Istri Muda Untuk Suamiku
Namanya adalah Amelia. Usianya saat ini tiga puluh tahun tahun. Dan dia sudah menikah dengan seorang pria tampan nan baik hati bernama Solehuddin.
Mereka baru saja merayakan anniversary pernikahan yang sudah memasuki tahun ke-sepuluh seminggu lalu.
Baginya Mas Soleh adalah segalanya.
Pria yang baik, penyayang dan juga penuh tanggung jawab, ditambah bonus wajah tampan rupawan yang membuat Amelia selalu bersyukur dan bersyukur.
Rumah tangga mereka bahagia.
Saling melengkapi satu sama lain.
Amelia yang introvert, berjodoh dengan Soleh yang periang dan humoris.
Suasana rumah tangga mereka tentu saja menjadi hangat dan mesra tanpa pemanis buatan. Meski di awal sempat kesulitan menyatukan visi misi karena karakteristik yang sangat bertolak belakang dari segala sisi.
Amelia pendiam, sedangkan suaminya orang yang supel dan pandai bergaul.
Amelia pemalu, Soleh kebalikannya. Temannya banyak dimana-mana.
Tetapi semakin kesini, mereka semakin bisa saling mengimbangi.
Hanya satu kekurangan dari pernikahan mereka yang harmonis. Belum hadirnya seorang anak di antara Amelia dan Solehuddin. Hanya itu saja.
"Assalamualaikum!"
"Waalaikum salam..."
Amelia yang membukakan pintu melihat wajah masam Ibu Mertuanya.
"Ibu, Bapak, silakan masuk!" sapanya seraya meraih tangan Mariana dan Anta, pasangan suami istri kedua orang tua Solehuddin.
"Mana putraku?" tanya Mariana dengan suara ketus.
"Sudah pergi lagi ke pabrik, Bu! Bapak Ibu sebaiknya istirahat dulu. Pasti capek habis perjalanan jauh. Mau Amel buatkan teh manis hangat?"
Sang Menantu menyambut kedatangan kedua mertuanya dengan penuh sopan santun.
Sangat beda sekali dengan penerimaan Kedua Mertuanya pada si Menantu.
"Sudah tahu cuaca panas, malah diberi suguhan teh manis hangat! Dasar Mantu Oneng!"
Begitulah Mariana, begitu entengnya menjuluki sang menantu dengan sebutan 'Menantu Oneng'.
Amelia sendiri sudah faham betul tabiat Mariana. Ibu mertuanya itu julid sekali kepadanya bahkan sampai terlihat oleh semua orang kalau beliau tidak menyukainya.
Diawal-awal pernikahan, Amelia seringkali menangis merasakan sakit di hati terdalam karena sikap ketus dan judes Mariana kepadanya.
Alih-alih tidak suka dengan semua yang ada di diri sang menantu, tetapi putra tercintanya justru semakin sayang dan cinta pada Amelia.
"Masak apa?"
"Belum masak, Bu! Tadi Amel nyetrika pakaian Bang Soleh dulu. Baru mau belanja sayuran. Hehehe..."
"Ck. Istri macam apa kamu?! Gini hari belum beres apa-apa. Uyuhan si Soleh betah beristrikan kamu! Kalo anak orang kaya sih lumrah! Ini, anak petani miskin aja belagunya luar biasa!"
Amelia menunduk.
Seperti biasa, ocehan Mariana setiap kali menyambangi rumah kontrakan mereka selalu menyakitkan hati.
Kini Ia tidak lagi terlalu ambil pusing. Cukup diam dan anggap saja seperti angin kencang yang masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Begitu kini jalan ninja Amelia menyiasati semua komentar pedas ibu mertua.
Dari cerita beberapa temannya di grup alumni sekolah dasar, memang Ibu mertua selalu punya banyak cerita. Mertua cerewet, mertua yang tidak pernah puas dengan hasil kerja menantu, Mertua yang suka drama dan mengadu domba, Amelia sudah sering dengar cerita klasik seperti itu.
Amelia bukan tipikal perempuan yang mudah bercerita kepada semua orang tentang sifat suami dan mertua.
Ia lebih suka memendam sendiri di dalam hati.
Cukup berchat sewajarnya saja ketika sedang online di grup alumni sekolah dasar tempatnya dulu menuntut ilmu.
Soleh sang suami bahkan pernah beberapa kali menyuruhnya untuk left dari grup seperti itu. Grup unfaedah katanya.
Amelia juga sudah menuruti kata suami. Ia keluar grup setengah izin pamit dengan alasan hape kentang nya sering nge-lag.
Tetapi tetap saja Suminah, teman sebangkunya dulu di SD kembali lagi memasukkan nomor WhatsApp nya ke grup alumni SD.
Amelia telah memberi penjelasan kepada Soleh kalau dia jarang komentar apalagi ikut nimbrung dalam obrolan karena bingung ingin menulis apa dan bercanda yang bagaimana.
Amelia adalah pribadi yang pendiam, pemalu dan seorang introvert yang lebih suka berdiam diri di rumah mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Bahkan Ia lebih suka melakukan hal-hal seperti melukis, merajut di sela-sela kejenuhannya setelah pekerjaan rumah tangga selesai dilakukan.
Mereka menikah sudah sepuluh tahun. Tetapi masih tinggal di rumah kontrakan berukuran 7 x 8 meter dengan dua kamar tidur, ruang tamu, ruang keluarga, dapur dan kamar mandi.
Amelia selalu mencuci pakaian secara manual. Sampai saat ini masih belum bisa membeli mesin cuci karena gaji bulanan Soleh hanya cukup untuk biaya hidup sehari-hari. Bayar kontrakan rumah, bayar cicilan motor, dan mengirim uang bulanan lima ratus ribu kepada Mariana dan Anta rutin.
Lemari es yang mereka punya pun saat ini dibeli second dari tetangga yang jual butuh.
Televisi, mereka beli di awal tahun pernikahan hasil dari isi amplop para tamu undangan yang sengaja Soleh sisihkan waktu itu dan tidak diberikan semua kepada Mariana juga Anta.
Tapi tetap saja, kedua mertuanya itu selalu menyalahkan Amelia adalah istri yang boros.
Bayangkan, gaji Soleh anaknya itu hanyalah UMR kota kecil pinggiran Jakarta. Sedangkan pengeluaran justru lebih besar daripada pemasukan.
Amelia sampai sering puasa Senin Kamis guna menyiasati agar keuangan mereka cukup untuk jangka waktu sebulan.
Amelia pernah mengutarakan keinginannya ikut bekerja untuk membantu perekonomian keluarga kecil mereka yang morat-marit, tetapi Soleh melarang. Alasannya, Ia ingin menikah dan cita-citanya adalah memiliki istri yang duduk manis berdiam diri di rumah. Biar dia yang bekerja mencari nafkah di luar rumah.
Amelia tidak perlu pusing ikut campur mencari nafkah, karena sejatinya yang wajib bekerja itu adalah suami, bukan istri. Begitu seloroh Soleh tempo hari.
Amelia akhirnya hanya bisa pasrah menuruti kehendak sang suami, walaupun keadaannya sebagai ibu negara pengatur keuangan rumah tangga dirinya sangat pusing tujuh keliling.
Pernah suatu kali Soleh sengaja tidak mengirimkan uang sangu pada Mariana dan Anta karena harus bayar pajak motor yang sudah jatuh tempo. Ternyata, selama sebulan Amelia jadi bulan-bulanan Mariana juga Anta baik via japrian maupun disatroni langsung ke rumah kontrakan mereka. Makian pedas melebihi bon cabe level sepuluh seketika melesat tepat di ulu hati Amelia.
Julukan istri pencuci otak suami-lah, perempuan yang pintar drama-lah, istri yang suka meras suami-lah. Pokoknya macam-macam makian serta sindiran pasangan mertua yang kompak itu meneror Amelia di belakang Soleh.
Anehnya, di depan Soleh mereka terlihat wajar dan biasa. Tak memperlihatkan kebencian yang begitu berakar pada Amelia.
Tapi ketika Sang Suami tidak ada di rumah, Mariana dan Anta menyerang Amelia silih berganti.
"Heh, kenapa malah bengong? Bukannya belanja, masak. Ada mertua malah dicuekin! Ck!"
Amelia tersentak dari lamunan.
"Maaf, Bu! Amel pamit ke warung dulu ya?" ujarnya dengan wajah merah padam karena malu.
"Amel! Jangan lupa, belikan bapak Beng-Beng se-box. Terus taruh di freezer biar beku! Bapak mau tidur dulu sebentar!"
"I_iya, Pak!"
Amelia pergi ke warung dengan hati bingung.
Sekarang tanggal 20. Gajihan Suaminya baru akan turun lima hari lagi.
Uang belanja tinggal lima puluh ribu di dompet bekas beli cincin yang sudah kusam dan pudar warnanya.
"Gimana ini? Aduuh, aku bingung!" gumam Amelia pada dirinya sendiri.
Haruskah Ia berhutang dulu pada Ibu warung padahal selama ini Amelia berusaha untuk tidak sampai memiliki hutang pada siapapun karena pastinya sang suami akan marah besar jika itu terjadi.
Amelia menggaruk-garuk kepalanya yang runyam.
BERSAMBUNG
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 234 Episodes
Comments
Zalianty Zent
aku datang bawa vote untuk otor😙
2023-02-28
1
Pink Blossom
kebalikan dr pemalu bkn malu-maluin kan kak😂😂✌
2023-02-16
1
Pink Blossom
aq jg pendiam,, penasaran sm jodohku ky gmna ya🤔😄
2023-02-16
1