"Mah mending sarapan dulu deh, lapar nih, masak iya kita cari kakak tapi gak ada tenaga," rengek Ivanka.
"Ah kamu ini makan aja bisanya, mamah ini lagi siaga jangan sampai kakakmu ketemu cewek kampung itu dan membawa balik kesini," protes Ina.
"Mamah cari sendiri aja sana, kalau ngajak Ivanka ya tunggu selesai sarapan, asal mamah tau ya sarapan adalah awal dari sumber tenaga," ucap Ivanka dan Ina menuruti kemauan anaknya.
Memang benar sih lebih baik sarapan dulu supaya ada tenaga, mencari Lukas bukanlah hal yang mudah mengingat dia memiliki banyak akses dan koneksi yang bisa membawanya kemana pun.
Selesai sarapan Ina dan Ivanka bersiap mencari Lukas.
"Kita cari dimana mah? Cari kakak susah loh," tanya Ivanka.
"Cari dimana ya? Coba ke kantornya dulu," jawab Ina dan menyuruh supirnya ke kantor Lukas.
Tiba di kantor, sekretaris tidak mendapati bosnya di ruangan dan memberitahukan ini pada Ina juga Ivanka.
"Maaf Bu Ina Smith, tapi sepertinya bapak Lukas tidak datang," ucap sekretaris.
"Loh? Lalu kemana dia? Sudah berapa lama gak ke kantor?" tanya Ina kaget.
"Baru hari ini bu, kemarin masih berangkat kok," jawab sekretaris jujur.
"Ah anak itu menyusahkan orang tuanya saja, kabari saya kalau tau keberadaannya," perintah Ina.
"Baik bu, ada yang bisa saya bantu lagi?" tanya sekretaris.
"Gak ada.. Makasih infonya," jawab Ina lalu meninggalkan kantor Lukas.
"Kita cari kemana lagi mah? Kakak gak berangkat ke kantor loh," tanya Ivanka.
"Jangan bawel bisa, mamah juga masih mikir nih," tegur Ina dan Ivanka kesal.
"Ish mending gini kuliah aja," gumam Ivanka.
"Mamah dengar ya Ivanka," sindir Ina dan Ivanka memilih ke mobil.
Didalam mobil, Ina hanya menyuruh supirnya lurus dan terus lurus tanpa tau mau kemana, hal yang membuat Ivanka bosan.
"Mah kita mau kemana sebenarnya?" tanya Ivanka kesal.
"Mamah juga bingung Ivanka, kamu tau biasanya kemana saja kakakmu?" tanya Ina.
"Mana Ivanka tau, emang Ivanka bodyguard apa," jawab Ivanka ketus.
"Makanya jangan bikin mamah pusing, coba ke rumah yang satunya pak," ucap Ina dan mereka melajukan mobil ke rumah yang satunya yang hanya berbeda daerah saja.
Sesampainya di rumah yang satunya, penjaga rumah mengatakan jika Lukas sudah lama tidak pernah datang kemari bahkan tidak ada tanda-tanda keberadaannya. Ina semakin pusing dan berpikir keras harus kemana lagi mencari Lukas. Telepon nya juga tidak aktif,
Lalu Ina memiliki firasat jika Lukas ada di apartemen, namun pikirannya mengatakan mana mungkin anaknya kesana sedangkan di apartemen saja sudah lama disewakan.
"Ivanka, apa kita ke apartemen kakamu saja ya?" tanya Ina.
"Bukannya disewa temannya ya mah," jawab Ivanka.
"Iya sih tapi kok feeling mamah mengatakan kalau kakakmu disana sama cewek udik itu," ucap Ina memandang lurus.
"Mending mamah telepon pihak apartemen dulu dan tanyakan apakah kakak disana apa tidak, daripada kita jauh-jauh kesana jadinya kayak gini lagi, kakak gak ada," ucap Ivanka mengingatkan.
"Benar juga, bentar," jawab Ina lalu menelpon resepsionis apartemen.
Kebetulan sekali pihak apartemen yang berjaga adalah karyawan magang, jadinya dirinya tidak mengetahui yang menghuni apartemen Lukas itu temannya apa Lukas. Sebuah keberuntungan bagi Lukas namun kekecewaan bagi Ina.
"Gimana mah?" tanya Ivanka.
"Katanya ada yang menepati tapi tidak bisa dipastikan kalau itu kakakmu," ucap Ina sedih.
"Tuh kan, benar kataku, nyari kakak tuh susah mah, seperti mencari jarum didalam jerami," ucap Ivanka.
"Mamah gak tau lagi mau cari kemana," jawab Ina lirih.
"Pulang saja mah nanti kakak ada waktunya pulang kok," ucap Ivanka.
"Tapi kalau kakakmu keburu ketemu cewek kampung itu gimana?" tanya Ina.
"Ya gimana lagi mah, dia kan istrinya," jawab Ivanka bingung.
"Kamu ni mamah minta solusi malah bikin emosi," jawab Ina kesal dan Ivanka hanya tersenyum kecil.
"Gimana lagi mah? Nyari orang kayak kak Lukas tuh susah, bisa aja dia diluar pulau atau bahkan ke luar negeri," jawab Ivanka berpikir logis.
"Gak mungkin kan mah kita mencari kakak ke seluruh dunia? Bisa pusing kita," ucap Ivanka lagi.
Ina memilih diam sembari mencerna kata-kata putrinya, ada benarnya juga apa yang dikatakan Ivanka. Lukas memiliki relasi yang cukup besar bahkan bisa pergi kemana pun dia mau, tidak menutup kemungkinan saat ini berada di luar negeri.
"Mah.. Kenapa gak telpon cewek udik itu aja," usul Ivanka.
"Idih.. Buat apa?" tanya Ina kesal.
"Mungkin saja dia tau dimana kakak," tebak Ivanka.
"Itu menjatuhkan harga diri mamah," jawab Ina gengsi.
"Mau gimana lagi mah?" tanya Ivanka.
"Gak deh.. Gengsi dong," tolak Ina.
"Up to you mah," jawab Ivanka pasrah.
Lelah mencari Lukas yang tak juga menemukan titik terang, akhirnya Ina juga Ivanka memutuskan untuk beristirahat di sebuah kafe yang tak jauh dari lokasi terakhir kali mencari Lukas.
"Kesana dulu yuk sambil mikir kakakmu dimana, siapa tau setelah kita rehat sejenak ada petunjuk," ajak Ina dan Ivanka pun setuju.
Kebetulan sekali Novrida memang berada di kafe itu untuk membeli beberapa makanan juga minuman karena belanjaanya tadi hanya sedikit. Ketika hendak membayar, Ivanka melihat seseorang mirip Novrida dan memberitahu mamahnya.
"Mah.. Mah.." panggil Ivanka.
"Kenapa?" tanya Ina yang fokus memilih menu.
"Lihat deh, itu cewek udik apa bukan?" tanya Ivanka.
"Ha? Yang bener, mana?" tanya balik Ina.
"Itu loh mah yang lagi bayar," jawab Ivanka menunjukkan tangan ke arah kasir.
"Iya.. Kayak Novrida ya? Coba yuk kita kesana buat memastikan," ajak Ina dan Ivanka setuju.
"Hei cewek udik," panggil Ivanka sembari menyenggol lengan Novrida.
"I..ivanka? Mamah?" ucap Novrida kaget dan menunjuk kedua wanita itu.
"Benar kan mah dia cewek udik itu," ucap Ivanka dan Ina mengangguk setuju.
"Saya mau tanya, tau dimana anakku gak? Semalam dia gak pulang," tanya Ina ketus.
"Lah anak mamah tuh ya ini, didepan mamah, gimana sih? Yang semalam gak pulang justru yang dipanggil Ivanka cewek udik," batin Novrida melihat Ina dan Ivanka bergantian.
Kebetulan Lukas ingin menghampiri istrinya namun melihat ada Ina juga Ivanka langsung mengurungkan diri.
"Lagi ngomongin apa sih mereka? Kalau gue kesana bahaya gak ya?" gumam Lukas.
"Woii ditanyain tuh jawab, budeg ya?" tegur Ivanka membuyarkan Novrida.
"Gak.. Kupingku masih normal," jawab Novrida ketus.
"Lagian kalian ini aneh, cari Lukas kok kesini, ya ke kantornya dong apa kemana kek, mana nanya ke saya lagi, emang sini tau," jawab Novrida ketus lalu memilih pergi. Malas rasanya berhadapan dengan mereka berdua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments