"Ah.. Apa yang sudah gue lakuin sama dia? Harusnya ini gak boleh terjadi, aaaa…" batin Novrida mengacak-acak rambutnya.
"Kamu kenapa?" tanya Lukas khawatir.
"Harusnya kita gak melakukan ini, Luk," pekik Novrida yang meneteskan air mata.
"Apa yang salah dengan perbuatan kita?" tanya Lukas tak mengerti.
"Ini gak boleh terjadi, jiwa kita sedang tertukar, mana bisa aku melihat diriku sendiri," protes Novrida.
"Nyatanya bisa dan kita saling menikmati, lagian apanya yang salah?" tanya Lukas.
"Jelas salah.. Salah besar," pekik Novrida.
"Kamu kenapa sih?" tanya Lukas heran.
"Aku.. Aku gak mau ini terjadi," ucap Novrida lirih.
"Tapi nyatanya sudah terjadi, mana bisa dikembalikan," ucap Lukas yang dibenarkan oleh Novrida.
"Memang.." jawab Novrida lirih.
"Makanya, udahlah gak usah menyesal seperti itu, toh aku ini suami kamu, beda cerita kalau aku masih kekasihmu, itu baru gak boleh terjadi," ucap Lukas logis.
"Maaf.." jawab Novrida lirih.
"Tak apa, aku tau," jawab Lukas mencoba mengerti dan memeluk Novrida.
Didalam dekapan Lukas, tangisan Novrida terisak dan membuat hati Lukas merasa sakit. Apa segitu sedih menjadi seorang Novrida?
Memang beberapa waktu ini dirinya sudah merasakan bagaimana rasanya jadi Novrida yang setiap hari selalu dihina, di caci makin bahkan diberikan tugas yang seharusnya bukan tugasnya melainkan itu tugas pembantu. Baru sebentar merasakan saja Lukas sudah menyerah dan memilih kabur dari rumah, sedangkan selama ini Novrida selalu bisa menerima bahkan terkesan baik-baik saja.
"Betapa mengangumkamnya dirimu," gumam Lukas membelai rambut Novrida.
Belaian Lukas mampu membuat hati Novrida tenang, tanpa sadar kini Novrida sudah tertidur dalam dekapan suaminya. Lukas lalu menidurkan Novrida dengan hati-hati agar tidak terbangun, lalu Lukas pun juga ikut tidur dengan memeluk Novrida. Benar saja, ada Novrida di sisinya membuat Lukas cepat tertidur bahkan tidurnya pun lelap.
Pagi hari Novrida sudah lebih dulu bangun lalu berpakaian dan bersiap untuk ke minimarket seberang apartemen, Novrida ingin memasak untuk sarapan dirinya juga Lukas. Di belilah beberapa seafood juga bumbu untuk melengkapi masakannya.
Rencana pagi ini Novrida ingin memasak kwetiau seafood dan membeli susu cair UHT. Selesai berbelanja kini Novrida bersiap untuk memasak, aroma harum pun membangunkan Lukas yang sedang tertidur.
"Bau masakan apa ini? Enak sekali, harum, hmm.. Apa istriku lagi masak ya?" batin Lukas lalu beranjak menuju dapur.
Melihat Novrida berkutat di dapur dengan sangat cekatan membuat Lukas merasa kagum, mengapa baru sekarang ini dia melihat hal baik dari istrinya itu.
"Hmm baunya enak sekali nih," puji Lukas mendekati Novrida.
"Loh udah bangun?" tanya Novrida kaget.
"Iya dong karena mencium aroma yang sangat menggugah selera," ucap Lukas.
"Masak sih? Biasa deh kayaknya," jawab Novrida salah tingkah.
"Ini luar biasa, kan kamu yang langsung masak," goda Lukas.
"Mandi sana! Bau gitu," suruh Novrida.
"Oke oke setelah ini kita sarapan bareng," jawab Lukas mengalah agar istrinya lebih fokus memasak.
Setelah semua siap, mereka sarapan dengan sangat nikmat. Tak ada gangguan apalagi kicauan Ina yang setiap hari membuat telinga panas.
"Masakanmu enak juga ya, kalau gini aku mau dong tiap hari di masakin," pinta Lukas.
"Ya aku usahakan, kalau udah dirumah kan suasananya beda," ucap Novrida.
"Iya.. Apalagi denger mamah dan Ivanka ngomel melulu, panas kupingku," keluh Lukas.
"Kamu aja kupingnya panas, la aku? Hati, pikiran juga kuping, Luk," batin Novrida.
"Kenapa diam?" tanya Lukas penasaran.
"Gak papa," jawab Novrida kaku.
"Gimana kalau kita tinggal aja disini?" tawar Lukas dan sukses membuat Novrida tersedak.
"Gimana sih makan kok gak bener, nih minum," tegur Lukas memberikan segelas air.
"Perkataanmu membuatku kaget jadinya tersedak," protes Novrida setelah minum.
"Kan aku baru tanya, kamu tinggal setuju apa enggak," ucap Lukas.
"Kamu itu punya rumah besar bahkan megah dan mewah, di sana banyak pekerja yang siap melayani kamu 24 jam, malah kamu memilih tinggal disini," tegur Novrida.
"Jujur saja, kamu nyaman gak tinggal di rumah?" tanya Lukas serius.
"Kenapa kamu tanya seperti itu?" tanya balik Novrida.
"Ya atau tidak," ucap Lukas penuh penekanan.
"Hmm gimana ya? Gak tau deh," jawab Novrida bingung.
"Gak ada pilihan gak tau, adanya iya atau tidak," ucap Lukas dengan tegas.
"Aku gak betah tinggal disana," jawab Novrida berani menyampaikan keluhannya.
"Sudah aku duga, aku saja yang menjalankan peranmu baru sebentar udah gak betah dan memilih kabur," ucap Lukas.
"Apalagi aku selama ini bertahan lama," ucap Novrida hampir berlinang air mata.
"Makanya mulai sekarang tinggal saja disini, kita mulai dari awal," pinta Lukas.
"Nanti mamahmu gak setuju, dikira aku membawa dampak buruk lagi," ucap Novrida dengan suara bergetar.
"Ssstt… Tidak ada yang membawa buruk bagiku, ini pilihan kita," ucap Lukas mencoba memberi ketenangan.
"Aku gak yakin," jawab Novrida ragu.
"Nanti kita akan coba, hari ini gak usah masuk kantor," pinta Lukas.
"Mana bisa?? Ada meeting loh," tolak Novrida.
"Disini kan aku pemiliknya jadi suka-suka aku mau berangkat atau tidak, ada meeting ya di reschedule," ucap Lukas.
"Nanti kalau meetingmu penting," ucap Novrida.
"Gak ada.. Hanya dua hari kemarin saja," ucap Lukas yakin.
"Aku belum siap mendengar kata-kata pedas mamah dan adikmu," ucap Novrida ragu.
"Ada aku yang akan menemani," ucap Lukas meyakinkan namun Novrida memilih diam seribu bahasa.
Hati juga pikirannya sangat bertolak belakang, ingin sekali Novrida tinggal berdua di apartemen ini meskipun tidak sebesar rumah suaminya setidaknya ia memiliki kenyamanan dan ketenangan, berbeda jika dirumah suaminya. Namun hatinya menolak untuk tinggal di apartemen karena belum siap menampung caci maki serta hinaan yang pastinya akan mertua dan adik iparnya lontarkan, pikiran dan hati yang tidak sinkron membuat Novrida pusing.
Sedari tadi Lukas memperhatikan istrinya yang sedang memikirkan sesuatu, namun Lukas memberikan waktu agar istrinya bisa mengambil keputusan. Memang ini bukan keputusan yang mudah mengingat keluarganya tidak menerima Novrida sebagai istrinya apalagi Ivanka.
"Apa ya yang sekiranya membuat dia begitu bimbang? Apa dia segitu takutnya bertemu mama dan Ivanka?" batin Lukas.
Dirumah mewah, Ina dan Ivanka sedang beradu argumen tentang Lukas yang semalam tidak pulang.
"Mah.. Kakak gak pulang," teriak Ivanka.
"Apa?? Kok bisa?" tanya Ina kaget.
"Tau darimana kalau kakakmu gak pulang?" tanya Ina.
"Dari pak satpam," jawab Ivanka.
"Jangan-jangan kakakmu sudah tau keberadaan istrinya lalu tinggal bersama?" tebak Ina.
"Maybe mah," jawab Ivanka.
"Ini gak boleh terjadi, mamah udah susah payah buat cewek kampung itu gak betah dan pergi dengan sendirinya, sekarang jangan sampai dia balik lagi kesini, kita harus bergerak cepat," ucap Ina menggebu-gebu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments