Dafa Selome Morrone. Ya, dari nama nya saja sudah sangat perpaduan antara nama Indonesia dengan Italian, yang tentunya sudah dapat ditebak Dafa adalah anak dari perkawinan Indonesia-Italia.
Mama Dafa adalah orang Indonesia asli dia berasal dari Sukabumi dan Papa Dafa adalah orang Italia, mereka bertemu saat Maya Safitri Mama Dafa sedang berlibur ke Negeri romantis Italia dan kemudian berkenalan dengan Papa nya Dafa Lukaz Morrone.
Bagaimana bisa seseorang yang sedang berlibur malah mendapatkan jodoh? Kita tidak bisa menebak bagaimana cara tangan Tuhan bekerja.
Dafa menatap ke arah murid-muridnya kemudian dia terdiam sebentar, tak ada yang tahu apa yang membuat Dafa terdiam dengan raut wajah yang sulit dimengerti, kemudian dia segera mengenalkan diri nya.
“Selamat pagi semua, saya Dafa yang akan menggantikan sementara ibu Septi selama cuti melahirkan, saya mungkin akan lebih tegas dari bu Septi dan saya tidak menerima keterlambatan dalam memasuki kelas.” Perkenalan yang mungkin lebih terlihat seperti sebuah ancaman bagi teman sekelas Ria.
“Duh ya ampun pak Dafa ganteng tp galak.” ,
“Gapapa deh kalau dosen nya galak yang penting ganteng ga bosenin” ,
“Kalau begini sih bisa betah di matkul bu Septi hehe”
Begitulah suara gumaman para murid gadis di kelas, siapa yang tidak tergoda dengan ketampanan Dafa.
Walaupun tidak terlalu muda di usianya yang 33 tahun tapi sudah menjadi Professor tubuh Dafa yang tinggi gagah, rahang yang jelas dan aura yang sangat maskulin, menjadi idaman para gadis di kampus.
Tapi tentu saja itu tidak termasuk Ria, yang sama sekali tidak berniat memberikan pujian ataupun komentar tentang perkenalan dosen penggantinya seperti teman perempuannya di kelas.
Namun Dafa seperti tertarik pada satu arah, dia menatap pada salah satu kursi di sana yang di duduki oleh gadis yang menampilkan wajah darar nya saat sesi perkenalan.
Dia melihat ke arah Ria yang tetap fokus disaat gadis lainnya berebut perhatian dari Dafa dan bagi Dafa itu cukup menarik. Dafa yang biasanya tidak ingin tahu banyak mengenai muridnya di kampus bahkan sekedar nama, kini mulai mengabsen satu persatu murid kelasnya.
Sampai……
“Maria Isnawan” Dafa memperhatikan seisi kelas, kemudian ia merasa seperti mendapatkan jawaban dari apa yang ia cari sedari tadi.
“Saya pak” jawab Ria sambil mengangkat tangannya dengan sedikit tersenyum, bagi mahasiswi yang kuliah dengan beasiswa tentunya Ria tidak ingin mencari keributan dengan siapapun yang berhubungan dengan perkuliahan nya.
“cantik” tentu saja itu hanya terucap dalam hati Dafa.
Ada apa dengan diriku kenapa aku begitu penasaran dan terkesima oleh gadis itu.
Itu yang ada dalam pikiran Dafa, yang seolah tersadar akan sikap anehnya selama ia hidup. Dafa adalah sosok pria yang dingin kerap kali Dafa terlihat acuh dengan kehidupan orang lain, dalam kamusnya hanya kuliah dan bekerja saja.
Setelah mata kuliah Dafa berakhir, Maria segera melangkah pergi keluar dari kelas karena ia harus ke Rumah Sakit untuk menebus obat ayahnya disaat gadis lainnya masih betah berdiam diri dikelas sambil menunggu Dafa membereskan buku dan perlengkapannya.
Kepergian Ria tentu saja memancing perhatian dari Dosen tampan ini, Dafa terus memperhatikan Maria yang keluar dari kelas sampai tak terlihat lagi.
Saat perjalanan menuju Rumah Sakit entah mengapa tiba-tiba kepala Maria terasa berputar, tubuhnya mendadak lemas dan ia merasa sesak di dada nya, namun Ria tetap memaksakan langkahnya.
Sesampainya di Rumah Sakit sebenarnya maria ingin memeriksakan dirinya, namun ia merasa sayang jika uangnya yang tak seberapa harus dipakai untuk ia berobat, lebih baik nanti dia membeli obat di warung saja.
Setelah selesai menebus obat sang ayah Ria melangkah pergi meninggalkan Rumah Sakit.
Namun baru kakinya melangkah sampai di depan lobby tubuh Ria terasa tak seimbang sehingga akhirnya Ria jatuh pingsan, beruntung ada lengan seseorang yang dengan sigap merangkul tubuh Maria.
Dia adalah Dafa yang baru saja sampai Rumah sakit, Dafa pergi ke Rumah Sakit untuk bertemu dengan pamannya yang merupakan seorang Direktur Utama di Rumah Sakit tempat biasa Maria menebus obat untuk ayahnya.
Sebuah kebetulan bukan? Ya tentu saja, seperti cerita-cerita novel lainnya, Dafa adalah anak dari keluarga berada yang mempunyai bisnis dimana-mana termasuk memilik Rumah Sakit dimana Ria sering menebus obat milik ayah nya.
Namun karna faktor usia nya Papa Lukaz, dia memberikan tanggung jawab sebagai Direktur utama kepada adik dari mama Maya, karena Dafa menolak jabatan itu lebih senang mengajar dan belajar dibandingkan harus mengurus perusahaan ataupun Rumah sakit.
Padahal papa Lukaz selalu meminta Dafa untuk menggantikannya.
Kini Dafa menatap gadis yang baru saja jatuh pingsan didekapan nya “Gadis ini” Ungkap Dafa sambil terus menatap Maria sambil menunggu perawat yang sedang berlarian membawa kursi roda.
Setelah di bawa dan di rawat oleh Dokter dan juga perawat, Maria tersadar dari pingsan nya.
Penglihatannya yang masih buram berangsur menjadi jelas Ria, menatap ke sekitar melihat dia melihat tembok berwarna putih dan aroma khas dari Rumah sakit.
Kepalanya masih terasa berat dan tubuhnya masih terasa lemas, tapi hal tersebut terkalahkan dengan keterkejutan Ria saat sadar posisinya yang terbaring dikamar rumah sakit. Kemudian Ria mencoba bangun dari posisi tidurnya.
“eemmh..” lenguhan Ria terdengar oleh seseorang yg berada tak jauh dari posisinya saat ini, melihat Ria yang sedang mencoba bangun membuat seseorang itu tak mampu untuk hanya berdiam diri
“tiduran saja dulu, badanmu belum cukup kuat untuk bangun.”
Ria mencoba melihat kearah suara yang baru saja berbicara padanya.
“Ba-bapak? Kenapa saya ada disini? Ke-kenapa juga bapak ada disini?” tanya Ria terbata karna masih merasa pusing dan lemas namun tak bisa membendung rasa terkejut nya.
“kamu jatuh pingsan didepan rumah sakit, apa saya harus diam saja melihat seseorang pingsan dan tidak membawanya masuk untuk diobati?” tanya seseorang itu yang sudah pasti kita ketahui adalah Dafa.
“ Ta-tapi saya tidak punya cukup uang untuk dirawat disini..” Ria bergumam sambil menatap sekitar kamar yang sedang ditempatinya, dia menerka-nerka berapa jumlah uang yang harus dia bayar jika ia menginap dan diobati disini.
“Tidak bisa, Saya harus pulang sekarang pak saya tidak bisa disini.” Ria terus berusaha untuk bangun dari posisinya saat ini.
Namun tiba-tiba Ria terkejut saat bahunya di tahan oleh Dafa.
“Mau kemana kamu dengan tubuh yang lemah seperti itu? Apa kamu tidak mau bertanya kenapa kamu sampai pingsan?” Tanya Dafa dengan sorot mata yang tajam.
TBC🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sun Light Mama Lemon
greget
2023-02-16
3