Amelia tertegun setelah menerima panggilan telepon di ponselnya.
Mariana, Sang ibu mertua memintanya untuk segera menentukan sikap. Soleh akan segera melangsungkan pernikahan dengan Siti Juriah. Tinggal menunggu tanda tangan darinya saja.
Mariana bahkan mengancam Amel. Jika Ia tak segera merespon keinginan Soleh, dalam waktu dekat Soleh berencana menceraikannya.
Tentu saja itu adalah ancaman bohong belaka.
Soleh tidak pernah mengatakan itu.
Soleh hanya bilang, ia akan maju menikah lagi jika Amelia mengizinkan. Tapi jika tidak, suaminya itu tidak akan melakukannya. Dan itupun sejujurnya ucapan asal saja karena kepalanya yang mumet memikirkan masa depan.
"Ibu... Bolehkah saya berbicara dulu dengan Abang?"
Mariana mendesis. Tetapi akhirnya Ia menyerahkan hapenya pada Soleh seraya berujar, "Nih! Si Amel mau ngomong!"
Soleh yang gugup mendengar suara lembut Amelia dari seberang sana.
...[Amel... Maaf...]...
Hanya dua kata itu yang sanggup Soleh lontarkan pada istrinya.
"Abang, pulang lah dulu! Amel mau kita diskusikan ini dulu sebelum Abang menikah lagi!"
Deg
Jantung Soleh seolah terkena pukulan palu yang sangat besar.
Amelia terdengar pasrah menyuruhnya pulang segera.
Klik.
Istrinya mematikan ponselnya.
Soleh hanya bisa diam dan memberikan kembali ponsel Mariana. Sementara Juriah diam-diam memperhatikan mimik raut wajahnya tanpa banyak bicara.
Pertemuan itu ditutup setelah seorang petugas keamanan masuk dan memberitahukan kalau jam besuk telah selesai.
Juriah dan keluarganya pamitan pulang.
"Mas, jangan terlalu difikirkan! Kita tidak perlu menikah dan Mas tidak perlu bertengkar dengan Mbak Amelia! Saya juga akan gigih mempertahankan harga diri saya sampai titik penghabisan!"
Soleh menjenghak. Siti Juriah justru memberinya semangat kekuatan agar tidak larut dalam tekanan keluarga mereka masing-masing.
Intinya Siti Juriah bukanlah seperti gadis-gadis kampung kebanyakan. Yang lebih sering manut saja pada perintah orang tua.
"Juriah! Tunggu!"
Gadis itu menoleh ke belakang. Melihat Soleh yang berjalan cepat menghampirinya.
"Minta nomor pribadimu!"
Mereka berdua saling memberi nomor pribadi masing-masing. Ada rencana Soleh untuk melanjutkan pembicaraan dengan Juriah lewat handphone nantinya.
Mariana yang memperhatikan interaksi Soleh dengan Juriah diam-diam mendawamkan banyak doa dan harapan.
Semoga mereka berjodoh dan bisa duduk bersanding di pelaminan usai ijab kabul. Begitu doa Mariana dalam hati.
Soleh sendiri tidak pulang.
Ia kini mendapat giliran untuk menemani Mariana tidur di rumah sakit.
Besok ibunya akan segera pulang setelah mendapat izin dari dokter yang menanganinya.
Soleh juga menchat Amelia kalau Ia akan pulang besok malam ke ibukota setelah Sang Ibu pulang ke rumah.
Amelia tak banyak menuliskan kata-kata. Hanya kalimat doa berharap Ibu mertuanya segera sehat kembali.
..............
Ini malam kedua Amelia tidur sendiri.
Kali ini perasaannya jauh lebih sedih.
Ibu mertuanya mengatakan hal yang paling Ia takuti beberapa hari ini.
Suaminya juga pasti sedang tertekan hatinya didesak untuk menikah lagi oleh orang tuanya. Begitu fikiran Amelia.
Bahkan Soleh berkali-kali mengirimkan pesan agar Ia tidak terlalu jauh memikirkan hal yang ibunya katakan tadi.
Soleh juga meyakini Amelia bahwa dirinya tidak akan menikah tanpa sepengetahuan Amelia karena gadis yang dijodohkan dengannya itu ternyata berbeda dari kebanyakan gadis lainnya.
Justru japrian Soleh itu semakin membuat Amelia ketar-ketir.
Soleh secara tidak langsung tengah memuji gadis yang dijodohkan dengannya. Amelia seperti bisa membaca jalan fikiran Soleh sehingga Ia semakin terserang kepanikan.
Bagaimana kalau Bang Soleh terpikat gadis muda itu? Bagaimana kalau akhirnya Aku dimadu dan rumah tangga kami terbelah dua? Bagaimana...
Banyak sekali pertanyaan yang berjejal di ujung kepalanya.
Bagaimana? Apa yang akan ia lakukan jika itu sampai terjadi dan harus terjadi? Secara kedua mertuanya sudah berterus terang kalau mereka memiliki banyak hutang pada Ayah gadis yang hendak dijodohkan itu.
Bagaimana cara mereka keluar dari permasalahan itu selain menolak perjodohan? Bagaimana suaminya bisa membantu sedangkan saat ini saja Ia tidak lagi bekerja sebagai seorang karyawan di perusahaan. Bagaimana???
Semua pertanyaan itu terus menerus menghantam sisi batin Amelia yang mulai oleng.
Amelia sendiri berasal dari keluarga yang sangat sederhana. Ia anak pertama dari lima bersaudara. Empat adiknya masih sekolah semua dan butuh biaya juga.
Jika sampai terjadi sesuatu dengan rumah tangganya dan harus kembali ke desa yang hanya bisa bekerja nandur di sawah, itu pun kalau sedang musimnya menanam padi. Untuk panen biasanya para pemilik lahan lebih mengandalkan ibu-ibu yang sudah senior karena lebih jago dan lebih cepat memanennya.
Amelia hanya tamatan SMP saja. Kerja di pabrik sekitar tempatnya tinggal biasanya mematok minimal tamatan SMA di persyaratan penerimaan kerja.
Jadi Amelia sulit berkembang jauh kecuali kerja kasar seperti kuli cuci seperti Mbak Narti, tetangga sebrang kontrakan.
Meleleh air mata Amelia memikirkan nasibnya yang mulai tak jelas ini.
Ditempat yang berbeda, Soleh justru sedang berchatting ria dengan Juriah menanyakan banyak hal tentang pribadi gadis itu.
Soleh memang sempat menchat istrinya. Namun reaksi Amelia yang lemas ogah-ogahan membalas chatnya setelah mendengar perkataan ibunya. Akhirnya Soleh justru berinisiatif melakukan pendekatan pada Juriah.
Gayung bersambut. Juriah merespon, dan tanpa terasa mereka mulai saling berinteraksi satu dengan yang lain.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Hanipah Fitri
ternyata si Sholeh sdh ada hati dgn Juriah.
2023-04-26
0
Sevtia Ganda
update lagi dong
2023-02-27
4