Tak terasa jam pulang kerja telah tiba, sebuah hal yang membahagiakan bagi Novrida karena setelah ini ia akan menjadi dirinya sendiri ya meskipun masih ditubuh suaminya.
Tiba di rumah, Novrida bergegas mandi dan berganti pakaian, setelah sudah kini Novrida memilih rebahan di kamar karena badan juga pikirannya sungguh capek sekali, baru sebentar memejamkan mata, sebuah pintu terbuka dengan sedikit kasar, sudah ia pastikan jika yang masuk adalah suaminya, Lukas.
Benar saja, Lukas masuk dengan wajah yang kurang bersahabat dan juga penampilannya lusuh.
"Novrida.. Gimana tadi di kantor?" tanya Lukas dingin.
"Ya begitulah, tuh dokumen kerja sama ada di meja rias, ambil dan segera putuskan karena aku menjanjikan paling lambat besok siang," jawab Novrida sambil menarik selimut.
"Apa?? File sepenting ini kamu biarkan begitu saja bahkan malah kamu bawa pulang? Untuk apa??" pekik Lukas geram.
"Ya untukmu lah, aku gak mau nanti ada kesalahan, katamu itu proyek besar," jawab Novrida enteng.
"BANGUN!!" pekik Lukas menarik paksa tubuh Novrida hingga istrinya itu kaget.
"Aw.. Kenapa sih? Pelan dong, sakit tau," rengek Novrida terpaksa bangun.
"KAMU ITU BISANYA APA?? INI ITU FILE PENTING DAN ADA NOMINAL YANG FANTASTIS DI DALAMNYA!!" pekik Lukas.
"Tau.. Makanya aku bawa pulang, kalau nantinya aku asal tanda tangan terus kamu gak setuju, gimana? Lagian bisa gak sih jangan teriak," protes Novrida.
"GAK BISA… APA SEKRETARIS KU GAK MEMBERITAHUMU?" tanya Lukas emosi.
"Soal apa?" tanya Novrida tak mengerti.
"Soal kelangsungan meeting hari ini, apa dia gak menegurmu kalau meeting ini tuh sangat penting bahkan tanpa ada meeting pun sudah pasti bakal aku setujui," ucap Lukas.
"Oh itu.. Iya sih dia sempat menegur bahkan wakilmu juga, cuma ya itu, aku cari aman," jawab Novrida tak merasa bersalah.
"ASTAGA… PANTAS YA MAMAH SELALU MARAH PADAMU, MEMANG KAMU ITU GAK BECUS, GAK BISA APA-APA!!! INI MEETING PENTING BAHKAN SUDAH LAMA AKU MENANTIKAN MOMEN INI, HARUSNYA KAMI TAU ITU!! TADI PAGI KAN AKU SUDAH BILANG!!!" teriak Lukas emosi.
"YA… AKU MEMANG TAHU, TAPI APA AKU SALAH JIKA MEMASTIKANNYA LANGSUNG PADAMU? APA KAMU LUPA BERAPA KALI KAMU DIHUBUNGI TAPI SUSAHNYA MINTA AMPUN!! UDAH GITU MAIN NYALAHIN ORANG LAGI!! BESOK HANDEL SENDIRI PEKERJAANMU," protes Novrida juga emosi.
"KAMU JUGA LUPA KALAU TADI PAGI AKU MAU KE KANTOR TAPI KAMU MELARANGNYA, TAKUT KETAHUAN LAH, INILAH, ITULAH, SEKARANG? SEOLAH-OLAH KAMU YANG BENAR," sindir Lukas tersenyum smirk.
"YA MEMANG AKU SELALU SALAH.. BAHKAN SEMUANYA ITU SUMBERNYA SALAHKU, UDAH SALAHKAN SEMUANYA PADAKU!!! SAMPAI HAL PERNIKAHAN PUN KAMU DAN KELUARGAMU TUTUPI SEOLAH-OLAH ITU ADALAH AIB!! DAN AKU TAU PASTI PENYEBABNYA JUGA AKU KAN? KARENA AKU TIDAK SELEVEL DENGAN KELUARGAMU!!! UDAHLAH MEMANG DISINI NASIBKU HANYA DICACI, DIMAKI," teriak Novrida berurai air mata.
Entah keberanian darimana, untuk pertama kalinya ia melampiaskan apa yang dirasakan langsung kepada orangnya, mungkin penyebab pertukaran tubuh juga memberi pengaruh besar pada mereka berdua. Novrida mana bisa menjalankan peran sebagai bos besar yang terkenal galak juga dingin, hal itu bertolak belakang dengannya.
Namun mau bagaimana lagi? Novrida tidak bisa melawan takdir, pertukaran tubuh secara tiba-tiba membuatnya harus siap menjalankan peran dengan sebaik mungkin, meskipun pada akhirnya tak ada kebaikan yang disematkan pada keluarga suaminya itu, semuanya bagaikan sebuah kesalahan dan kesalahan.
Tak mau larut dalam permasalahan yang tak akan ada ujungnya, Novrida memilih keluar kamar dan menenangkan diri. Ketika hendak keluar, tangannya dicekal oleh Lukas, ia dilarang keluar karena urusan mereka belum kelar, tapi Novrida tak mendengarkan larangan suaminya itu dan tetap memilih tidur di kamar lain.
Ketika Novrida keluar dari kamar dan pindah ke kamar tamu, adik iparnya melihat dan merasa jika ini adalah hal yang baik. Segera Ivanka memberitahukan ini pada mamahnya.
"Mah.. Mamah.. Ivanka boleh masuk?" panggil Ivanka dari luar kamar.
"Ya.. Masuklah sayang, gak di kunci kok," teriak Ina dari dalam kamar dan tanpa menunggu lama Ivanka bergegas masuk.
"Ada apa sayang?" tanya Ina lembut.
"Good news mah, pokoknya mamah pasti senang mendengar ini," ucap Ivanka antusias.
"Apa itu? Kelihatannya kamu bahagia sekali? Mamah jadi penasaran," tanya Ina penasaran.
"Tadi Ivanka lihat cewek udik itu pindah ke kamar tamu mah, tanpa Ivanka jelaskan lebih panjang lagi sudah pasti mamah tau dong apa penyebabnya?" ucap Ivanka sangat bahagia.
"Mereka lagi bertengkar?" gumam Ina dan Ivanka mengiyakan.
Sebenarnya ini berita yang cukup bagus dan sangat diharapkan oleh Ina, namun rasanya kurang lengkap kalau dirinya tidak mengetahui apa penyebab pertikaian suami istri itu.
"Mamah ke kamar kakakmu sekarang," ucap Ina beranjak pergi.
"Ikut mah.." rengek Ivanka berjalan dibelakang mamahnya.
Tepat berada dikamar Lukas, mamahnya ingin mengetuk pintu namun seketika tak jadi ia lakukan karena mendengar sang anak sedang berteriak bahkan membanting semua barang.
"Mah denger gak?" bisik Ivanka.
"Denger.. Makanya mamah diam, udah yuk balik ke kamar masing-masing aja, sepertinya kakakmu lagi gak bisa diajak bicara deh," ajak Ina dan Ivanka cemberut.
"Aaahh gak seru dong.." rengek Ivanka.
"Kamu mau kena amukan kakakmu? Mamah gak akan membantu loh ya," tegur Ina dan Ivanka menghentakkan kakinya secara kasar ke lantai lalu berjalan ke kamar.
Di kamar tamu, Novrida meluruhkan semua air matanya sambil melihat bintang yang bersinar terang.
Sinar terang sang bulan dan bintang tak seterang hari-harinya berada disini, semenjak menikah dengan pria kaya raya hidupnya malah semakin menderita. Kebahagiaan seolah enggan menghampirinya.
"Kenapa semuanya salahku? Apa aku ini memang tidak pantas untuk bahagia? Apa ini memang sudah takdirku? Tapi mengapa takdirku menyedihkan sekali?" gumam Novrida berlinang air mata.
Lama dirinya memandang bulan dan bintang yang bersinar menerangi malam, tanpa disadarinya ada sosok pria yang mengamati kesedihannya melalui jendela kamar utama, dia adalah Lukas. Suami yang seharusnya melindungi istri dan menenangkan hatinya malah justru menambah kepedihan di hati istrinya.
Lukas sebenarnya tidak mau berada di situasi ini, namun mau bagaimana lagi?? Hingga akhirnya Lukas akan mencari informasi bagaimana jiwa dirinya dan Novrida bisa kembali, bagaimanapun caranya Lukas akan hadapi.
"Ini gak boleh dibiarkan terus menerus, pokoknya gue harus cari informasi kemana pun itu agar kehidupan gue bisa kembali normal, baru sehari aja dia udah buat kekacauan seperti ini, bagaimana nanti setelahnya?? Ahh membayangkan saja sudah pusing kepalaku," gumam Lukas yang berlalu ke ranjang empuknya dan tertidur.
Sebenarnya Lukas ingin sekali mendekati Novrida dan menenangkannya, namun gengsi yang harus dijunjung tinggi membuatnya mengurungkan niat itu. Lalu Lukas lebih memilih tidur karena badannya sudah sangat capek, rasanya seperti semua tulang lepas dari tubuhnya. Pekerjaan yang diberikan oleh mamahnya sangatlah menyiksa dirinya, andai mamahnya tau apakah mamahnya memperlakukan Lukas seperti ini??
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments