Love The Way You Lie
Jika ada yang bisa mendapatkan penghargaan manusia paling sabar di dunia, ini bolehkah jatuh kepada gadis cantik yang di usianya baru menginjak 19 tahun sudah banyak melalui rasa sakit dan kepedihan yang mampu meruntuhkan akal sehat.
Dia Maria Isnawan yang sering disapa Ria, lahir dari keluarga yang bukan kalangan atas namun cukup dibilang mampu, membuat kehidupan Ria awal nya baik-baik saja, seperti keluarga lain nya.
Namun karena sebuah kesalahan menyebabkan keluarganya bangkrut dan ayah sebagai kepala keluarga sakit, membuat Maria harus kuliah sambil mencari nafkah untuk membantu ekonomi keluarga, dengan bermodalkan keyakinan diri dan ijazah SMA dia bekerja sebagai Waiters di salah satu café sederhana milik salah seorang tetangga.
Cobaan yang datang tidak memutuskan semangat Maria dalam menuntut ilmu, walaupun dia harus kuliah sambil bekerja tapi dia sangat bertanggung jawab dengan tugas sekolah nya itu.
Ria buktikan dengan prestasi yang ia dapatkan dalam Pendidikannya, Maria selalu mendapatkan peringkat pertama dan tentu saja hal tersebut membuat Maria dapat melanjutkan Pendidikan ke jenjang berikutnya melalui beasiswa.
Tapi mampukah Maria terus bertahan dikala cobaan datang silih berganti ??
Atau malah Maria akan menyerah dengan kehidupan yang menyesakan dadanya ??
“Ria tolong bantu ibu untuk membelikan obat ayah pulang kuliah nanti, ini uangnya nak” ibu Inka adalah ibu sambung Maria setelah ibu kandung Maria pergi entah kemana saat umur Maria masih 3 tahun.
“Uang ini….” Ucapan Maria menggantung setelah melihat uang pecahan sepuluh ribu, yang Maria tahu itu adalah uang tabungan ibu untuk membayar hutang dan modal usaha untuk memperbaiki kehidupan mereka.
“Tidak apa-apa nak nanti ibu akan cari lagi uang untuk mengganti tabungan ini, yang penting ayah mu sembuh dan tidak kesusahan dalam pengobatannya” ucap sang ibu menjawab kegundahan Maria.
“Bukan itu maksud Ria bu” dia menyentuh tangan ibu dengan muka yang sedih.
“Maaf Ria belum banyak membantu, Ria usahakan untuk mencari pekerjaan lain lagi untuk menambah pendapatan kita.” Ria bertekad kuat untuk lebih serius lagi dalam kuliah nya, dia ingin segera selesai berkuliah agar bisa mencari pekerjaan yang lebih layak lagi.
“Tidak nak, kamu fokus saja dengan kuliah mu! dan jadilah orang yang berguna kelak, minimal untuk dirimu sendiri” Ucap bu Inka sambil mengusap rambut Maria.
“sudah sana cepat pergi kuliah dan jangan lupa belikan ayah obat.” Menepuk Pundak Maria sambil menampilkan senyuman hangat, khas senyuman seorang ibu kepada anaknya.
Ya, walaupun ibu sambung. Bagi Maria ibu Inka adalah segalanya, bahkan jika bisa memilih bolehkan Maria lahir dari Rahim ibu Inka?
Bolehkah ibu Inka menjadi surganya?
Dibandingkan dengan ibu kandungnya yang bahkan Ria tak ingat wajahnya. Bukan.. bukan.. bukan tak ingat, Ria tak mau mengingatnya karna bagi Ria untuk apa dia mengingat seseorang yang bahkan tak mengingatnya.
“ Baik bu, nanti Ria beli setelah pulang kuliah.. Ria akan mampir kerumah sebelum berangkat ke kafé ” Maria tersenyum kepada ibu Inka kemudian ia mencium tangan ibunya untuk pamit pergi membeli obat ayahnya sekalian untuk pergi ke kampus.
Maria melangkahkan kakinya sambil menatap langit, sejumput asa ingin mengeluh tetapi kadang tak mampu. Kadang Ria menguatkan diri nya, bahwa masih ada yang lebih susah di bandingkan ujian yang dia terima.
Namun saat ayah nya yang kesakitan, kekurangan biaya untuk membeli obat, kadang membuat Ria bertanya-tanya, apa makhluk sepertinya tidak diberikan kesempatan untuk sekedar menunjukan rasa sedihnya ?
Ayahnya yang semula baik-baik saja tiba-tiba sakit setelah tuduhan kasus korupsi menimpanya,
ya.. dulu ayah Ria bekerja sebagai kepala cabang di salah satu Bank Swasta.
Namun karena karyawan di kantor ayah Ria menggelapkan sejumlah uang yang cukup fantastis nilai nya, membuat ayah mereka kehilangan pekerjaan, harta dan bahkan rumah.
Sekarang mereka tinggal dirumah kontrakan, memang tidak terlalu buruk dan cukup dibilang layak. Tapi untuk sang ayah yang sakit parah tentu saja itu tidak layak, tak ada cahaya matahari yang masuk, jalanan yang hanya muat di lalui oleh satu orang saja membuat mereka kesulitan saat harus membawa sang ayah ke Rumah Sakit.
Ria mempunyai 1 orang adik Bernama Mario dari hasil pernikahan ayahnya dengan ibu Inka, tentu saja Mario atau yang sering dipanggil Rio masih sangat kecil untuk membantu kehidupan keluarga dan Ria ingin Rio hanya fokus belajar dan bermain.
Dari situlah kisah menyedihkan Maria dimulai, hidupnya yang Bahagia berubah, ditambah dengan kondisi ayahnya yang sakit-sakitan setelah kasus korupsi karyawannya.
Ria sudah pasti takan tega, melihat kondisi cinta pertamanya yang sedang sakit terbaring dikasur, lemah tak berdaya. Bahkan untuk sekedar tersenyum pun seakan tak dikehendaki oleh dunia.
Hati Ria selalu teriris seolah tak mampu utuh dan kuat setiap melihat kondisi ayahnya, ayah yang dulu gagah dan tampan kini kurus, tulang tulang di tubuh nya tampak terlihat, hangat jemari yang biasa menggenggam tangan kecil Ria, menjadi dingin dan melemah. mata Ria selalu mengembun kala melihat kondisi ayah yang lemah dikasur.
Ya, ayah terkena serangan jantung yang juga berdampak membuat ayah menjadi stroke.
“Ayah jika boleh meminta, Ria hanya ingin ayah sembuh tidak ada lagi yang Ria miliki selain ayah.” Kalimat itu yang selalu terucap dalam hati Ria di iringi oleh butiran air yang seolah tak mampu untuk ditahan agar tak keluar.
Seumur hidup Ria sampai bertemu dengan ibu Inka hanya ditemani oleh ayah nya, masa kecil yang biasanya dihiasi oleh tangan lembut dan kasih sayang hangat dari seorang ibu tidak Ria dapatkan.
Hal itu seolah tabu bagi Ria, hidup berpindah tempat untuk mencari kehidupan yang layak sedari kecil sebenarnya hal biasa bagi Ria.
Hingga saat usia Ria 5 tahun ayah bertemu dengan ibu Inka dan menikah, sampai akhirnya tak lama setelah menikahi ibu Inka ayah bekerja di salah satu Bank Swasta dan pekerjaan ayah terus berkembang menjadi kepala cabang.
Tanpa terasa kaki Maria melangkah, diri nya sudah sampai di Halte Bus. Beginilah keseharian Maria ia akan berangkat pagi dengan berjalan kaki dari rumah untuk sampai ke Halte Bus, kemudian ia akan pergi ke kampus menggunakan Bus kota, selain murah dan terjangkau ini satu-satunya kendaraan yang bisa Ria andalkan untuk mengantarnya ke berbagai tempat.
.
Sesampainya di kampus Maria langsung menuju kelasnya, karna pagi ini dia ada satu mata kuliah dan Maria sebagai Mahasiswa yang mendapatkan beasiswa untuk kuliah tentu tidak mau sampai tertinggal pelajaran berharga yang tidak akan ia dapatkan jika sampai terlambat masuk kelasnya.
“Ria gawat, ini gawat banget” ucap Akila salah satu teman Ria di kampus.
Ria tak cukup sering berbaur dengan Mahasiswa/I lainnya, tentu saja karena Ria tak punya cukup waktu untuk sekedar bermain dengan teman-temannya.
Tapi Akila dan Marsha cukup mengerti dan mau berteman dengan Ria karena bagi mereka Ria sosok gadis yang baik, pintar dan juga tidak toxic seperti kehidupan pertemanan lainnya.
Akila dan Marsha berasal dari keluarga yang berada, berbeda dengan Ria yang kini hidup serba kekurangan.
“Ada apa sih masih pagi udah heboh?” tanya Ria yang heran dengan kedua teman nya yang heboh saat ia memasuki kelas.
“Pagi ini Bu Septi tidak masuk karna masuk cuti lahiran, dan kamu tahu? Yang menggantikan katanya Professor muda, gimana ini.. aku belum keramas kalau sampai dosen tersebut tampan mana bisa aku tebar pesona karena rambut lepek ini ” Jawab Akila yang di angguki oleh Marsha sambil mengibas-ngibaskan rambutnya yang terlihat baik-baik saja menurut Ria.
“Ya ampun kalian ini mau kuliah atau mencari jodoh sih, ganti dosen cowo aja langsung pada panik takut gagal tebar pesona” Jawab Ria malas dan langsung duduk di kursinya.
“ya sekalian kali, sambil menyelam minum es.. iya gak kila?” Marsha merespon dengan jawaban nya yang kadang suka lucu menurut Ria.
“Minum air Marsha bukan minum es “ jawab Akila yang membuat Ria semakin tersenyum melihat tingkah lucu temannya.
Tak lama seluruh teman-teman kelas Ria mulai berhamburan masuk kedalam kelas, yang menandakan dosen akan segera memasuki kelas. Semua mahasiswa/I mulai menuju ke tempat duduk nya masing-masing.
Dan mulai lah terlihat sosok Dosen tampan yang memasuki ruang kelas itu, dengan aura yang sangat dingin, tatapannya sangat tajam dia hanya menatap sekilas pada satu arah, tubuh nya yang tinggi dan gagah membuat para gadis di kelas terlena dengan ketampanan dari Dosen baru tersebut.
Dosen tampan itu memiliki alis yang tercetak jelas, rahangnya keras, matanya tajam.
Siapakah Dosen tampan itu?
TBC🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sun Light Mama Lemon
hmmm
2023-02-16
3