Kebetulan sekali ketika Novrida ingin pulang cuaca diluar sedang hujan lebat disertai angin kencang dan petir.
"Tuh denger gak? Hujan kan? Udah dibilangin menginap lah di sini," tegur Lukas tersenyum penuh kemenangan.
"Aku mau menunggu hujan sampai reda, mungkin hanya sebentar saja," ucap Novrida tetap ingin pulang.
"Apa susahnya sih tidur disini? Aku kan juga suamimu," tanya Lukas dan Novrida hanya bergidik ngeri, membayangkan ia memeluk dirinya sendiri rasanya geli.
"Aneh.." gumam Lukas lalu menuju kamar mandi.
Kebetulan perutnya sangat lapar karena tadi belum sempat makan siang, lalu Novrida menuju dapur dan mencari stok makanan yang ada, ia sangat kebingungan ketika tau hanya ada mi instant, telur, roti dan beberapa minuman.
Lalu Novrida terpaksa memasak mi instant campur telur, yang penting perutnya bisa terisi. Aroma mi instant memang menggugah siapa saja dan pasti tidak akan ada yang bisa menolak untuk memakannya. Lukas pun demikian, selesai dari kamar mandi, ia pun mencium aroma mi instant dan perutnya seketika demo.
"Baunya enak sekali sih, jadi mau," rayu Lukas mendekati Novrida yang sedang memasak.
"Yaudah ini buatmu, aku buat yang baru," ucap Novrida sedikit kesal.
"Gak.. Kita makan saja sepiring berdua, kan pas," goda Lukas dan lagi-lagi Novrida dibuat heran dengan tingkah suaminya itu.
"Gak mau, aku ini lapar banget tau," protes Novrida dan Lukas tersenyum lebar.
Dua mangkuk mi instant dengan telur diatasnya sangatlah cocok disantap di cuaca yang sedang dingin seperti ini, baik Novrida maupun Lukas menikmati makan malam yang sederhana ini dengan sangat nikmat. Novrida merasa makan kali ini terasa berbeda, lebih terasa intimnya. Entah ini hanya perasaannya saja atau tidak.
"Enak gak?" tanya Novrida kaku.
"Jelas enaklah, apalagi dimakan dalam situasi seperti ini," jawab Lukas.
"Situasi yang bagaimana?" tanya Novrida.
"Hujan cuacanya kan dingin tuh jadi cocok kalau makan yang hangat-hangat," jawab Lukas terus menyeruput mi.
"Tuh kan dia kembali lagi ke sifat aslinya, untung aku gak baper," batin Novrida.
"Ada satu lagi alasannya," ucap Lukas membuat Novrida penasaran.
"Apa?" tanya Novrida dingin sambil makan.
"Karena ada kamu disini, kita hanya makan berdua, meskipun hanya mi instan tapi percayalah ini mengalahkan rasanya wagyu steak bintang lima," ucap Lukas terus terang dan membuat Novrida tersedak.
"Uhuk.. Uhuk.. Uhuk.." suara tersedak Novrida dan Lukas langsung mengambilkan minum.
"Makanya kalau makan hati-hati," tegur Lukas memberikan segelas air.
"Ya maaf, tadi gak sengaja kuahnya panas banget," alibi Novrida untuk menutupi rasa salah tingkahnya.
"Bukan karena ucapanku tadi ya?" tanya Lukas menebak.
"Percaya diri banget," jawab Novrida lalu kembali makan.
Jujur saja, Novrida diam-diam sangat salah tingkah bahkan ia sampai kebingungan mau melakukan apa, gerogi juga salah tingkah menjadi satu. Lukas yang melihat ekspresi istrinya hanya bisa tertawa kecil.
Hujan tak juga reda dan acara makan pun telah selesai, baik Novrida maupun Lukas bingung mau melakukan apa.
"Kamu bosan gak?" tanya Lukas.
"Sedikit," jawab Novrida jujur.
"Suka nonton film?" tanya Lukas dan Novrida mengangguk.
"Ok baiklah, aku ada beberapa koleksi film tapi banyak yang horor, kamu takut gak?" tanya Lukas memastikan.
"Siapa yang takut? Aku? Enggaklah, sama setan kok takut," jawab Novrida dengan sombongnya.
"Haha beneran ya? Awas kalau takut," tantang Lukas dan menyetel kan film horor.
Sebenarnya Novrida bukan takut menonton film horor, melainkan hanya kaget saja dengan sound effect juga scene adegan ketika setannya muncul.
"Semoga saja aku gak malu-maluin," batin Novrida berusaha tenang.
Film pun dimulai, adegan demi adegan semakin membuat tegang keduanya hingga akhirnya setan tiba-tiba muncul dan memenuhi layar televisi Lukas, refleks saja Novrida berteriak histeris dan kemudian memeluk Lukas sangat kencang.
Mendapat serangan dadakan dari sang istri membuat Lukas tersenyum penuh kemenangan lalu membalas pelukan Novrida dengan lembut. Merasa ada yang memelukmya membuat Novrida seketika sadar dan segera melepas pelukannya.
"Jangan cari kesempatan deh," protes Novrida menahan rasa malu.
"Gak ada tuh, kamu yang mulai duluan, lupa?" ejek Lukas membuat Novrida semakin salah tingkah. Novrida memilih diam lalu kembali melanjutkan film, baru saja dia menoleh ke arah televisi, setan kembali muncul dengan jeritan yang sangat nyaring.
"Aaaaaa…" teriak Novrida kembali memeluk Lukas dengan erat.
"Sudah aku bilangin dari awal, takut apa enggak eh jawabannya malah gitu, kenapa sekarang asal main peluk aja? Untung suamimu loh ini," sindir Lukas tersenyum senang.
"Apa sih, salahin setannya tuh kenapa muncul tiba-tiba, kasih kode kek," protes Novrida kesal.
"Namanya aja film horor, kalau kasih kode ya gak seru dong," jawab Lukas.
"Ya.. Ya.. Tapi gak gitu juga, setan munculnya kok memenuhi layar," protes Novrida membela diri.
"Ya harusnya gimana? Menjauh dari layar? Percuma make up dong, ntar gak ada kesan horornya," jawab Lukas lagi.
"Ah tauk ah.. Males," jawab Novrida masih memeluk Lukas.
"Yah dimatiin dong ini? Padahal masih seru," ucap Lukas memancing.
"Kenapa dimatiin?" tanya Novrida setengah gugup, antara bersyukur dimatiin namun nantinya malah dicap penakut.
"Ya habisnya kamu takut gitu," jawab Lukas memancing.
"Hei.. Siapa juga yang takut, tadi hanya kaget saja, ingat itu.. Kaget bukan takut, itu dia arti yang berbeda jauh," protes Novrida membela diri.
"Ah iya.. Iya.. Perempuan selalu benar, jadi gimana? Lanjut apa udah?" tanya Lukas memastikan.
"Ya.. Ya.. Tetap lanjut lah," jawab Novrida.
Hingga akhir film pun Novrida masih saja memeluk Lukas dan posisi mereka sangat dekat, bahkan tak ada jarak antara wajah mereka ketika berdekatan.
"Astaga kenapa jaraknya sedekat ini sih?" batin Novrida.
"Dilihat dari dekat ternyata istriku cantik juga, sayang sekali harus ada pertukaran jiwa," batin Lukas.
Keduanya saling berpandangan dalam diam dan jarak mereka semakin dekat, tanpa disadari Lukas sudah mencuri ciuman di bibir Novrida dan respon yang diberikan oleh istrinya semakin membuat Lukas tertantang. Novrida memejamkan mata seolah siap menerima serangan kenikmatan dari suaminya, akhirnya keduanya saling ber-ciuman dengan mesranya.
Baru kali ini Lukas merasakan bagaimana nikmatnya bisa melakukan ciuman apalagi posisi mereka kini hanya berduaan saja layaknya sedang honeymoon. Hujan yang semakin deras membuat suasana semakin mendukung, seolah alam pun merestui penyatuan mereka ini.
Semakin lama mereka semakin menginginkan lebih dan akhirnya keduanya beralih ke ranjang lalu melanjutkan aksinya. Mereka melakukannya dengan sangat rilek dan penuh kenikmatan, hingga ketika sampai puncak, tak lupa Lukas mencium kening Novrida lalu mengucapkan terima kasih.
Baru setelah itu Novrida tersadar jika di antara mereka sudah melakukan hal yang membuatnya sangat malu, meskipun itu adalah hal lumrah bagi sepasang suami istri namun dari awal Novrida sudah menahan diri agar tidak sampai ke hal itu, mengingat jika sekarang kondisi mereka sedang tertukar jiwanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments