Ribet (2)

Setelah jam makan siang selesai, kini Novrida kembali melanjutkan tugasnya untuk meeting dengan klien, begitu juga dengan Lukas yang masih saja membersihkan istana mewahnya tanpa henti, bahkan Lukas belum sempat sarapan, perutnya sangat lapar dan kini terasa perih. 

"Duh perutku lapar sekali, mana mamah melarang makan sebelum semua kelar lagi, apa mamah itu gak mikir kalau nanti anaknya kena maag gimana? Eh mana mama mikir ya kan ini badannya Novrida," gumam Lukas yang memegangi perutnya. 

Semakin lama perutnya semakin keroncongan yang membuat Lukas sudah tidak bisa menahan rasa laparnya lagi, lalu ia nekat ke dapur untuk makan diam-diam. Beruntung sekali di sana masih ada ayam goreng dan sayur sup, jus alpukat pun masih ada sisa di teko. Tanpa pikir panjang Lukas langsung mengambil piring dan melahap makanan itu dengan rakusnya seperti orang yang belum makan satu tahun. 

"Mau makan beginian aja harus nunggu semua kelar dulu, bisa terkena asam lambung nih bahkan bisa jatuh pingsan, ah bodo amat nanti apa kata mamah, yang penting makan dulu biar perut kenyang," batin Lukas yang terus memakan dengan lahapnya. 

Pembantu yang melihat majikannya makan secara diam-diam dengan lahap, merasa tidak tega. Setidaknya disini nasibnya masih beruntung karena bisa makan kapanpun ia mau bahkan setelah pekerjaan selesai ia bisa bersantai ria. 

Merasa ada yang memantaunya, Lukas pun menoleh dan ia sebenarnya merasa sangat malu karena ketahuan makan diam-diam oleh pembantunya sendiri, harga dirinya seperti terinjak lantaran nasibnya yang malang. 

"Kenapa?" tanya Lukas sambil mengunyah. 

"Tidak apa-apa non, tumben sekali makannya awal, apa semua sudah beres?" tanya pembantu yang membuat Lukas kaget bukan main, jam segini pembantu kira makannya awal? Padahal sarapan saja belum, lalu kapan Novrida biasanya makan?. 

"Ya karena sudah sangat lapar jadi makan," jawab Lukas seadanya. 

"Iya non, lebih baik begitu, jangan paksa diri untuk menahan lapar apalagi sering minum air putih untuk mengganjal perut," jawab pembantu setuju, namun tidak dengan Lukas. Lagi-lagi pembantunya berhasil membuat hatinya terkoyak dengan penuturan pembantunya itu. 

"Jadi selama ini Novrida sering menahan lapar demi pekerjaan selesai? Kasihan sekali istriku, hidup dirumah mewah dan megah namun batinnya menderita," batin Lukas mengiba. 

Melihat majikannya diam saja membuat pembantu merasa tak enak hati juga takut, ia pikir ada yang salah dengan perkataannya. 

"Non.. Non Novrida," tepuk pembantu dibahu Novrida. 

"Hei.. Berani sekali menyentuh saya, kamu lupa siapa saya?" ucap Lukas membuat pembantunya semakin ketakutan. 

"Ma..maaf non habisnya anda melamun dan diam saja, saya pikir ada yang salah dengan perkataan saya non," jawab pembantu merasa bersalah. 

"Astaga.. Maaf bi, maaf, bukan maksud saya begitu, tadi refleks saja," ucap Lukas tak enak hati. 

"Tak apa non, saya yang meminta maaf karena terlalu lancang ikut campur," jawab pembantu sembari menunduk. 

"Iya gak papa, kamu gak salah kok," jawab Lukas mencoba mengerti. 

"Kalau begitu saya permisi dulu non, ada pekerjaan yang harus saya selesaikan, permisi," pamit pembantu dan dijawab anggukan kepala. 

Selera makannya tiba-tiba hilang, kini Lukas memilih bersantai di kursi makan ketimbang melanjutkan pekerjaan yang diberikan mamahnya, karena saking capeknya akhirnya Lukas ketiduran dengan sangat pulas. 

Ina yang kebetulan juga mau ke dapur untuk mengambil minum merasa kaget dengan ulah menantunya itu, baru juga menyelesaikan satu pekerjaan sudah enak-enakan tidur. 

"Loh? Enak sekali dia tiduran disitu, jangan harap bisa istirahat dengan nyenyak," gumam Ina lalu menyiram segelas air ke wajah Novrida. 

"Apaan sih ini, yang bener aja dong," protes Lukas yang tidak menyadari jika di hadapannya adalah mamahnya sendiri, karena dirinya masih setengah sadar. 

"Bagus ya.. Kerjaan belum selesai udah enak-enakan tiduran," sindir Ina membuat Lukas kaget. 

"Capek mah.. Ini kan pekerjaan pembantu, kenapa aku juga harus mengerjakan ini semua," protes Lukas. 

"Wah sudah berani membantah ya, sini ikut," ucap Ina menyeret tangan Novrida ke kolam renang lalu didorong tubuh Novrida sehingga tercemplung ke kolam. 

"Mah.. Kenapa tega sekali sih," protes Lukas yang langsung berenang ke tepian. 

"Loh bukannya kamu ini gak bisa berenang ya?" tanya Ina heran dan kaget. 

"Kata siapa?" tanya Lukas. 

"Ya Ivanka yang bilang sama saya, kamu waktu itu saya suruh bersihin kolam dan gak sengaja Ivanka menyenggolmu sampai nyemplung ke kolam dan ternyata kamu gak bisa berenang, tapi kenapa sekarang jadi jago sekali?" tanya Ina. 

"Apa?? Jadi Novrida mengalami siksaan tidak hanya dalam pekerjaan rumah saja? Melainkan sudah sampai ke fisik? Memang bener-bener mamah dan Ivanka," batin Lukas geram. 

"Waktu itu hanya akting saja, mau melihat apakah Ivanka berniat menolong saya atau tidak," jawab Lukas berusaha menyembunyikan kebohongannya. 

"Halah emang dasarnya kamu itu ratu drama," sindir Ina sambil berlalu pergi. 

***

Di lain sisi Novrida diajak makan siang oleh kliennya sembari berbincang santai, awalnya Novrida hendak menolak namun karena paksaan akhirnya Novrida menyanggupi ya meskipun nantinya dia bingung mau bersikap bagaimana. 

"Dengar-dengar sekarang pak Lukas sudah punya istri ya?" tanya kolega basa-basi. 

"Dapat informasi darimana pak?" tanya Novrida terkejut, karena pernikahan mereka terbilang tertutup bahkan hanya keluarga inti saja yang hadir. 

Pernikahan yang seharusnya menjadi hari bahagia juga bersejarah, nyatanya hanya kesedihan yang dirasa oleh Novrida. Hanya dari pihak wanita saja yang mengundang keluarga sekaligus teman dekat, itu pun dibatasi oleh pihak keluarga pria dan dilarang membagikan momen pernikahan ke media sosial, keluarga Lukas takut kalau ada salah satu kolega bahkan teman-teman orang tua Lukas yang nantinya melihat, ia takut nama baik keluarga Lukas tercoreng karena memiliki menantu orang biasa. 

"Ah ada beberapa informasi yang sempat beredar pak, apakah betul?" tanya kolega penasaran. 

"Maaf Pak sepertinya saya harus mengangkat telepon dulu, permisi," ucap Novrida menghindar lalu menelpon Lukas. 

Drrtt.. Drrtt… dering ponsel Lukas yang berada di meja makan, namun sayangnya kini Lukas sedang berada di kamar. Hingga tiga kali panggilan tak juga diangkat, Novrida sampai panik bahkan bingung untuk menjawab pertanyaan kolega suaminya itu. Ia takut nantinya salah menjawab dan menjadi boomerang bagi keluarganya. 

Ketika Novrida hendak kembali menemui koleganya, tiba-tiba ada telepon dari Lukas dan segera ia angkat. 

"Halo? Ngapain sampai tiga kali telepon? Apa ada yang urgent?" tanya Lukas ketus. 

"Sangat urgent, darimana kolegamu tau kalau kita sudah menikah? Harus jawab apa aku?" tanya Novrida panik. 

"Apa?? Siapa yang memberitahu?" tanya Lukas kaget. 

"Ya mana saya tau, dia gak menjawab malah balik nanya," jawab Novrida kesal. 

"Kamu jawab apa?" tanya Lukas penasaran. 

"Ya belum menjawab lah, makanya mau nanya dulu ke kamu," jawab Novrida ketus. 

"Good.. Harus begitu, salah ucap awas aja kau!" gertak Lukas. 

"Ya jangan salahkan aku dong, mana bisa saya ini memberikan jawaban yang aman kalau kamu saja susah dihubungi," protes Novrida. 

"Aku habis mandi, tadi mamah nyemplungin aku ke kolam," jawab Lukas. 

"Apa? Kok bisa?" tanya Novrida kaget. 

"Ya karena aku membantah terus," jawab Lukas. 

"Makanya jangan bantah sama orang tua, nurut aja seperti aku, apa kamu mau pekerjaanmu makin bertambah?" sindir Novrida. 

"Mana bisa aku patuh sama mamah, yang ada makin di injak-injak," protes Lukas. 

"Whatever.. Jadi gimana? Jawab apa?" tanya Novrida. 

"Jawab aja belum menikah, jangan sampai ada yang tau pernikahan kita, paham?" tegur Lukas dan seketika hati Novrida sedih. 

Pernikahan yang seharusnya menjadi hal yang membanggakan untuk diketahui khalayak ramai, malah harus menjadi hal yang privasi bahkan sangat rahasia untuknya, apakah segitu tidak berartinya Novrida di hidup Lukas? Bahkan keluarga suaminya saja menolak kehadirannya, setidaknya Novrida berharap suaminya akan menerima dia di hidupnya, tapi sepertinya itu hanyalah mimpi. 

Novrida langsung mematikan panggilan dan menemui koleganya untuk mengklarifikasi bahwa tidak ada pernikahan yang terjadi, hatinya sedih juga sakit ketika menyampaikan itu. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!