03. Permen

Rafi dan chelsy pun kembali turun ke bawah untuk menjemput barang-barang yang masih banyak belum di angkut di bawah sana, setelah sampai di lift Rafi pun mencegah langkah kaki kakak nya, sehingga membuat chelsy kebingungan.

"kenapa ?" tanya chelsy menaikkan kedua alis nya.

"kakak, kita lewat tangga darurat saja yah ! aku takut banget." lirih Rafi ketakutan sambil membayangkan apa yang ia alami tadi di dalam lift.

"baik lah, ayo kita lewati tangga saja."

Rafi dan chelsy pun berjalan menuruni anak tangga hingga mereka telah sampai di tangga lantai dua lagi, namun di persimpangan jalan mereka di hadang oleh seorang anak yang sebaya dengan mereka sambil menatap tajam kearah mereka berdua, anak itu memiliki kulit seperti anak albino pada umumnya, namun aneh nya dia memiliki dua tanduk yang runcing di kepala nya dengan mata merah menyala.

"apa yang kamu lakukan ? kenapa kamu menghadang jalan kita ?" tanya chelsy yang tak terima di hadang oleh anak albino tersebut.

"kalian tidak boleh lewat di tangga ini !" tutur anak albino itu dengan tatapan mata merah menyala.

"kenapa kami tidak boleh lewat ?" tanya chelsy dengan penuh keberanian, meskipun anak itu sedikit menakutkan.

"karena ini adalah tempat kekuasaan ku." lirih nya lagi dengan tatapan tajam sehingga membuat Rafi hampir kencing di celana nya.

"apa kata mu ? ini tidak adil kenapa harus seperti itu ?" teriak chelsy dengan penuh keberanian.

"hmm, kalian pasti baru tinggal di sini yah ?" tanya anak albino itu lagi sambil menatap lekat-lekat wajah dua orang manusia di depan nya ini yang terlihat sangat asing bagi nya.

"apa urusanmu kalau kami baru tinggal di sini ?" ujar chelsy tak mau kalah.

"hahahaha, kalian di larang lewat di sini tanpa seizin ku, kecuali kalian dapat mengalahkan ku dalam sebuah permainan." ujar anak albino itu berlagak pinggang dengan mode sok hebat nya.

"kenapa kami harus melakukan itu ?" ujar chelsy lagi sambil berlagak pinggang meniru gaya anak albino itu.

"haha, benar-benar anak yang nakal." lirih anak albino sambil tersenyum simpul.

"baik lah, jika kalian bisa mengalahkan ku sekali saja, maka aku akan mengabulkan sebuah keinginan kalian, namun jika kalian kalah, maka kalian di larang melewati tangga ini lagi." tutur anak albino itu, karena merasa tertantang, chelsy pun sedikit tertarik dengan permainan anak albino itu.

"baik lah, siapa takut." remeh chelsy tersenyum manis, tak kecuali Rafi yang masih bergetar ketakutan, apalagi melihat dua tanduk anak albino itu dengan bola mata yang tiba-tiba berubah menjadi dua warna, yaitu berwarna merah dan hitam seperti anak manusia pada umumnya.

"ayo..." lirih anak albino itu menatap lekat kearah chelsy dan juga Rafi.

"ayo siapa takut, dasar manusia aneh." lirih chelsy menghina, hingga membuat mata anak albino itu kembali berwarna merah menyala, namun sebisa mungkin anak itu mengendalikan tubuh nya supaya bisa terlihat biasa-biasa saja.

"dasar kakek tua, mana mungkin anak nakal ini adalah anak spesial itu !" lirih anak albino itu kesal.

"baik lah kita akan bermain kelereng di sekitar sini, barang siapa yang kelereng nya dapat memasuki lubang kecil ini, maka dia lah pemenang nya." anak albino itu pun menggambar sebuah lingkaran hanya muat untuk satu kelereng saja.

"hah, bermain kelereng, dasar anak kecil." lirih chelsy sambil melempar-lempar kelereng nya dengan senyuman percaya diri.

"apa kamu bilang ? anak kecil ?" ujar anak albino itu geram di katakan anak kecil oleh manusia yang bernama Chelsy itu.

"apa kamu tau, umur ku bahkan lebih tua dari kakek buyut mu." ujar anak albino itu dengan ekspresi wajah marah nya.

"hadufff, dasar manusia aneh ! udah ah, mau main atau tidak sih ? kita lagi banyak pekerjaan tau !" ujar chelsy tak menghiraukan anak albino itu.

"hmm baik lah, aku yang akan melempar kelereng nya duluan."

Anak albino itu pun melempar kelereng nya sehingga dengan tepat kelereng itu memasuki lubang kecil yang ia garis tadi, anak itu tersenyum puas tak kecuali dengan chelsy dan Rafi yang sangat ketakutan di kalah kan anak albino itu.

"kakak bagaimana ini ?" tanya Rafi yang sangat ragu dengan permainan kakak nya.

"kamu tenang saja, kita pasti bisa menang." ujar chelsy percaya diri.

"aku lagi yah !"

Chelsy pun melempar kelereng nya, namun kelereng itu tidak dapat membentur sedikit pun kearah kelereng lemparan anak albino tadi, hingga membuat anak albino itu tersenyum penuh kemenangan.

"yeee aku menang..." teriak anak albino bahagia, namun dengan senyum licik, chelsy menghembuskan kelereng itu dengan nafas nya sehingga dengan cepat menggelinding dan merubah posisi kelereng anak albino tadi di dalam lubang kecil itu.

"yeee" teriak chelsy bahagia dapat mengalahkan anak albino itu.

"waah kakak hebat..." ucap Rafi takjub.

"tidak, itu semua curang, kamu tidak boleh melakukan itu." ujar anak albino tak mau kalah.

"haha, bukan nya tidak ada peraturan yang melarang nya kan ?" ujar chelsy tersenyum mengembang.

"tidak,tidak ini curang ! aku ingin kita main sekali lagi ?" pinta anak albino itu karena tidak terima di kalah kan oleh chelsy.

"kenapa aku harus mengikuti keinginan mu lagi hah ? bukan nya kamu yang harus nya menepati janji mu yang kata nya akan melakukan apapun setelah kami dapat mengalahkan mu ? atau jangan-jangan kamu mau ingkar janji yah ?" ujar chelsy menyudutkan anak albino itu hingga anak itu melotot kan kedua matanya dan menggeleng cepat kearah dua anak remaja di depan nya itu.

"tidak, tidak aku tidak akan mengingkari janji ku, aku sudah berjanji kepada mama ku untuk selalu menepati janji ! baik lah aku akan mengabulkan satu permintaan kalian." tutur nya lagi dengan ekspresi yang penuh keterpaksaan.

"haha bagus-bagus, aku ingin kamu mengabulkan permintaan ku untuk memberikan 40 unik ponsel mahal untuk semua teman-teman di kelas ku." ujar chelsy tersenyum mengembang sambil melirik kearah Rafi adik nya yang menatap tidak percaya.

"ponsel ? apa itu ponsel ?" tanya anak albino itu kebingungan.

"haha, jangan bersikap bodoh anak kecil, masa ponsel saja kamu tidak tau atau jangan-jangan kamu memang pembohong handal yah ?" lirih chelsy meremehkan anak albino itu.

"apa kamu bilang ? dasar anak nakal ?" anak albino itu sangat geram, ia pun meraih saku celana nya dan mengambil sebuah kantong kecil yang berisi puluhan permen di dalam nya dan memakan permen tersebut dengan begitu rakus nya, permen itu berfungsi untuk mengendalikan emosi anak albino tersebut supaya dia tidak menakuti atau menyakiti manusia-manusia dengan sifat iblis nya saat dia sedang dalam mode marah nya.

Chelsy dan Rafi menelan Saliva mereka berkali-kali sambil melirik permen yang di makan anak albino itu.

"udah lah kamu tidak perlu membeli kan ponsel untuk teman-teman ku, aku sangat yakin mana kamu mampu memberikan ponsel mahal sebanyak itu." lirih chelsy sambil menatap beberapa permen berwarna coklat, yang sudah pasti itu adalah permen dengan rasa coklat kesukaan nya.

"apa ? kamu pikir aku tidak bisa melakukan apapun? aku bisa memberikan apapun yang kamu inginkan tau." ujar anak albino itu sambil terus menerus memakan permen nya.

"alaah, kamu mana punya uang sebanyak itu ! udah ah, mendingan kamu berikan saja permen-permen itu untuk kami." ujar chelsy menunjuk kearah kantong berisi permen-permen enak di dalam nya.

"apa ? tidak ! ini adalah permen khusus yang tidak sembarang orang bisa memakannya, apa lagi manusia seperti kalian." tolak anak albino itu sambil menyimpan kembali kantong berisi permen-permen tersebut, namun Chelsy dan Rafi pun saling tatap dan tersenyum licik hingga mereka dengan sigap meraih permen yang sempat di simpan ulang oleh anak albino tadi.

"apa yang kalian lakukan ? itu tidak bisa di makan oleh sembarang orang." teriak anak albino itu geram namun Chelsy dan Rafi sudah keburu pergi dengan berlari kencang dari anak albino tersebut sambil membawa kantong berisi permen-permen.

"aku sudah mengingatkan kalian yah ! jika terjadi sesuatu terhadap kalian, aku tidak akan bertanggung jawab." teriak anak albino itu lagi dengan tatapan tajam kearah dua remaja nakal itu.

"tuan raja..." lirih seorang kakek-kakek yang entah muncul dari mana.

"apa yang harus aku lakukan, bagaimana terjadi sesuatu terhadap anak-anak nakal itu." tutur anak albino itu khawatir.

"sudah menjadi takdir mereka tuan." lirih kakek tua itu tersenyum manis.

"apa ?"

"dengan itu, mereka akan membantu tuan untuk dapat menjadi manusia normal seperti yang tuan ingin kan." lirih kakek tua itu tersenyum manis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!