‘’Kenapa Mbak Starla selalu menghalangi Aku untuk bisa membuat mulut Pak Rt itu berhenti, Mbak tahu kan, dia sudah merendahkan Aku sebagai seorang Pria, kalau nggak Mbak halangi Aku pastikan di sudah jadi combro,’’ ucap Arya mengungkapakan kekesalannya.
‘’Duh kalau jadi combro Aku mau dong Ya, Apalagi dalamnya penuh dengan cabai dan tahu oncom, pasti enak deh,’’ ucapku sambil tersenyum.
‘’Bukan combro itu yang Aku maksud Mbak, tapi combro yang bisa buat pipi Rt kampret itu jadi merah merona.’’
Sih Arya nggak mau kalau Aku menggodanya, dia berusaha menjelaskan biar Aku nggak salah paham, Aku nggak mau berhenti sampai disini saja, Akan Aku goda terus dia sampai dia marah sama sikapku.
‘’Duh kalau kamu buat Pipi Pak Rt merona, Aku takutnya malah ntar bisa buat para janda ke sem-sem bagaimana Ya? Liat wajah dia yang nggak merona saja Aku sudah ke sem-sem loh, huh gayanya itu loh,’’ ucapku sambil berpura-pura membayangi wajah Pak Rt.
‘’Gayanya kenapa Mbak, Apa Pak Rt itu ganteng? Sepertinya mbak Starla perlu dibawa ke dokter mata biar nggak katarak.’’
‘’Kamu kok sembarangan sih kalau ngomong, orang mataku sehat kamu bilang katarak, yang katarak itu kamu Ya, mana ada seorang perjaka cintanya sama janda, kamu nggak bisa cari gadis yang seksi dan perawan iya?’’
Ku tatap terus wajahnya biar dia dag dig dug ser, senyuman ku yang manis alami tanpa mengandung pemanis buatan pasti akan membuat Arya semakin ke sem-sem semlehoi menatapku.
‘’Mbak itu yang salah, Aku bukannya nggak laku, tapi karena terlalu banyak yang ngantri jadi Aku bingung untuk bisa layanin mereka, bagaimana Mbak masih belum yakin dengan ucapan ku?’’
‘’ya bagaimana Aku mau yakin, orang kamunya saja memang nggak bisa meyakinkan, sama Pak Rt saja kamu sudah kayak kucing dan tikus, apalagi kalau bersaing sama ...’’
Aku belum selesai mengucapkan kata-kataku, tapi mulutku terjeda dengan Arya yang menutup mulutku dengan tangannya, Aku terkejut melihat sikap sih Arya yang berani melakukan itu padaku.
‘’ini tangan nggak ada Akhlak iya? Main nutup mulut orang dewasa?’’
‘’bukan begitu Mbak, karena Aku nggak mau Mbak Cuma bisanya ngeremihin Aku doang, coba deh sesekali Mbak cari fakta jangan Cuma cari kesalahan yang hoaks,’’ ucapnya sambil berjalan duduk di shofa, kakinya di lebarin eh eh itu bocah sudah kayak Pria dewasa saja.
‘’Ya, tutup dikit dong kakimu,’’ ucapku meminta bocah itu menutup sedikit kakinya.
‘’Kenapa Mbak? Memang ada yang salah sama gayaku duduk?’’
‘’Nggak ada sih, tapi ada sesuatu yang horor yang berada dalam gua penuh dengan beringin itu menjuntai terlihat mulai mengembang, kamu tahu nggak sih, celana kamu itu ketat banget jadi kalau duduk jangan lebar-lebar bukanya,’’ ucapku menasehati itu bocah biar agak bisa duduk sopan, untung saja Aku bukan bocah Abg yang labil, kalau Aku masih Abg labil tentu saja Aku bisa syok.
Sih Arya malah ketawa terngakak-ngakak denger Aku jelasin yang sebenarnya Aku lihat, itu bocah pasti sudah traveling sampai seluruh dunia, gara-gara Aku jelasin mengenai benda horor itu, rasanya ingin ku tutup mulut bocah itu biar bisa lebih sopan lagi.
‘’Kamu kenapa? Obatmu habis ya?’’
‘’Iya Mbak, Obatku Abis, Mbak mau kan jadi obatku,’’ ucapnya sambil tersenyum.
‘’Boleh Ya, dengan senang hati Aku akan jadi obatmu, tapi kamu masuk ke dalam got dulu, biar Aku wujutin semua impianmu.’’
Aku segera keluar kembali ke warung nasiku, ku lihat Pak Rt memang sudah tak ada di warung nasiku, entahlah Aku nggak mau terlalu mikirin itu Rt, tapi setelah beberapa hari ini Aku pikirin, ternyata itu Rt memang agak jelalatan juga sih, matanya selalu lihat gunung indah yang menjuntai menjadi pemandangan yang mempesona, matanya selalu lihatin ke arah itu saja, wajar saja kalau sih Arya ngasih julukan suhunya buaya darat, Aku juga kadang mikirnya, kenapa istrinya nggak pernah tahu yang dilakukan suaminya, atau jangan-jangan Pak Rt memang pandai menggoda wanita di luar rumahnya?
Gara-gara abis debat sama sih Arya, Aku juga mikirin bagaimana perasaan jadi bininya Pak Rt, mungkin dia sakit hati kalau tahu suaminya suka ngecengin janda, tapi Aku juga nggak mau terlalu ikut campur urusan pribadinya, mungkin saja dia memang membutuhkan kebahagiaan.
Aku melihat sih Arya sudah siap membantuku, duh itu bocah makin ganteng saja deh kalau topinya di lepas, apalagi kalau lihat dia sudah membantuku, jantungku rasanya ingin terbang melayang sampai ke bintang, mengitari luar angkasa, huh itu semua tak boleh jadi kenyataan, perbedaan usia yang terlalu jauh tak boleh sampai berakhir ke pelaminan, Aku juga nggak mau lihat Akan Arya lahir tanpa Ayah.
Kerjaanya semakin cekatan, ntah apa saja yang dikerjakan itu bocah, tapi setelah aku masuk ke dalam rumah pasti semua sudah kinclong, Aku seneng kalau lihat dia bisa kerja dengan serapi itu.
Sesekali bocah itu tersenyum mencuri-curi pandangan kalau lihat Aku sedang sibuk, Aku berusaha untuk nggak lihati dia biar dia nggak keGeEran, kan nggak lucu juga kalau sampai ketahuan saling tatapan, malu aah dikira Aku sudah nggak sadar usia.
Tapi mau gimana lagi, kadang lihat kelakuannya yang super tengil bisa menguras kantong tawaku, kadang Aku bisa tertawa kadang bisa ter marah-marah, namun semua kemarahanku hanya sebatasnya saja, Aku nggak tega kalau beneran marah dengannya.
‘’Mbak, sudah selesai semua, makanan juga yang ada disitu sudah habis, Apa mbak Starla nggak pingin tutup saja?’’
‘’Ya, ini juga sudah siap-siap mau tutup, tapi Aku siapin ini dulu ya.’’
‘’Apa itu Mbak?’’
Arya melihatku masih menyusun tisu yang mulai Aku siapkan di kotak tisu, dia pun segera mendekatiku sambil tersenyum.
‘’Ibaratnya tisu ini, Aku itu sudah kayak tisu, Mbak tahu nggak Apa alasannya?’’
Aku menggelengkan kepalaku males saja kalau dengar dia menggombal, Aku selain nggak suka dengar rayuannya, Aku juga nggak mau kalau dia nanti bisa besar kepala.
‘’Karena meskipun Aku berguna untuk membersihkan noda, tapi tetap saja Aku akan dibuang, karena nggak pernah ada manfaatnya kalau sudah di pakai,’’ ucap sih Arya dengan penuh nada kasihan.
Mendengar ucapannya, Aku juga merasa kalau Aku juga sudah salah sama itu bocah, mempermainkan perasaanya, namun Aku juga sadar kalau Aku yang selama ini memang nggak pernah baik dan nggak pernah kasih kesempatan buat dia.
‘’Maafin Aku Arya, Maafin Aku sudah buat kamu terluka,’’ ucapku sambil menatap wajahnya dari kejauhan.
Aku merasa kalau Arya bakalan berhenti mendekatiku, Aku nggak mau kalau sampai bocah itu cuma menganggap Aku hanya menganggapnya seperti tisu, berguna tapi nggak dianggap, rasanya itu sedih dan nyesek.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments