Perdebatan

"Jaga mulutmu sekali lagi ya Andini, aku nggak mungkin mau berhubungan bersama kuntilanak seperti dirimu, sudahlah lebih baik kamu cari saja pria yang sudah menghamilimu itu, daripada kamu ngemis-ngemis minta dinikahin sama orang yang tidak ikut andil dalam pembuatan bayi yang ada di dalam perutmu itu."

Dengan penuh rasa kekesalan tentu saja Arya berbicara semaunya sendiri tanpa memperhatikan bagaimana perasaan wanita yang ada di depannya itu, melihat hal itu HAM dengan penuh sangat marah mulai memberikan sebuah pukulan di pipi Arya.

Bruak!

Tamparannya begitu sangat dahsyat mengenai pipi Arya, sampai tanpa disadari mengeluarkan sedikit darah, pria itu segera memegangi pipinya karena merasa sangat kesakitan, dia menatap ke arah wajah Hans yang tersenyum mempermalukannya.

"Oh jadi kamu nggak jadi ribut Hans, Jangan panggil namaku Jika kamu tidak bisa tersungkur seperti diriku," ucap Arya sambil melayangkan sebuah pukulan di pipi Hans.

"Hei kalian berdua sudah mengacaukan acara ulang tahunku, Aku benar-benar tidak menyangka memiliki dua sahabat yang bodoh seperti kamu," ucap Alina dengan penuh kemarahan.

"Alina, aku heran kenapa kamu bisa jatuh cinta dengan seorang pria seperti Hans, dia sudah menggoda wanita yang tidak suci sedangkan kamu justru membelanya."

Arya berusaha untuk membuat Alina semakin panas agar dia marah kepada kekasihnya.

"Sudah deh Arya nggak usah jadi kompor meleduk, kamu itu benar-benar nyebelin ya, sudah buat Andini menangis, dan sekarang kamu membuat keributan lagi di acara ulang tahunku, lebih baik kamu sekarang pergi dan jangan pernah temui aku lagi."

Alina dengan penuh kemarahan mengusir Arya untuk segera pergi meninggalkan rumahnya, dia benar-benar sudah marah, merasa jika dirinya sudah tidak dihargai di hari kelahirannya yang begitu sangat dia damba-dambakan dengan penuh keindahan yang akan bisa membuatnya semakin bahagia, ternyata semua rencananya itu berjalan dengan sangat buruk, pesta ulang tahun yang diharapkan hanyalah menjadi sebuah bumerang yang bisa membuat kepalanya pusing kunang-kunang berkelabu.

"Dasar emang ya, kamu itu dinasehati malah marahin orang yang nasehatin kamu," ucap Arya.

Andini menggelengkan kepalanya saat melihat sikap Arya yang begitu berani memarahi si Alina, di dalam hatinya dia merasa semakin terpesona dengan keberanian pria tersebut.

Batin Andini

"Sebenarnya aku sangat suka melihat Arya yang begitu sangat berani ketika membela namanya, tetapi tetap dia tidak bisa menghargai keputusan yang sudah diambil oleh orang lain."

Arya segera masuk ke dalam mobilnya dengan penuh kemarahan, dia benar-benar merasa sangat kecewa dengan semua yang sudah terjadi di dalam hidupnya hari ini.

Semua itu berawal karena harus mengundang Andini datang ke dalam pesta acara ulang tahun Alina, andai saja Hans tidak membuat kesalahan, mungkin tidak akan pernah terjadi perdebatan seperti yang terjadi malam ini.

Mata Alina pun mulai berkunang-kunang, merasakan sesaknya air mata yang mulai keluar membasahi pipinya, awalnya wanita itu tetap tegang untuk tidak akan mengeluarkan air mata sedikitpun, namun entahlah dia sudah tidak bisa menahan kesedihannya.

Tetesan air mata mampu membuatnya sedikit merasa tenang karena dia sudah bisa membuang kemarahan yang ada di dalam jiwanya, namun tetap dia masih merasa kecewa dengan orang-orang yang sangat dia sayangi.

Dia menatap ke arah wajah pacarnya, karena merasa dengan ketidaknyamanan yang dilakukan oleh Hans, akhirnya Alina memutuskan untuk mengusir segera pulang.

"Sana pulang saja kamu ke rumahmu, Aku sudah lelah melihat wajahmu yang selalu membuat diriku menjadi kesal," ucap Alina.

"Kenapa kamu mengatakan ini semua padaku, Alina."

"Kamu tanya kenapa aku marah denganmu? Apakah kamu sudah buta? Atau Kamu pura-pura bego agar bisa terhindar dari kesalahan yang kamu lakukan."

Alina mulai mengeluarkan semua unek-unek yang ada di dalam hatinya, melihat pacarnya semakin marah, Hans pun segera pergi meninggalkan wanita itu.

"Mau dilanjutin atau tidak hubungan ini terserah kamu Alina, aku sudah muat melihat sikapmu yang begitu sangat egois."

Hans berjalan meninggalkan Alina, sedangkan Andini masih menatap wajah Alina yang mulai meneteskan air mata.

"Alina aku minta maaf, semua ini salahku," ucap Andini.

"Udahlah nggak perlu kamu minta maaf, nasi sudah menjadi bubur, meskipun sudah tidak bisa untuk kembali seperti semula, setidaknya kamu jangan membuat diriku semakin marah."

Alinda segera pergi masuk ke dalam kamarnya, hatinya sudah mulai terasa nyaman ketika bisa membuat Andini menyadari kesalahan yang dilakukannya.

Dia tidak tahu betapa sakitnya jika acara ulang tahun yang diharapkan bisa membuatnya bahagia, ternyata menjadi petaka dalam hidupnya, inilah yang menjadi salah satu alasan yang membuat Alina menjadi marah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!