Pagi hari antara Ivanka dengan Novrida terlibat pertikaian yang membuat Lukas harus turun tangan langsung.
"Hei kalian ini kenapa sih? Masih pagi udah berantem," tegur Lukas kesal.
"Dia tuh yang mulai, jadi cewek kok rese banget," adu Ivanka.
"Apa yang sudah kamu lakukan pada Ivanka?" tanya Lukas ketus.
"Adikmu duluan yang memulainya, jangan langsung menghardik ku seperti ini dong," protes Novrida tak terima.
"Yee.. Lo itu bisanya bikin mamah dan kakak gue emosi aja, ini loh kak udah tau kan kalau pagi hari waktunya orang-orang pada beraktivitas, lah dia malah ngepel lantai licin banget jadinya gue kepleset lah," rengek Ivanka.
"Ngepel? Ngapain pagi-pagi gini kamu ngepel, Nov?" tanya Lukas heran.
"Disuruh mamah kamu," jawab Novrida dingin dan memalingkan muka.
"Mamah? Gak mungkin, jangan ngarang," bantah Lukas tak percaya.
Kebetulan Ina sedang berjalan ke arah meja makan untuk sarapan dan sempat mendengarkan perselisihan paham di antara mereka bertiga, karena namanya ikut disangkut pautkan akhirnya Ina angkat bicara.
"Benar.. Memang mamah yang suruh istrimu ngepel, kenapa? Salah?" tanya Ina yang kehadirannya mengejutkan semuanya.
"Tapi kenapa harus dia mah? Disini kan ada pembantu," protes Lukas.
"Karena dia itu pemalas, bisanya hanya makan tidur saja, hari-hari dilaluinya hanya di kamar, mamah jadi sumpek lihatnya jadi ya mamah berikan dia pekerjaan biar ada kegiatan," jawab Ina tak merasa bersalah.
"Aku pemalas? Mah tolong jangan memperburuk saya di depan Lukas," pinta Novrida.
"Memperburuk apanya? Itu faktanya kok kan kamu memang pemalas," sindir Ina.
"Iya nih jadi orang kok sukanya drama mulu, males gue dengernya," ejek Ivanka.
"Diam kamu!!! Ini semua karena ulahmu ya yang selalu saja menyusahkan gue, memang apa salah gue sampai harus menerima semua siksaan demi siksaan ini," pekik Novrida membuat semuanya geram.
"NOVRIDA!!! JANGAN TINGGIKAN SUARAMU DI HADAPAN KELUARGA KU APALAGI ADA AKU DISINI!!!" pekik Lukas tak terima keluarganya diteriaki oleh istrinya sendiri dan hampir saja Lukas menampar Novrida namun langsung ia tahan.
"Kamu lebih membela dia? Jelas-jelas mereka loh yang membuat aku tersiksa kayak gini," protes Novrida.
"Sudah lebih baik kita sarapan, bahas istrimu tak akan ada habisnya," ajak Ina lalu Lukas dan Ivanka berlalu ke meja makan.
Merasa dirinya tidak diajak oleh suaminya membuat hati Novrida sangat sedih, ia pikir dengan adanya sang suami di rumah membuat mertua dan adiknya akan berbaik hati meskipun itu hanya pura-pura, tapi nyatanya? Mereka tetap saja membenci Novrida. Tanpa disadari oleh Novrida yang sedang asyik melamun, Lukas sedari tadi memperhatikan gerak gerik istrinya hingga mulutnya sudah tidak bisa menahan lagi untuk berteriak.
Dipanggil lah Novrida untuk makan bersama dalam satu meja yang membuat Ina juga Ivanka merasa tak suka, baginya Novrida tidak pantas berada satu meja dengan keluarga Smith apalagi latar belakang Novrida yang bukan dari kalangan elite semakin menambah rasa tidak suka pada Novrida.
Ketika mereka tengah menikmati sarapan, tiba-tiba terlintas di pikiran Ivanka untuk mengerjai kakak iparnya itu. Ia awalnya makan dengan tenang sampai akhirnya pura-pura tersedak dan menyuruh Novrida untuk mengambilkan minum, awalnya Novrida enggan melakukannya karena posisi gelas dan teko minum berdekatan dengan Ivanka, namun akhirnya dengan terpaksa Novrida mengambilkan minum karena melihat ekspresi suami dan mamah mertuanya yang tidak bersahabat itu. Deheman sang suami sanggup membuat Novrida menyadari jika dirinya harus menuruti kemauan Ivanka.
Setelah semuanya selesai makan, Ivanka kembali membuat ulah lagi dengan menjulurkan kaki tepat ketika Novrida berjalan sehingga membuat kakak iparnya itu terjatuh dan piring yang ada di tangannya lantas pecah berkeping-keping. Ina yang melihat itu semua seketika marah dan refleks menampar pipi Novrida dengan sangat keras sehingga menimbulkan bekas merah di pipinya.
Novrida langsung memegang pipinya dan memandang ke arah suaminya dengan harapan agar sang suami memiliki belas kasihan padanya, namun sayang seribu sayang, Lukas acuh dan hanya diam saja melihat istrinya diperlakukan buruk oleh keluarganya, bagi Lukas hal itu pantas didapatkan karena Novrida sudah memecahkan barang milik keluarganya.
Setelah acara sarapan selesai kini Lukas bergegas berangkat ke kantor disusul Ivanka yang berangkat kuliah. Rumah mewah dan luas ini sekarang hanya ditinggali Novrida juga mamah mertuanya beserta para pembantu yang sedari pagi sibuk dengan kegiatannya masing-masing. Novrida mengantarkan Lukas sampai teras depan sambil membawakan tas kerjanya, ketika Lukas hendak ke mobil tak lupa Novrida mengulurkan tangan untuk mencium tangan suaminya sebelum berangkat kerja, namun lagi-lagi kekecewaan yang didapat, Lukas hanya mengambil paksa tas kerjanya dan segera menuju mobil. Melihat itu membuat Ivanka tersenyum bahagia karena kini kakaknya juga ikut membenci Novrida.
Setelah memastikan suaminya keluar dari gerbang kini Novrida beranjak ke kamar karena tubuhnya sungguh capek akibat mengepel lantai dari atas sampai bawah tanpa henti. Hampir saja ia memejamkan mata, sebuah ketukan pintu sangat keras membuatnya kesal.
"Novrida…" panggil Ina sangat nyaring.
"Astaga kenapa lagi sih? Apa gak bisa ya mamah membiarkan aku ini sejenak beristirahat, emang dia pikir gak capek apa ngepel lantai dengan rumah segede ini," gumam Novrida sembari membukakan pintu.
"Lelet banget sih buka pintunya, jangan bilang kamu ini tidur," tuduh Ina.
"Hampir mah, ada apa mah?" tanya Novrida.
"Enak saja jam segini tidur, kamu itu bukan ratu disini, nih daftar kerjaanmu hari ini, ingat ya jangan sampai terlewat," gertak Ina sembari melempar catatan.
"Menyapu halaman depan dan belakang, mencuci piring, membersihkan kolam ikan, mengelap seluruh kaca rumah?" gumam Novrida yang didengar oleh Ina.
"Yap benar sekali, kerjakan sekarang juga," perintah Ina dengan wajah galaknya.
"Mah.. Boleh gak Novrida istirahat dulu, capek badanku mah habis ngepel lantai," pinta Novrida.
"GAK.. GAK ADA KATA NANTI, SAYA BILANG SEKARANG YA SEKARANG, APA PERLU SAYA TAMBAHI LAGI? JANGAN BANTAH YA JADI ORANG, MASIH UNTUNG KAMU DISINI BISA TINGGAL DI RUMAH MEWAH DAN MAKAN MAKANAN ENAK," pekik Ina lalu masuk lagi ke kamarnya.
Sudah ia duga jika nantinya Novrida membantah maka makian dan hinaan akan keluar dari mulut mertuanya. Memang dia dinikahi oleh pria kaya raya dan kini bisa merasakan tinggal di rumah yang mewah dan megah, namun semua yang terlihat di mata tidak sejalan dengan apa yang ia rasakan. Hari-hari Novrida lalui seperti pembantu rumah tangga, rasa sakit hati atas perlakuan tak baik yang dilakukan suami dan keluarganya belum juga kering, kini ditambah lagi dengan pekerjaan rumah yang tak ada habisnya.
Manusia juga memiliki batas kesabaran, begitu juga dengan Novrida, apa yang ia rasakan semakin hari semakin menyakitkan, lantas dengan refleks nya ia memohon pada Tuhan supaya kelak suatu hari suami dan keluarganya merasakan apa yang dirasakan olehnya.
"Ya Tuhan, mengapa ketidakadilan ini hanya terjadi padaku saja? Tolong Tuhan.. Aku meminta padamu, berikan ganjaran pada suami dan keluarganya rasa tersiksa yang sangat amat sakit melebihi apa yang aku rasakan saat ini," harapan Novrida berdoa dalam hati dengan sangat khusyuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments