Sesampainya di apartement, dia melihat Ria yang tertidur meringkuk di sofa, sebelah tangannya masih menggenggam remot Tv dengan Tv yang masih menyala dan sebelahnya lagi ia jadikan bantal untuk kepalanya.
Dafa menekuk kaki nya, mensejajarkan posisinya dengan Ria. Dia menatap wajah Ria yang sedang tertidur itu. Entah sejak kapan dia merasa gelanyar aneh saat menatap Ria, hati nya menghangat setiap kali melihat gadis yang telah menjadi istri nya itu.
“Bukan kah sudah ku katakana untuk tak menungguku.” Ucap Dafa sambil merapikan Sebagian rambut Ria yang terjatuh menghalangi wajahnya.
Pandangan Dafa semakin dalam menatap wajah Ria, seperti di hipnotis dia memajukan wajahnya mendekat ke arah wajah Ria.
Perlahan Dafa menempelkan bibirnya di kening isterinya itu, di kecup kening istri nya itu dengan penuh kehangatan.
Kemudian Dafa segera mengangkat tubuh Ria memindahkannya untuk tidur di kamar.
Dafa membaringkan tubuh Ria di tempat tidur secara perlahan, dia mengusap rambut Ria sambil memandang wajahnya yang sedang terpejam.
Kemudian Dafa ikut membaringkan tubuhnya disamping tubuh Ria, dia memiringkan tubuhnya agar dapat terus menatap ke arah istri nya itu, entah apa yang sedang Dafa pikirkan.
Perlahan rasa kantuk mulai menghampiri nya, dia pun mulai ikut memejamkan mata nya masuk ke alam mimpi.
.
Waktu terus berlalu, tak terasa sudah dua minggu usia pernikahan mereka.
Hubungan Ria dan Dafa berangsur membaik, Dafa sudah tidak kasar lagi terhadap Ria. Walaupun kecanggungan itu masih hinggap di diri mereka tapi hubungan mereka memiliki perkembangan yang sangat bagus.
Keadaan ayah Ria pun sudah sangat membaik, sekarang ayahnya sudah dapat menggerakkan tangannya dan di izinkan melakukan perawatan di rumah oleh Dokter.
Ria tentu sangat bersyukur, dan berterima kasih kepada suaminya. Karena berkat Dafa lah ayahnya bisa di rawat secara intensive di Rumah Sakit.
Hasil pemeriksaan Dafa yang akan melakukan donor ginjal kepada Ria pun sudah keluar kemarin dan hasilnya Dafa dapat mendonorkan sebelah ginjalnya kepada Ria.
Rencananya lusa mereka akan melakukan operasi di Rumah Sakit Wijaya.
Saat ini Dafa sedang duduk di ruang kerjanya saat seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
Tok. Tok.
“Masuk” ucap Dafa saat pintunya di ketuk.
“Ehm, Mas. Apa aku mengganggu?” Ria menongolkan kepalanya dari sela-sela pintu.
“Tidak. Ada apa Ria?” Dia pun masuk setelah Dafa merasa tak terganggu oleh kehadirannya.
Ragu, Ria pun mulai kedalam ruang kerja Dafa dan berbicara mengungkapkan keresahan nya.
“Ehm, Mas. Apa tidak sebaiknya kamu pikirkan lagi untuk operasi itu?” Tanya Ria kepada Dafa.
Dafa langsung menatap ke arah Ria yang berdiri di hadapannya. Dia kemudian berdiri menghampiri Ria, memegang bahu Ria, di pandang istrinya itu yang sedang menunduk.
Dafa menyentuh dagu Ria, mengarahkannya untuk melihat ke arahnya.
“Ada apa? Apa kau takut, hem?” Ria gugup, memang sangat gugup mengenai operasi nya lusa. Apalagi sekarang posisi mereka sangat dekat.
“Aku hanya takut Mas akan menyesal nanti setelah melakukan nya. Dan lagi kita masih bisa cari pendonor lain.” Ria memalingkan wajahnya dia begitu malu di pandang secara dekat oleh suami nya itu.
Dafa kembali mengarahkan wajah Ria untuk kembali memandangnya, Dafa tersenyum hangat kepada Ria.
“Ssstt! Tak perlu khawatir, sejak menikahimu kau adalah tanggung jawabku. Tentunya aku akan sangat senang jika kau sembuh walaupun harus mengorbankan diriku sendiri.” Hangat. Ucapan Dafa saat ini benar-benar seperti suami yang sangat mencintai istrinya.
Ria menatap ke arah mata suami nya itu, dia mencari kebohongan lewat mata Dafa.
Namun dia tak menemukannya, dia hanya menemukan pancaran kasih sayang lewat mata itu.
Dafa yang melihat suasana begitu hangat tak mau menyia-nyiakan keadaan, tangan Dafa yang sebelum nya menyentuh dagu Ria bergeser kebelakang tengkuk Ria.
Dia menarik kepala Ria mendekat secara perlahan, sebelah tangan nya menyentuh pinggang Ria yang ramping untuk lebih merapatkan tubuh mereka, kemudian dia menempelkan bibirnya ke bibir Ria.
Dafa memejamkan matanya, awalnya dia hanya menempelkan saja namun kali ini Dafa memperdalam ciumannya. Kecupan itu berubah menjadi lum*tan menuntut balasan dari Ria.
Ria terkejut membeku saat Dafa kembali menciumnya setelah tragedi malam pertama mereka.
Ya, selama ini setelah malam panas itu Dafa dan Ria tidak pernah melakukannya lagi, bukan Dafa tak ingin. Sungguh setiap malam dia tersiksa menahan hasratnya saat tidur bersama Ria, tapi dia ingin Ria melupakan dulu kenangan buruk malam itu dan meminta sendiri kepada Dafa.
Ria sebenarnya ingin menolak, tapi dia takut Dafa kembali berbuat kasar seperti malam itu, dan entah mengapa tubuh Ria seperti bertolak belakang dengan hati dan pikiran nya.
Dafa melepaskan bibir nya dari bibir Ria saat tak mendapat balasan, sejenak dia menatap ke arah Ria yang tubuh nya kaku terdiam seraya menundukan kepalanya.
Dia tahu saat ini Ria sedang merasa malu dan takut secara bersamaan, dia pasti takut Dafa melakukan hal yang kejam kepada nya lagi.
Dafa menyentuh dagu Ria, dia mengarahkan kembali pandangan Ria.
“Kau takut padaku, hem?” Tanya Dafa yang tak menyisakan jarak antara mereka, hidung mereka bahkan sekarang sudah saling menempel bak adegan romantis di drama korea.
“Ma-af aku hanya malu.” Jawab Ria berbohong yang dapat di tangkap oleh Dafa, dia tahu istrinya itu berbohong karena sebenarnya Ria masih merasa takut kepada Dafa.
Dafa tersenyum hangat, dia kembali mengecup bibir Ria.
“Ria, maukah kau memulai dari awal bersamaku? Mengarungi rumah tangga sampai akhir khayat memisahkan?” Tanya Dafa setelah melepaskan tautan nya, tanpa menjauhkan wajahnya dari wajah Ria.
Ria menatap wajah Dafa, dia lagi-lagi mencari kebohongan dari mata Dafa. Apakah benar Dafa ingin memulai semua nya dari awal bersama Ria atau hanya sebuah kebohongan agar Ria tidak stres menjelang operasi nya.
Namun kembali, dia tak menemukan apapun selain tatapan kejujuran.
Ria kemudian mengangguk tersenyum ke arah Dafa, dan Dafa langsung memeluknya erat seolah tak mau kehilangan Ria.
“Terima kasih… berjanjilah padaku, Ria. Kau takan pernah pergi meninggalkanku!” Dafa mengucapkan kalimat itu tanpa melepaskan pelukannya, dia merasakan Gerakan di bahunya tanda Ria mengangguk.
“Mm-mas kau bisa membunuhku jika memeluk ku sekencang ini.” Ucap Ria, Dafa pun segera melerai pelukannya.
“Maaf aku terlalu Bahagia sampai tak sadar” kedua tangan Dafa menyentuh wajah Ria dia kembali mendekatkan bibir nya ke bibir Ria mengecupnya dengan hangat, lalu berkata.
“Ria, bolehkah aku melakukannya?” Tanya Dafa berharap Ria memberikan izin menuntaskan hasratnya yang selama dua minggu ini dia tahan.
Ria sebenarnya ragu, tapi dia tahu ini adalah tugas nya sebagai seorang istri. Dafa selalu memenuhi hak nya sebagai seorang istri, mengurus pengobatan ayah nya dan pengobatan nya dia bahkan membiayai kehidupan Ria secara penuh. Kini Ria juga harus memberikan hak Dafa sebagai seorang suami.
Ria akhirnya mengangguk sambil tersenyum kemudian Dafa segera mengangkat tubuh Ria ala-ala bridal menuju ke kamar mereka.
Setelah itu, silahkan kembangkan pikiran kalian masing-masing ya guys!
TBC🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments