Dafa memarkirkan mobilnya Ketika ia sudah sampai di rumah utama.
Dia bergegas masuk untuk menemui orang tuanya.
Lukaz dan Maya bukanlah tipe orang yang suka tidur sore hari, saat Dafa masuk kedalam rumahnya dia melihat Maya dan Lukaz yang masih menonton televisi.
“Akan buruk jika mengingat usia kalian yang tidak lagi muda masih menonton Tv hingga larut malam.” Maya dan Lukaz menatap ke arah sumber suara.
“Anak kurang ajar kamu ya, bukan nya mengucap salam malah langsung menceramahi kami.” Ucap Maya kepada Dafa, sedangkan Lukaz dia tak banyak bicara.
Papa Lukaz memang tipe ayah yang jarang berkomunikasi dengan anaknya, dia tipe seorang ayah yang tegas, menerapkan kedisiplinan dan sopan santun yang kuat terhadap Dafa.
Dafa langsung merebahkan tubuhnya di samping mama Maya, dia menaruh kepalanya di atas kaki mama nya itu.
“Ada apa? Dan kenapa kamu tak pernah pulang?” Tanya Maya sambil mengelus rambut anaknya itu.
“Ma.. apa benar mama bertemu dengan Thannia?” tanya Dafa kepada mama nya.
“Ya, tentu saja. Mama sulit menghubungimu dan tidak tahu keberadaanmu! Apa seorang ibu akan diam saja dan tidak mencari dimana anaknya berada?” Tanya Maya sedikit sewot menjawab pertanyaan Dafa.
Orang tua Dafa tak ada yang mengetahui bahwa Dafa memiliki apartement. Dafa memang merahasiakannya, Dafa membeli apartement itu untuk sesekali menenangkan pikirannya dan mengerjakan pekerjaannya di saat dia tak ingin di ganggu.
Soal Mbok Darmi saja, mereka pikir dia berhenti bekerja karena faktor usia, karena Mbok Darmi memang pernah mengajukan berhenti bekerja tak lama Dafa datang kepadanya untuk membantunya di apartement dengan waktu yang lenggang tak seperti di Rumah utama.
Dan Mbok Darmi sendiri tidak banyak berkomunikasi dengan majikannya itu, dia hanya mengira Dafa mempekerjakannya karena perintah Maya dan Lukaz.
“Terbuktikan, setelah mama menemui Thannia akhirnya kamu pulang juga. Dia memang menantu idaman, dia bisa membuat kamu menurut dan pulang ke rumah.” Ucap Maya berbinar sambil mencubit kecil hidung putranya itu.
Bagi Maya Dafa adalah putra kecilnya yang masih bisa dia perlakukan secara menggemaskan. Dan menurut Maya, Dafa dan Thannia sebenarnya saling mencintai, tapi karena Dafa yang dingin dan kaku mereka tak ada perkembangan dalam hubungan mereka.
Dia tak tahu saja bahwa putra yang dia anggap masih betah dengan status lajang nya itu sudah mempunya istri yang kini dia tinggal di apartementnya.
“Ma, itu tidak benar. Aku masih banyak pekerjaan sehingga aku tidak bisa pulang. Dan lagi, apa ini Ma? Kenapa mama dan papa menjodohkan ku dengan sahabatku sendiri?” Dafa bangkit dari posisinya, dia menatap kedua orang tuanya yang kini sedang menatapnya juga.
Lukaz yang tadinya tak mau ikut campur dalam pembahasan anak dan istrinya itu pun kini mulai tertarik untuk menatap anaknya setelah pertanyaan itu muncul.
“Memang apa kurangnya Thannia? Dia cantik, pintar, baik dan dari keluarga baik-baik. Lagi pula selama ini kau tidak pernah membawa seorang Wanita kerumah?” Tanya Lukaz yang kini mulai berbicara mengeluarkan suaranya.
Maya mengangguk setuju dengan ucapan suaminya itu.
“Lagi pula, kalian sudah saling mengenal lama. Pasti rasa sayang itu sudah ada, takan sulit menciptakan rasa cinta. Papa sangat setuju jika kamu mau menikahi Thannia, bahkan jika waktu dekat!” Dafa masih tak habis pikir dengan pikiran kedua orang tuanya.
Dari mana datangnya pikiran perjodohan itu.
“Siapa tahu dengan menikahi Thannia kau mulai tertarik untuk membantu Rumah Sakit atau perusahaan kita, Thannia kan salah satu dokter di rumah sakit kita. Kau mungkin akan betah kerja bersama pasanganmu. Ingat Dafa, kamu penerus papa satu-satunya ! “ Ucap Lukaz tegas kepada anak semata wayang nya.
“Pa, Ma tolong di pikirkan lagi. Dafa tidak berniat menikahi Thannia. Dafa bisa mencari istri Dafa sendiri.” Ucap Dafa memohon pengertian orang tuanya. Ya, walaupun dingin Dafa tetaplah seorang anak dirumahnya.
“Sampai kapan, nak? Umur kami tak lagi muda.” Mama Maya bersuara sambil mengelus rambut putranya.
“Pokonya aku tidak mau menikahi Thannia, dan aku akan membawa Wanita pilihanku sendiri !” Dafa lalu bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan kedua orang tuanya.
“Dafa! Mau kemana lagi kamu!” Teriak Maya yang suaranya kian samar di telinga Dafa.
“Anak kurang ajar, begitu lah kalau kamu selalu memanjakannya.” Ucap Lukaz kepada Maya, alisnya kini menyatu, dahi nya berkerut, kepalanya terasa pening melihat anak semata wayangnya tak pernah mau mematuhinya.
“Papa nyalahin cara didik mama ke Dafa sekarang?” Tanya Maya yang mulai naik darah setelah suami nya yang tanpa sengaja menyalahkan nya.
Lukaz tahu kini dirinya mulai terancam, dia segera melunakkan wajahnya mencoba meraih jemari istrinya itu. Walaupun terkesan galak dan tegas tetap saja seorang Lukaz Morrone akan takut pada Maya Safitri istri nya itu.
“Bu-bukan begitu sayang, maksud Papa-“ ucap Lukaz terbata
“Maksud Papa apa? Gak perlu bertele-tele Mama tahu jelas arah bicara Papa kemana!” Ucap Maya memotong suara suami nya itu.
“Mama gak mau tidur sama Papa, malam ini Papa tidur saja di kamar lain!” Ucapan Maya tentu membuat Lukaz gelagapan, itu sebuah ancaman bagi Lukaz.
Walaupun sudah tak muda lagi, mereka tetaplah seperti pasangan muda. Apalagi sekarang anaknya sudah dewasa tentu mereka jadi mempuanyai banyak waktu untuk bersama.
Maya berdiri dari tempatnya, dia berjalan ke arah kamar meninggalkan Lukaz yang masih terkejut dengan kalimat Maya.
Lukaz yang mulai sadar akan ucapan istri nya itu bergegas bangkit dari posisi nya dan mulai mengekor menyusul istri nya itu.
“Sayangggg jangan begitu dong, jangan tinggalin aku sayang!” Lukaz mengeraskan suaranya mengejar sang istri yang sudah masuk ke kamar duluan dan mengunci pintu kamar nya.
Lukaz tidak bisa membiarkan diri nya tidur terpisah dengan istri tercinta nya itu. Dia tak akan bisa tertidur jika tak memeluk istri nya sambil memainkan bagian tubuh istri nya yang paling dia gemari itu.
“Ambeh apal tah bule kumaha mun neng ngadat, puasa maneh!” Maya menghentakan kaki nya sambil menggerutu kesal kepada suami nya.
(Biar tahu tuh bule gimana kalau aku marah, puasa kamu!)
.
Dafa sendiri menyandarkan tubuhnya di kursi kemudi, kepalanya menatap ke atap lurus ke depan. Dia merasa penat setelah menemui Thannia dan mendapat kabar mengenai perjodohannya, Dafa memang sempat tertarik kepada Thannia tapi dia tetap tak bisa menaruh hatinya.
Thannia memang bukan perempuan yang buruk, dia penyayang, baik, ceria dan tentunya dapat mengerti Dafa.
Tapi hanya untuk sebatas sahabat tak lebih.
Akhirnya Dafa menyalakan mobilnya, dia merasa lebih baik untuk dirinya pulang ke apartement bertemu dengan Ria.
TBC🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments