Ina Salah Tingkah

Pagi harinya kondisi Ina semakin buruk karena tidak bisa tidur. Kondisi mamahnya yang memprihatinkan membuat Ivanka kaget. 

"Astaga mamah…" teriak Ivanka. 

"Kenapa sih teriak?" protes Ina. 

"Lihat penampilan mamah hari ini, aduh," protes Ivanka. 

"Mamah semalam gak bisa tidur," jawab Ina lesu. 

"Kenapa mah? Jangan bilang karena si udik itu?" tebak Ivanka. 

"Siapa lagi kalau bukan dia," jawab Ina membenarkan. 

"Kenapa sih mamah sampai segitunya? Jangan terlalu mendramatisir deh mah, nyatanya sampai sekarang aman-aman saja kan," ucap Ivanka tak suka. 

"Kamu enak asal ucap saja, apa kamu gak mikir kalau kita tuh belum sempat mengancam dia supaya jangan mengadukan ini pada Lukas, kakakmu," ucap Ina setengah berbisik. 

"Ha? Oh my god.. Lupa mah, gimana nih?" tanya Ivanka panik. 

"Makanya itu yang membuat mamah sampai gak bisa tidur, mamah takut si udik itu mengadu pada kakakmu," ucap Ina cemas. 

"Apa kita kesana lagi mah? Mumpung ini rasanya masih aman," usul Ivanka. 

"Sama saja kita bunuh diri, kalau kakakmu gak kerja lagi gimana?" tanya Ina. 

"Iya sih.. Pasti dia merawat istrinya ya mah," jawab Ivanka. 

"Makanya mamah mikir dua kali kalau mau kesana," ucap Ina. 

"Yaudah sarapan dulu yuk mah, lapar," ajak Ivanka dan keduanya pun kini sarapan dengan perasaan tak tenang. 

Keduanya saling fokus dengan pemikiran masing-masing meskipun sumbernya sama, yaitu Novrida. 

Selesai sarapan, Ivanka pergi ke kampus dan Ina kembali ke kamar, ia enggan kemana-mana dan membatalkan acara yang sudah terjadwal, yaitu hangout dengan teman sosialitanya.

"Jeng maaf hari ini absen dulu ya, lagi kurang enak badan nih, next time agendakan lagi," isi chat Ina pada ketua sosialitanya. 

"Yah.. Gak ada jeng Ina ya gak asik dong, mana jeng Indah mau menawarkan berlian terbarunya loh jeng, katanya limited edition," ucap teman sosialitanya. 

"Iya sih jeng tapi gimana lagi, kalau dipaksa jalan malah rasanya kunang-kunang, nanti video call aja jeng kalau cocok aku beli," jawab Ina. 

"Ok baiklah jeng," jawab temannya lalu Ina kembali meletakkan ponsel. 

Tak terasa dirinya tertidur cukup pulas sampai suara ketukan pintu membangunkannya. 

"Ya sebentar," jawab Ina dari dalam. Betapa terkejutnya Ina ketika tau siapa yang ada di depan pintu kamarnya, dia adalah Lukas. "Ka.. Kamu tumben kesini, ada apa?"

"Mamah ini aku Novrida bukan anak mamah, Lukas.. Ah mamah ini selalu membuatku bersandiwara," batin Novrida. 

"Ada barang yang ketinggalan mah jadi mampir kesini sebentar," jawab Novrida menunjukkan barang yang ketinggalan, yaitu flashdisk dan hardisk. 

"Oh.. Begitu," jawab Ina kikuk. 

"Mamah kenapa? Kurang sehat ya? Kata bibi dari tadi mamah hanya dikamar terus," tanya Novrida penuh perhatian. 

"Iya.. Badan mamah kurang sehat, mungkin kecapekan," jawab Ina seadanya. 

"Yasudah istirahat saja mah, sudah minum obat?" tanya Novrida. 

"Tumben sekali kamu sangat perhatian sama mamah, kalau gini mamah senang mendengarnya," ucap Ina terharu. 

"Lah.. Memang selama ini Lukas selalu cuek ya sama mamahnya? Ah dia tuh selalu saja bikin aku tambah sulit," batin Novrida kesal. 

"Ya sekali-kali perhatian ke orang tua apa salahnya mah, gimana? Mamah udah minum obat??" tanya Novrida lagi dan Ina menggeleng. 

"Yasudah tak ambilkan dulu mah," jawab Novrida namun dicegah Ina. 

"Eh gak usah.. Biar bibi nanti yang ambilkan, kamu langsung ke kantor saja nanti terlambat," ucap Ina. 

"Beneran gak papa?" tanya Novrida memastikan. 

"Iya gak papa, santai saja.. Mamah pasti cepat sehat karena diperhatikan olehmu," jawab Ina tersenyum. 

"Baiklah.. Pamit ya mah," ucap Novrida pamit dan Ina mengangguk. 

Baru beberapa langkah berjalan, Novrida kembali membalikkan badan. 

"Mah.. Ada yang mau aku sampaikan," ucap Novrida serius dan Ina sangat tegang. 

"Ten.. Tentang a..apa?" tanya Ina gugup. 

"Istriku kepalanya diperban dan banyak darah di meja dan lantai," ucap Novrida sambil memperhatikan gesture Ina. 

"A.. Apa?? Kok.. Kok bisa be..begitu sih? Pasti.. Pasti istrimu teledor," ucap Ina terbata. 

"Kenapa mamah gugup ya? Seperti sedang menyembunyikan sesuatu, patut dicurigai," batin Novrida. 

"Tapi hatiku berkata lain mah," jawab Novrida semakin memancing Ina. 

"Memang hatimu berkata apa?" tanya Ina yang sudah bercucuran keringat. 

"Ya hatiku berkata kalau ada seseorang yang sengaja melakukan ini pada Novrida, menurut mamah gimana?" tanya Novrida sambil menatap mertuanya sangat lekat. 

Ekspresi yang ditunjukkan mertuanya sangatlah menyiratkan bahwa dirinya sedang tidak tenang, gelisah. Semakin Novrida membahas semakin terlihat pula ekspresi tidak biasa dari mamahnya. 

"Hmm.. Me..memangnya siapa yang mencelakai istrimu?" tanya Ina pura-pura gak tahu. 

"Ya Tuhan tolong selamatkan saya kali ini, saya tidak mau terkena amukan bahkan sampai dibenci anak saya sendiri, maafkan kekhilafan saya Tuhan.. Waktu itu sungguh tidak sengaja, tapi bukan berarti semua kesalahan dilimpahkan ke saya, memang cewek udik itu yang selalu membuat kesal, saya gak terima kalau dia terus menerus membantah bahkan berani menjawab pertanyaan saya, dia itu beda kasta dengan kami Tuhan, makanya itu saya sangat marah padanya," batin Ina dan keringatnya semakin bertambah. 

"Kenapa mamah seperti kepanasan gitu sih?" tanya Novrida heran sekaligus curiga. 

"Ohh.. Ini.. Ini.. Ini karena mamah kan badanya kurang sehat, iya.. Badan mamah kurang sehat dan gak tau kenapa hawanya panas sekali," ucap Ina terbata juga gugup. 

"Padahal diluar mendung mah," jawab Novrida semakin membuat Ina salah tingkah. 

"Ah apa iya? Mamah gak tau, tapi badan mamah beneran gerah kok," ucap Ina mengelak. 

"Mamah tidak lagi menyembunyikan sesuatu kan?" tanya Novrida penuh penekanan. 

"Menyembunyikan apa? Gak ada lah, ada-ada saja kamu ini," bantah Ina mulai panik. 

"Serius mah?" tanya Novrida lagi. 

Merasa terpojok, Ina kemudian berpikir keras juga cepat agar anaknya tidak lagi memiliki mencurigainya. Dan seketika ide cemerlang datang. 

"Kamu ini kenapa sih? Datang bukannya merawat mamah malah menuduh mamah yang bukan-bukan, lagian mana mungkin mamah mencelakai istri udikmu itu, kurang kerjaan saja," ucap Ina kesal. 

"Loh.. Kok mamah langsung mengarah kesitu? Padahal aku gak ada menyangkut istriku loh mah, kalau memang mamah tidak melakukannya ya jangan ngegas dong mah," ucap Novrida semakin membuat Ina terpojok. 

"Astaga.. Iya juga ya, kenapa sih ini mulut gak bisa mem filter kata-kata, gini kan aku yang kerepotan sendiri, dasar cewek udik sialan!! Hanya karena insiden tidak sengaja gini sampai aku gak bisa tidur semalaman, eh malah paginya anakku datang kesini dan memancing-mancing, gini kan aku yang kesusahan sendiri!! Kapan sih dia pergi dari hidup anakku, menyusahkan saja!!" batin Ina kesal dan tak hentinya memainkan jari-jarinya. 

"Kena kamu mah.. Kalau sampai dugaanku benar jika mamah dalang dibalik ini semua, awas saja!" batin Novrida. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!