"Dasar belagu banget sih, ditanyain malah ngegas, dasar cewek udik," ejek Ivanka.
"Iya nih nyebelin banget, nyesel mamah samperin dia," jawab Ina kesal.
"Udah mah balik lagi aja ke meja, ngurusin dia bikin darah tinggi aja," ajak Ivanka lalu mereka kembali ke meja dan memesan makanan.
Diparkiran, Novrida sudah menunggu Lukas didalam mobil.
"Tadi mamah dan adikmu ngomong apa sih?" tanya Novrida penasaran.
"Nanyain kamu, mereka bilang semalam kamu gak pulang," jawab Lukas.
"Lah tapi kan yang dia cari itu wujud Lukas bukan jiwanya," jawab Novrida.
"Iya sih.. Sama aja," jawab Lukas.
"Terus kamu jawab apa??" tanya Novrida.
"Ya tak jawab kalau gak tau, lagian mereka juga aneh, tanya kok sama aku yang jelas-jelas kabur duluan, jadi ya mereka kesal deh," jawab Lukas terkekeh.
"Haha serius? Mamahmu gak mengeluarkan caci maki?" tanya Novrida terkekeh.
"Ya cuma bilang cewek udik," jawab Lukas.
"Dasar ya mamah kamu tu kalau lagi ngatain orang gak liat sikon," ucap Novrida heran.
"Huft.. Mau gimana lagi, udah wataknya gitu, udah ah jangan bahas mereka terus, pusing," sanggah Lukas lalu mereka melajukan mobil menuju apartemen.
Di apartemen Lukas.
"Kamu kalau capek istirahat saja," ucap Lukas.
"Gak.. Aku mau bersantai di balkon," jawab Novrida menuju balkon diikuti Lukas.
"Kenapa kamu juga ikut kesini sih?" tanya Novrida kaget.
"Ya mau ikut aja, emang ini tempat favoritku kok," jawab Lukas sekenanya, memang balkon apartemen adalah tempat favoritnya ketika senang maupun susah. Entah kenapa di tempat ini seperti ada magnet tersendiri yang membuatnya betah berlama-lama.
"Iya kah? Lalu kenapa apartemen sebagus ini jarang ditempati?" tanya Novrida.
"Bukan jarang, dulu sempat aku sewakan pada temanku, baru beberapa bulan ini dia gak lanjutin sewanya," jawab Lukas membuat Novrida ber oh ria. Lagi-lagi ada hal yang tidak diketahui olehnya, segitu asingnya sosok Novrida di hidup Lukas, sampai hal-hal begini saja dia tidak tahu.
Lalu mereka saling diam sambil menikmati pemandangan yang ada di depan mata, ibukota yang selalu sibuk bahkan tak pernah tidur, bagaimana tidak? 24 jam kegiatan seolah tak ada hentinya.
Ketika suasana sedang hening dan saling menenangkan diri, ada panggilan masuk dari sekretarisnya.
"Halo?" ucap Lukas.
"Selamat siang Pak, maaf menganggu waktunya, hari ini bapak tidak masuk ke kantor?" tanya sekretaris.
"Iya.. Maaf saya lupa memberitahu, saya akan libur selama beberapa hari, tolong kalau ada meeting reschedule ya, jika klien memaksa silahkan kamu dan wakilku yang handle," ucap Lukas.
"Baiklah pak, saya coba reschedule semua meeting, oh iya Pak tadi ibu anda datang kemari," ucap sekretaris membuat Lukas kaget.
"Ha? Ngapain mamah datang kesana?" tanya Lukas kaget dan Novrida yang mendengar pun langsung nguping dengan intens.
"Ngapain mamah mertua sampai datang ke kantornya Lukas? Apa karena anaknya gak pulang ke rumah? Ahh sungguh overprotective," batin Novrida.
"Tadi ibu anda menanyakan apakah anda masuk kerja atau tidak, ketika beliau tau anda tidak ada di kantor, beliau menanyakan keberadaan anda dan jika nantinya saya tau dimana anda berada disuruh segera memberitahu," ucap sekretaris.
"Astaga mamah.. Padahal tadi udah ketemu," jawab Lukas keceplosan.
"Kurang lebih begitu Pak yang beliau sampaikan, saya hanya menyampaikan apa yang beliau katakan saja," jawab sekretaris maklum.
"Baiklah.. Makasih, kalau mamah saya datang lagi, katakan saja kalau saya libur beberapa waktu," perintah Lukas.
"Baik Pak, ada lagi yang mau disampaikan?" tanya sekretaris.
"Tidak ada.. Itu saja, makasih," jawab Lukas.
"Baik Pak.. Selamat siang," sapa sekretaris lalu memutuskan panggilan.
Melihat Lukas gusar seperti itu membuat Novrida merasa kurang nyaman.
"Apa sebaiknya kita pulang ke rumah saja?" usul Novrida.
"Buat?" tanya Lukas.
"Biar kamu gak gusar gitu, baru juga sehari disini tapi mamah kamu mencarimu seperti sudah hilang 1 tahun," jawab Novrida tersenyum kecut.
"Udah biarin aja, mamah begitu orangnya," jawab Lukas malas.
"Tadi kamu bilang kalau kita mau ke rumah, mau menyampaikan keinginanmu untuk tinggal disini," ucap Novrida.
"Astaga.. Iya hampir lupa, nanti sore kita kesana," jawab Lukas menepuk jidat.
"Baiklah.." jawab Novrida pasrah.
Setelah itu tak ada obrolan yang terjadi lagi, baik Novrida juga Lukas sibuk berkutat pada ponsel masing-masing. Hingga sore pun tiba, keduanya bersiap untuk ke rumah Lukas.
Novrida sudah mempersiapkan hati juga mental untuk berhadapan dengan mertuanya.
"Ready?" tanya Lukas memastikan dan Novrida menghembuskan nafas sejenak lalu mengangguk. Keduanya bergegas menuju mobil dan melajukan nya menuju rumah Lukas.
Tiba di rumah Lukas, keduanya disambut baik oleh para pekerja yang ada disana lalu salah satu pembantu memanggil Ina.
"Permisi nyonya besar, ada tuan Lukas beserta istrinya di ruang tengah," ucap pembantu dengan hati-hati karena sang majikan sedang membaca majalah.
"Mereka datang kemari? Punya nyali juga, baiklah saya segera kesana," jawab Ina lalu melangkahkan kaki menuju ruang tengah.
Tiba di ruang tengah, Ina langsung melihat pemandangan dua sejoli yang duduk bersebelahan.
"Wow.. Duo sejoli yang sedang dimabuk asmara, sehidup semati, yang satu kabur, satunya lagi mengikuti," sindir Ina.
"Mah.. Kita baru datang tapi sambutan mamah seperti itu," tegur Lukas kecewa.
"Kenapa? Kecewa? Sedih? Lebih kecewa dan sedih mamah ketika tau kamu semalam tidak pulang demi perempuan kampung itu, apa istimewanya dia sampai kamu meninggalkan semuanya?" sindir Ina.
"Aduh mau jawab apa nih? Mamahnya pedas sekali sih kalau lagi marah, harusnya kan Lukas yang jawab, berhubung lagi tukar tubuh jadinya kan gue, jawab apa ya, kalau diem aja ntar mertua curiga lagi," batin Novrida gelisah.
Melihat Novrida gelisah seperti itu seolah Lukas mengetahui jika istrinya kebingungan menjalankan peran sebagai dirinya di hadapan mamah dalam posisi seperti ini, "harus diambil alih nih, kalau gak segera di jawab semakin melebar omongan mamah,"
"Maaf mah bukannya saya lancang atau apa, namun apa yang anda katakan tidaklah benar, saya tidak menyuruh Lukas untuk ikutan kabur bahkan saya tidak tahu jika dirinya juga kabur, kami bertemu baru sore ini dan Lukas langsung memutuskan datang kemari, mau gak mau saya harus bersedia," ucap Lukas yang sedang ada dalam diri Novrida.
"Hei wanita udik, diamlah!! Kamu gak ada hak menjelaskan! Kamu kabur dari sini pun saya tidak peduli tapi jangan pengaruhi anak saya!!" ucap Ina pedas.
"Mah.. Jangan terlalu kasar sama Novrida," bela Lukas.
"Dia memang pantas mendapatkannya, karena dia juga kamu jadi pembangkang, kemana kamu semalam, ha?" tanya Ina.
"Bukan urusan mamah, yang jelas kedatangan kami kemari ingin menyampaikan sesuatu sama mamah," ucap Novrida yang membuat Ina marah.
"HEI!! SIAPA KAMU BERANI MENGATAKAN ITU PADA SAYA!!!" pekik Ina dan seketika Novrida terdiam, ia lupa jika saat ini dirinya itu Novrida bukan Lukas, jadi mamahnya taunya kalau dia itu Novrida. Pantas saja ia berbicara seperti itu mamahnya langsung murka.
"Ma.. Maaf mah," jawab Novrida akting bersalah.
"Gak ada maaf bagimu!!! Didepan anakku sekarang ini kamu beraninya melawan ku," ucap Ina marah besar.
"Mah.. Jangan terus marahi dia, ingat mah mau sebenci apapun mamah dengannya tapi dia adalah istriku," ucap Lukas membela. Sebenarnya Novrida gugup mengatakan ini tapi dirinya harus bisa bersikap dan berbicara selayaknya menjadi Lukas dihadapan semua orang.
"Cih.. Gak akan pernah mamah anggap, udah cepetan mau ngomong apa?" tanya Ina sangat penasaran.
Sejenak keduanya terdiam karena bingung mau memulai darimana apalagi saat ini Novrida yang harus mengatakan.
"Begini mah.. Setelah Lukas dan Novrida diskusikan, kami memutuskan untuk tinggal di apartemen saja, disana kami bisa lebih bebas dan privasi terjaga," ucap Lukas sangat hati-hati.
"APA??? SETELAH KAMU BERHASIL MEMBUAT ANAK SAYA KABUR, SEKARANG KAMU JUGA BERHASIL MEMBUAT ANAK SAYA KELUAR DARI RUMAHNYA SENDIRI, LALU SETELAH INI APALAGI, HEI WANITA UDIK!!!" pekik Ina marah besar.
"Mah.. Jangan salahkan dia terus, ini permintaanku," ucap Lukas.
"Karena dia yang merengek, ya kan?" sindir Ina.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments