Mertua Seperti Ibu Tiri

Pagi hari Lukas dan Novrida sudah bangun dan bersiap, hari ini rencananya Lukas ingin pergi ke kantor untuk mengecek perkembangan kantornya sekaligus melihat kemampuan istrinya itu. 

Hari demi hari telah dilewati mereka dengan baik, kini Novrida bisa menjalankan peran sebagai Lukas begitu juga sebaliknya. Kemajuan perusahaan pun terlihat meskipun belum signifikan dan sesuai target Lukas, setidaknya di tangan Novrida kini perusahaannya tetap berjalan. 

Jika sewaktu-waktu Lukas tidak bisa mengurus perusahaan kan bisa dialihkan ke Novrida. 

"Mau kemana kalian? Masih pagi udah rapi aja," tanya Ina penasaran. 

"Berangkat ke kantor mah," jawab Lukas lalu duduk di kursi. 

"Jangan bilang istri udikmu juga ikut," tebak Ina dan Lukas mengangguk. 

"Astaga.. Jangan gila deh, apa kata orang-orang nantinya?" protes Ina tak setuju. 

"Emangnya nanti apa kata orang mah?" tanya Novrida penasaran. 

"Kamu gak usah ikut campur ya, ini saya lagi bicara sama anak saya," tegur Ina kesal. 

"Yang kamu tegur barusan itu anakmu kandung mah, justru lawan bicaramu malah itu istriku," batin Novrida heran dan memilih diam. 

"Pokoknya mamah gak setuju kalau istrimu ini ikut ke kantor, bisa membawa sial nantinya bahkan malah membuat bangkrut," protes Ina yang membuat hati Novrida sakit. 

"Justru perusahaan berkembang karena dia mah," ucap Lukas membuat mamahnya bingung. 

"Sejak kapan dia membuat perusahaan berkembang? Apa kontribusinya?" sindir Ina dan keduanya hanya terdiam. Hampir saja ketahuan. 

"Sejak…" jawab Lukas kelabakan. 

"Udahlah aku dirumah saja, benar kata mamahmu nanti yang ada malah buat malu," jawab Novrida pasrah. 

"Bagus kalau kamu tau diri," jawab Ina senang. 

"Tapi…" ucap Lukas terpotong dan akhirnya memilih diam setelah melihat kode mata dari Novrida. 

"Gak ada kata tapi kak, jangan bantah kata mamah nanti durhaka namanya, lagian benar kok kata mamah kalau istrimu ikut malah yang ada bikin susah, dia mana tau urusan kantor," ejek Ivanka. 

"Ish.. Kenapa sih mamah juga Ivanka masih saja benci sama istriku," batin Lukas heran. 

Akhirnya Novrida alias Lukas gagal ikut ke kantor, sudah pasti nantinya pekerjaan rumah akan siap diberikan oleh mamahnya. 

Benar saja, Lukas baru saja melajukan mobilnya keluar gerbang, mamah Ina sudah menyeret tangan Novrida untuk ke belakang. Ingin sekali memberontak dan menegur mamahnya, namun ia ingat jika sekarang dirinya itu di kenal sebagai Novrida. 

"SINI IKUT…" pekik Ina lantang dan terus menyeret tangan Novrida. 

"Aw.. Sakit tau mah," rengek Novrida. 

"UDAH BERANI MENGAMBIL HATI ANAK SAYA YA, UDAH MULAI SOK CANTIK RUPANYA!!" pekik Ina lantang. 

"Gak pernah sekali pun saya mengambil hatinya mah, kenapa mamah sangat marah sekali?" tanya Novrida heran. 

"OH YA JELAS SAYA MARAH!!! KAMU MAIN MASUK KE KELUARGA SMITH SAJA SUDAH MEMBUAT SAYA MURKA BUKAN MAIN, APALAGI INI BERANINYA MENGAMBIL HATI ANAK SAYA!!! SETELAH INI APALAGI? HARTA DAN KEKUASAAN?" sindir Ina. 

"Gak pernah terlintas dipikiranku untuk mengambil apa yang bukan milikku," jawab Novrida tegas. 

"Halah omongan manis saja, mana ada orang miskin yang mau hidup cuma-cuma," ejek Ina. 

Lalu Ina mengambil keranjang pakaian dengan emosi yang sudah ke ubun-ubun. 

"NIH.. CUCI SEMUA PAKAIAN DAN JANGAN PAKAI MESIN, SETELAH ITU SETRIKA DENGAN RAPI," ucap Ina melemparkan keranjang baju ke Novrida hingga mengenai kakinya. 

"Aw sakit…" rengek Novrida. 

"LEBIH SAKIT LAGI KALAU SAMPAI NANTINYA TERBUKTI KAMU MENGUASAI SEMUANYA!!! PENDERITAANMU AKAN BERTAMBAH, CAMKAN ITU!" ancam Ina. 

"Memang salahku dimana sih mah? Aku masuk ke keluarga kalian juga Lukas yang menyetujuinya," protes Novrida. 

"Jelas setuju lah, ayahmu kan licik, persis sepertimu, suatu keberuntungan kamu ditabrak oleh anak saya jadi ayahmu mengambil kesempatan dalam kesempitan," ejek Ina. 

"Tidak ada kesempatan dalam kesempitan, semua terjadi atas kesepakatan," bantah Novrida. 

"Halah pintar jawab aja bisanya, kerjakan!" perintah Ina murka. 

"Kalau mamah tidak menyukaiku dan selalu membuat susah, kenapa tidak mamah kembalikan ke orang tuaku saja? " tanya Novrida kesal. 

"Ya itukan urusanmu dengan Lukas dan pastinya saya sudah bermain cantik agar kamu keluar dari sini secara sukarela," ucap Ina tersenyum lebar. 

"Main cantik? Maksudnya?" tanya Novrida tak mengerti. 

"Ya kamu gak perlu tau, semua sudah saya atur, tinggal tunggu waktunya saja," jawab Ina membuat Novrida kurang puas. 

"Kenapa malah bengong? Kerjakan!!! Mau saya tambah lagi?" tanya Ina geram dan Novrida hanya menggeleng. 

Didalam hati Novrida alias sedang memikirkan apa yang dimaksud mamahnya barusan, main cantik yang seperti apa? Rencana apa yang sudah mamhanya susun? Apa dengan menyiksa istriku seperti ini? Atau apakah ada lagi? Sepertinya memang mamah harus dipancing, tapi gimana? Apakah harus keluar dari sini? Ahhh kenapa rumit sekali menjalankan peran sebagai wanita. 

Sambil mencuci baju asal-asalan tak sengaja pakaian Ina robek kecil, Lukas langsung melempar pakaian mamahnya ke ember lagi dan bingung mau menjelaskan bagaimana. 

"Aduh.. Masalah apalagi ini? Kenapa mamah gak bisa lihat Novrida bahagia ya? Ini pakaian kesayangan mamah kenapa bisa sampai sobek ya? Apa karena mengucek ku terlalu keras?" gumam Lukas panik. 

Kebetulan sekali Ina kembali ke belakang untuk menambah kuota cucian Novrida dan tanpa sengaja ia melihat pakaiannya sedang dipegang bagian yang sobek. Melihat pakaian kesayangannya sobek membuatnya seketika murka. 

"APA YANG KAMU LAKUKAN DENGAN PAKAIAN SAYA?!!" teriak Ina lantang dan Novrida kaget bukan main. 

"Ma.. Mamah," ucap Novrida terbata. 

"KENAPA? KAGET MELIHAT SAYA SUDAH ADA DISINI LAGI? MAU ALASAN APA? HA!!!" teriak Ina emosi. 

"Ini gak sengaja mah lagian hanya sobek kecil kok," jawab Novrida enteng. 

"APA KAMU BILANG!!! HANYA SOBEKAN KECIL? LALU SAYA HARUS MENJAHIT PAKAIAN YANG SUDAH RUSAK, GITU?" teriak Ina. 

"Memang gak sengaja mah, namanya mencuci pakai tangan ya gini," jawab Novrida membela diri. 

"Makin hari pekerjaanmu makin gak becus, rasakan ini!!!" ucap Ina mengambil ember yang penuh sabun dan menyiramkan nya ke tubuh Novrida. Alhasil seluruh tubuhnya penuh dengan sabun cuci, tak hanya itu saja, Ina lalu menyeret tangan Novrida ke kolam ikan dan menceburkan Novrida kesana. 

"Mah.." teriak Novrida tak terima. 

"Kenapa? Gak terima? Mau protes? Ini balasan belum seberapa, mana mampu kamu membeli pakaian ini, ha?" ejek Ina. 

"Tapi ya gak gini juga dong mah nanti ikannya bisa mati kena air sabun, belum lagi nanti aku masuk angin," protes Novrida. 

"Bukan urusan saya.. Setelah ini bersihkan kolam ikan dari sisa air sabunmu itu, saya gak mau ikan saya tercemar air tidak sehat," perintah Ina. 

"Tapi kan mamah yang membawaku kesini, kenapa malah aku yang disuruh memberishkan?" protes Novrida. 

"Suka-suka saya lah, masih untung saya tidak menyuruhmu makan baru atau pun pasir," gertak Ina. 

"Gak punya hati," ucap Novrida geram dan sebuah tamparan hangat dan keras sukses mendarat di pipi Novrida hingga menimbulkan bekas tanda merah. 

Plak.. Plak.. Plak.. "Berani sekali ya kamu berbicara seperti itu kepadaku, disini siapa yang tak punya hati, ha? Saya atau kamu?? Sudah tau statusmu itu tidak selevel dengan kami kenapa malah kamu nekat masuk dan menjadi bagian dari keluarga Smith? Lalu kamu perlahan-lahan mengambil hati anakku, dari situ terlihat jelas siapa yang tidak memiliki hati!!! Jangan asal ucap saja," pekik Ina murka. 

"Ini semua karena kesepakatan mah, bukan murni keinginanku," ucap Novrida membela diri. 

"Jangan selalu membantah!!" gertak Ina. 

"Mamah gak suka denganku?" tanya Novrida lirih. 

"Jelas.. Dan terpampang nyata, kenapa masih bertanya?" ucap Ina sangat tegas. 

"Baiklah saya akan pergi sekarang juga mah," tantang Novrida dan Ina malah senang. 

"Wah bagus.. Lebih cepat lebih baik, sana kemasi barangmu," perintah Ina dengan wajah bahagia. 

Tak ada kata penghalang atau pun apa, kini Novrida sudah mengemasi pakaian seadanya saja mengingat suaminya telah memberikan pakaian serta aksesoris yang tidak sedikit. 

Novrida berjalan keluar dengan membawa koper dan tas kecil yang ia sematkan di pinggangnya. Lalu Novrida memesan taksi online dan pergi ke sebuah hotel. 

"Bagus sekali akhirnya tak ada benalu dirumah lagi, ah udara terasa segar sekali," gumam Ina semangat. 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!