Buat yang belum cukup umur dilarang membaca bab ini karena ada adegan khusus dewasa!
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Dafa membawa Ria ke tempat tidur dia mengukung Ria dalam kuasanya tak memberikan Ria celah untuk kabur sedikit pun.
Ria mencoba berontak menolak setiap perbuatan Dafa terhadap tubuhnya, dia mencoba memukul-mukulkan lengannya ke tubuh Dafa berharap Dafa berhenti.
Namun Dafa seolah tak terganggu dengan yang di lakukan Ria, dia malah semakin menggila dalam kegiatannya. Bibir Dafa berangsur turun ke leher jenjang nan mulus milik Ria, tengkuknya yang sudah berpeluh di hirupnya oleh seorang Dafa.
Seperti orang gila Dafa ingin mel**a* habis seluruh sudut tubuh Ria sampai tak bersisa, sedangkan Ria mulutnya kelu seolah tak mampu berkata apapun. Tubuhnya mendadak kaku tak mampu melawan apa yang diperbuat Dafa.
Ria menyerah, sekuat apapun tenaga yang dia miliki tak mampu untuk melawan Dafa yang sedang dipenuhi nafs*.
Entah sejak kapan Pakaian mereka berdua terlepas, yang tersisa hanya pakaian da*** saja yang masih melekat di tubuh Ria dan Dafa. apa yang Dafa lakukan kepada Ria begitu cepat.
Tangan Dafa bergerak bebas mengeksplore tubuh Ria, menyentuh dengan kasar sesuatu yang sudah mulai tak terbungkus dengan rapih, dia semakin menggila memberikan tanda kepemilikan disemua bagian tubuh Ria yang mulai terekspos.
Sejenak Dafa menjauhkan tubuhnya dari tubuh Ria, namun tangan Dafa masih mengunci pergelangan tangan Ria. Di pandangnya gadis yang membuatnya bisa menggila kini hanya bisa menangis terisak.
Dafa memulai kembali kegiatannya, dia mulai mengarahkan sesuatu yang sudah tak sabar untuk menemukan tempatnya yang baru.
Ria yang menyadarinya, mencoba kembali bertahan mempertahankan satu-satunya yang ia miliki.
“P-pak to-tolong pak jangan, hentikan pak saya tidak mau!” Namun Dafa seolah tak mendengar, dia tidak mendengarkan ucapan Ria yang memohon dibawahnya.
“Pak tolong pak! hentikan ini, saya mohon pak.” Ria masih terus berusaha memohon kepada Dafa namun satu gerakan Dafa membuat mata Ria memejam sambil menjerit.
“Aaakkkhhh!” Ria terkejut saat sesuatu milik Dafa memaksa masuk merobek aset berharga miliknya.
“Lepas! Lepaskan ini sakit! hiks hiks”
Tak lama yang terdengar hanyalah des*han dan isak tangis dari dalam kamar sepasang suami istri itu.
Dafa mulai mengerang tanda pelepasannya akan tiba, dia menumpahkan lahar panasnya kedalam rahim Ria yang kini menjadi isterinya.
“Aaakhhh Riaaaaaa” hanya itu kalimat yang terucap dari mulut Dafa sebelum akhirnya ia ambruk ke samping tubuh Ria.
Setelah selesai dengan pertarungan panas yang di lakukan oleh Dafa sendiri karena Ria hanya diam saja selama permainan berlangsung, dia bangkit meninggalkan Ria yang terkulai lemas di tempat tidur meringkuk meratapi nasibnya yang baru saja kehilangan sesuatu paling berharga dalam hidupnya.
Dafa pergi keluar dari kamar utama setelah membersihkan diri dan berpakaian rapih, tanpa mengucapkan sepatah kata atau pun sekedar membantu Ria untuk membersihkan diri seperti para pengantin baru lainnya, karena saat ini seluruh tubuh Ria terasa remuk redam tak mampu untuk sekedar bangkit dari posisinya saat ini karena ulah suaminya.
Setelah Dafa pergi Ria menatap nanar pintu kamar yang tertutup rapat, meratapi nasibnya yang malang. Air mata nya yang tak berhenti mengalir sejak awal Dafa memulai pertarungannya sampai saat ini.
Rasanya Ria ingin mengakhiri hidupnya saja, tapi kadang ia berpikir masih ada ayah yang membutuhkannya. Kesalahan apa yang dulu pernah Ria perbuat sampai Tuhan menghukumnya seperti ini.
Istri mana yang tak kecewa dan sakit hati, di hari pertamanya menjadi seorang istri tak Cuma hatinya tapi fisiknya terluka oleh perbuatan suaminya sendiri. Dafa melakukannya secara kasar dan brutal, tak seperti pengantin baru lainnya yang penuh dengan cinta dan kasih sayang. Bahkan sekarang, Sang suami meninggalkannya seorang diri didalam kamar.
Memang belum ada rasa cinta antara mereka, tapi apakah tidak bisa Dafa sang suami memperlakukannya dengan baik, mengapa dari awal bertemu setiap hal tentang Dafa hanya akan berbicara luka.
Ria mencoba bangkit, dia tak mau terus terpuruk atas hal yang baru terjadi di hidupnya. Dia mencoba berjalan perlahan dengan tertatih ke arah kamar mandi walau pangkal kakinya terasa perih, beberapa bagian di tubuhnya membiru ulah Dafa yang mencengkram begitu kuat.
Sesampainya di kamar mandi, Ria menggapai gagang wastafle matanya menatap kosong ke arah cermin.
Dafa benar-benar gila, dia benar-benar seperti iblis hampir seluruh bagian tubuh Ria terpenuhi oleh jejak kepemilikan yang Dafa buat.
Ria menangis, air matanya yang mengalir deras seolah sudah tak mampu menggambarkan rasa sakit hatinya. Dia merasa hina, bak seekor binatang diperlakukan oleh suaminya sendiri.
“Aaaaaakkkhh ayah, hiks hiks ini sakit sekali Ria tidak sanggup”
Tangisan Ria semakin kencang dia meraung merosot ke lantai memukul-mukul tubuhnya yang terasa sesak, ingin sekali Ria menghilang dari dunia ini. Ria membenci hidupnya, dia membenci apa yang selalu terjadi kepadanya.
“Mengapa Tuhan begitu kejam kepada Ria ayah, mengapa tak sekalian dia ambil saja nyawa Ria.”
Ria memejamkan matanya berharap yang terjadi kini hanyalah sebuah mimpi.
Setelah merasa puas menangisi hidupnya yang malang, Ria keluar dari kamar mandi dengan pikiran yang sedikit lebih segar, tapi matanya yang sembab tak mampu membohonginya.
Dia akan pergi, menuju ke suatu tempat yang kini paling dia harapkan bisa membantu sedikit saja kehidupannya.
Dia keluar dari kamarnya tak melihat keberadaan Dafa, dia ingin mengecek ruang kerja Dafa tapi kunci mobil di atas nakas yang biasanya disimpan Dafa disitu tak nampak terlihat bertanda sang pemilik sedang pergi menggunakannya.
Sebelum melangkah keluar dari apartement Ria sempat ragu, takut sebelum tujuannya terpenuhi dia sudah kembali bertemu dengan Dafa, akan sulit langkahnya nanti untuk mewujudkan aksinya.
Sebenarnya Ria hanya ingin pergi ke apotik dan sekedar menengok keadaan ayahnya, dia tak berniat lari dari Dafa.
Dia masih punya akal sehat, jika dia lari dari Dafa bagaimana pengobatannya dan juga ayahnya.
Dia bermaksud membeli pil kontrasepsi, Ria tidak ingi ada makhluk kecil yang tumbuh didalam tubuhnya disaat dia masih memiliki penyakit dan bagi Ria, Dafa hanya ingin menjadikannya pemuas nafsu dan pabrik anak.
Ya, Ria mulai terpikirkan tentang maksud Dafa menikahinya setelah Dafa menggagahinya dengan brutal.
Setelah selesai membeli Pil Kontrasepsi di apotek Ria sampai ke rumah sakit dia menuju ruangan dimana ayahnya berada terakhir kali Ria tinggalkan.
Namun saat sampai didepan ruang ICU saat bertanya pada perawat yang berjaga tentang kondisi ayahnnya, Ria terkejut karena ternyata ayah Matien sudah dibawa ke ruang perawatan yang tandanya operasi ayah berhasil dan kondisi ayah berangsur membaik.
Setelah mengetahui kondisi ayahnya, Ria setengah berlari sambil tersenyum Bahagia ayahnya akan kembali sehat pikirnya. Didepan ruang kamar ayahnya ria menarik nafasnya dalam secara perlahan dia membuka pintu kamar perawatan ayahnya.
Ria tersenyum hangat melihat kondisi ayahnya, walaupun belum sadar namun melihat ayahnya tetap hidup setelah anfal dan operasi adalah hal yang paling membahagiakan bagi Ria.
Pintu terbuka tanda seseorang masuk, Ria menoleh untuk melihat siapa yang baru saja memasuki kamar ayahnya.
“Mohon maaf ini sudah bukan jam besuk kasihan pasien butuh istirahat.” Tegur salah seorang perawat yang melihat Ria masuk kedalam kamar pasien di larut malam.
“Oh baik sus maaf, saya baru saja pulang kerja belum sempat menjenguk ayah saya. Oh iya sus apa ibu saya sudah tau ayah saya dipindahkan ke ruang rawat inap?” tanya Ria kepada Perawat yang menghampirinya
“Sudah, tadi juga Pak Dafa baru saja kemari untuk memproses administrasi pemindahan ruangan pasien. Dan keluarga pasien sudah kami hubungi kemungkinan besok mereka akan kemari karena pasien baru saja dipindahkan.” Jelas perawat Panjang lebar.
Jadi tadi Pak Dafa pergi untuk memproses perpindahan ruangan ayah? Batin Ria.
TBC🌝
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments