Menjadi Bagian Dari Dirimu

Mobil milik Dafa mulai menyusuri jalan menuju ke tempat mereka akan menjadi halal.

Di sebuah Masjid yang cukup besar yang ternyata Masjid tersebut juga dibangun oleh papa Lukaz, Penghulu serta amil sudah siap, bersama salah seorang pengurus masjid yang sudah Dafa perintahkan untuk mempersiapkan pernikahannya, yang tentu saja tanpa sepengetahuan orang tua dari Dafa maupun Ria.

Dafa hanya menyebutkan ayah dari calon istrinya sedang kritis di rumah sakit, sehingga dia tidak bisa menjadi wali nikah dan Dafa ingin menikah secara agama terlebih dahulu, baru setelah ayah dari calon istri nya sembuh akan menikah secara negara.

Ria dibawa ke salah satu ruangan didalam masjid, dia mengganti pakaiannya menjadi pakaian Muslimah, yang baru saja dibeli oleh istri dari pengurus Masjid dengan uang yang diberikan oleh Dafa.

Tangan Ria seketika gemetar dan menjadi dingin, dia tidak berdandan layaknya pengantin pada umumnya. Dia bahkan tidak membayangkan akan menikah secepat ini.

Ria cukup sadar diri, pernikahan ini bukanlah pernikahan pada umumnya yang begitu dipersiapkan oleh kedua pasangan dan keluarganya, bahkan pernikahan ini mungkin tidak di ingin kan kedua nya.

Setelah selesai mengganti pakaiannya, Ria segera dituntun oleh istri pengurus masjid kehadapan penghulu. Disana sudah ada Dafa yang siap mengikrarkan kalimat akad nikah dihadapan penghulu dan para saksi.

“Apakah kalian sudah siap?” tanya penghulu tersebut kepada Dafa dan juga Ria.

Dafa mengangguk penuh keyakinan, sedangkan Ria hanya bisa menatap Penghulu bergantian dengan menatap Dafa. Ria menganggup ragu dengan menggerakan pelan kepalanya secara perlahan.

“Nak Ria, saya paham pasti anda merasa sedih karena tidak bisa dinikahkan secara langsung oleh ayahmu. Namun tidak usah khawatir dan tidak masalah jika ayahmu sedang sakit, saya bisa mewakilkannya. Lagi pula menikah akan mendatangkan keberkahan dalam hidupmu apalagi jika tidak ditunda.”

Ungkap penghulu yang asal menebak isi hati dari Ria, dia berpikir Ria bersedih karena ayahnya tidak bisa menjadi wali nikahnya, sedangkan mereka sudah mempersiapkan pernikahan jauh-jauh hari. Padahal bukan itu yang sebenarnya terjadi.

“Kalau begitu kita mulai saja ya..” Penghulu tersebut mengulurkan tangannya yang kemudian disambut dengan jabatan tangan Dafa, dia akan segera melafalkan kalimat akad nikah.

“Saudara Dafa Selome Morrone bin Lukaz Morrone saya nikahkan dan saya kawinkan anda dengan Maria Isnawan binti Matien Nur Rohman yang walinya sudah mewakilkan kepada saya dengan mas kawin uang tunai 150 juta dan seperangkat alat sholat dibayar tunai.”

“Saya Terima nikah dan kawin nya Maria Isnawan binti Matien Nur Rohman dengan mas kawin tersebut tunai.”

“bagaimana saksi, sah?” ………….

“SAH”

“SAH”

“Alhamdulillahirrabil alamin”

ucapan syukur yang terucap dari orang-orang yang berada di pernikahannya membuat Ria tersadar, statusnya kini yang bukan lagi gadis lajang melainkan seorang istri dari Dafa Selome Morrone.

Rasanya Ria masih tak percaya, dia menikah dengan seorang pria yang bahkan nama lengkapnya saja baru dia ketahui hari ini di hari pernikahannya.

Penghulu meminta Ria untuk mencium telapak tangan pria yang telah menjadi suami nya itu, Ria segera menggeser posisi nya jadi berhadapan dengan Dafa.

Dengan ragu Ria menyambut uluran tangan Dafa dan mencium nya, tak lama Dafa pun menyentuh kepala Ria dan mencium nya di bagian kening.

Ada gelanyar aneh yang merasuk di tubuh Ria saat Dafa mencium kening nya, ribuan kupu-kupu seperti memenuhi tubuhnya ingin meledak dan kekuar dari tubuh Ria. Lidah nya kelu tak mampu mengucapkan kata apapun.

Setelah serangkaian pernikahan sederhana Dafa dan juga Ria selesai, mereka meninggalkan Masjid tempat mereka menikah.

Suasana didalam mobil Dafa tak pernah berubah, selalu saja hening tidak ada sepatah kata pun yang terucap baik itu dari mulut Dafa ataupun Ria.

Ria lebih memilih fokus memandang ke arah luar jendela, pikiran nya masih di penuhi dengan apa yang baru saja terjadi.

Dia masih belum percaya sepenuh nya, bahwa kini dia sudah menikah dengan Dosen nya itu.

Proses nya begitu cepat, seolah Tuhan memang sudah menyiapkan semua nya.

Sedangkan Dafa yang juga hanya fokus mengemudikan mobilnya tanpa sepengetahuan Ria, pikiran nya pun penuh dengan pernikahan nya tadi.

Dia bingung, haruskah dia bahagia karena sudah mempunyai istri. Atau haruskah dia merenungi, apakah salah langkah nya kali ini. Tapi bukankah sudah terlambat kalaupun menyesali yang terjadi?

Mobilnya Dafa terparkir di sebuah parkiran yang tidak dikenali oleh Ria karena ini pertama kalinya bagi Ria ke tempat ini.

“Kita dimana? Ini bukan parkiran rumah sakit ataupun jalan dekat rumah saya pak?” tanya Ria kepada Dafa yang masih sama-sama dalam mobil.

“Memangnya saya mengatakan akan mengantar kamu ke rumah sakit, atau rumah orang tuamu?” Dafa menekankan kalimat orang tuamu agar mengingatkan Ria bahwa dia akan tinggal dirumahnya sendiri Bersama suaminya setelah menikah.

Suami? Ria sendiri tak yakin apakah benar dia sudah memiliki suami dalam waktu perkenalan 2 hari.

“Lalu kita dimana pak?” tanya lagi Ria kepada Dafa.

“Sekarang kita tinggal di apartementku, kita akan di sini sementara, sampai aku menemukan rumah yang cocok” jawab Dafa santai seolah pernikahan mereka adalah sesuatu yang mereka rencanakan.

Tunggu dulu mungkin bagi Dafa pernikahan ini memang dia rencanakan tapi tidak bagi Ria.

“Tunggu sebentar pak, maksud bapak saya akan tinggal di apartement bersama bapak? Lalu bagaimana dengan keluarga saya pak? Saya akan bilang apa kepada ibu saya nanti?” tanya Ria yang mencegah Dafa saat akan keluar dari mobil.

“Itu adalah tugasmu, aku sudah banyak berpikir untuk sampai sejauh ini membantumu. Dan ya aku lupa, besok sepulang kuliah kita akan memulai pengobatanmu.” Jawab Dafa yang Kembali mengingatkan Ria tentang penyakit yang dia derita, mengapa kalimat yang keluar dari mulut Dafa selalu sebuah luka.

Baru saja Ria melupakan mengenai penyakitnya, kini Dafa mengingatkannya Kembali.

Dafa keluar dari mobil yang kemudian di susul oleh Ria, mereka memasuki lift yang di khususkan untuk penghuni apartement.

Setelah sampai di lantai yang mereka tuju, Dafa bergegas mengahampiri sebuah pintu yang Ria Yakini itu adalah pintu apartement milik Dafa.

Dia melihat Dafa menekan beberapa tombol lalu berkata “Password apartement ini adalah nomor induk mahasiswamu 141185”

Yang mana ucapan Dafa itu membuat Ria semakin bingung, bagaimana bisa pintu apartement Dafa adalah nomor induk mahasiswa Ria? sementara Ria sendiri baru mengenal Dafa dua hari.

Setelah pintu terbuka Dafa dan Ria melangkah masuk kedalam, Ria terpesona pada pandangan pertama setelah melihat isi didalam apartement yang sangat mewah bagi Ria.

Bahkan rumahnya dulu sebelum disita tidak semewah ini.

TBC🌝

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!