pada si Dendra dan Janah temannya Soleh, pasangan suami istri yang seumuran dengan mereka dan sudah dikaruniai seorang anak. Tapi Amel justru tak percaya, suaminya bisa meminta izin menikah lagi dengan santainya.
"Kalau sampai pernikahanku dengan perempuan itu memiliki anak, setelah tiga tahun kita tetap akan cerai dan anak itu kita adopsi dengan membuat surat akta lahir berisikan namamu dan namaku sebagai orang tua kandungnya. Bagaimana? Bagus bukan rencanaku, Amel? Kita bakalan punya anak, beli rumah sendiri dan kamu cukup buka warung sembako kecil-kecilan di teras rumah kita nanti! Hanya butuh waktu tiga tahun, istriku Amelia! Kumohon kamu untuk memikirkannya. Dan aku akan berusaha adil seadil-adilnya!"
Prang...
Gelas yang ada di meja makan seketika hancur berantakan. Amelia membantingnya tanpa kata.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Min Yoon-gi💜💜ᴅ͜͡ ๓
lempar ke wajah soleh aja Mel. aku gemes wkwkkwkw
2023-04-05
0
TK
buat Amelia ☕
2023-03-27
0
Sevtia Ganda
lempar aja ke mukanya itu gelas biar sadar si soleh
2023-02-27
0