Memalukan di depan ibu-ibu kompleks

‘’Kenapa kamu katakan semua itu padaku, jujur saja Aku nggak pernah suka denganmu,’’ jawabku sambil menatap sinis wajah Andini.

‘’Kalau kamu bilang nggak suka sama Aku itu jawaban yang bohong, ada ya nggak suka tapi menikmati setiap tatapan manisku.’’

‘’Kamu sudah jebak Aku Andini.’’

‘’Nggak Cuma jebak Arya, Aku punya bukti yang kuat agar kamu mau menikahiku.’’

Aku terdiam sejenak Aku nggak mau kalau sampai bocah ini ngomongin masalah bukti, bisa berabe nih.

Sengaja Aku Cuma menatapnya dengan santai, sambil meletakkan tanganku di pinggang, tunggu kelanjutannya ngomong.

‘’Ya sudah Aku pulang dulu, kamu pasti kesal kan lihat Aku disini?’’

Andini sedikit memahami kalau Aku nggak Cuma kesal saat dekat dengannya, namun Aku juga lebih ingin memukul bocah itu.

‘’Nggak perlu kamu jawab, Aku bentar lagi akan by dari hadapanmu.’’

Belum saja Aku mau jawab, eh Andini dengan sangat santai pergi begitu saja kayak nggak punya dosa.

‘’Dasar bocah Aneh,’’ ucapku kesal.

Melihat Andini yang berjalan kaki untuk pulang ke rumahnya, tiba-tiba Aku merasa kasihan dengannya.

Sebagai seorang Pria Aku juga memiliki hati dan perasaan, sedikit merasa malu melihat ada seorang wanita harus berjalan untuk pergi ke jalan raya mencari angkutan umum.

‘’Andini,’’ teriakku memanggil wanita itu.

Dia menoleh saat tahu Aku memanggilnya, jujur saja ini adalah permainan yang sulit untuk dimengerti.

‘’Kenapa?’’

‘’Mau Aku anterin nggak, Aku malu melihat kamu jalan keluar gang rumahku,’’ ucapku sambil menunjukkan wajah serius.

Aku belum bisa tersenyum ramah dengannya, bagaimana mau tersenyum ramah kalau lihat wajahnya saja Aku bisa pusing kunang-kunang.

‘’Aku nggak mau repotin kamu Arya, Aku mau gugurin bayi ini saja,’’ jawabnya sambil menangis.

Huh rasanya malu sekali melihat dia mempermalukanku, Apalagi ada ibu-ibu rempong di depan gang rumahku.

‘’Jangan keras-keras Andini, Aku nggak mau ada yang mendengarnya.’’

‘’Kenapa? Apakah kamu malu mengenalku?’’

Ingin Aku bungkam itu mulutnya, dari tadi nyerocos tanpa mengetahui sebab dan Akibatnya.

‘’Ayo, Aku antarkan pulang saja, daripada kamu jalan sendirian.’’

‘’Aku nggak mau, kamu sudah jahat denganku, Aku bukan wanita yang bodoh yang mau begitu saja percaya dengan ucapanmu,’’ jawab Andini.

Jujur saja Aku malah bingung melihat sikapnya, Aku nggak tahu kenapa dia bisa ngomong kek gitu, malah ucapannya sangat membuatku sakit.

‘’Stop, jangan kamu katakan kebohonganmu lagi, Aku muak,’’ tegasku sambil menatap wajah Andini.

Andini justru duduk di dekat jalan, menangis di jalanan yang tak ramai namun tindakannya memalukan, Aku semakin kesal melihat sikapnya seperti bocah Sd yang minta beli es krim tapi tidak dikasih emaknya.

‘’Aku malu dengan omong kosong yang kamu katakan, kamu lihat banyak mak-mak yang sedang beli sayuran,’’ ucapku menasehati Andini.

‘’Aku tahu Arya, lantas kalau Aku hamil dan bayi ini lahir, Apakah Aku harus menanggung aib ini sendirian.’’

Tangisannya semakin membuatku bergidik, tapi Aku juga sadar kalau mak-mak gang di rumahku pasti mengira Aku yang sudah menghamilinya, percuma saja mau buat Alibi lainnya, mereka pasti akan menganggap Aku yang buruk.

‘’Sudah Ayo kita masuk saja di rumahku, Aku akan jelasin sama kamu,’’ ucapku berusaha berbicara baik dengan Andini.

Untung saja Andini mau mendengar ucapan yang Aku katakan, kalau dia tak mau mendengar pasti Aku hanya akan mendapatkan rasa malu yang cukup memalukan.

‘’Kamu yakin dengan ucapanmu, bang.’’

Halah Alibinya semakin pandai, dia bisa menang di depan mak-mak gang yang sedang beli sayuran, tapi Apakah dia bisa menang saat menghadapi kunanti di dalam rumah.

Beberapa Mak-mak gang mulai menggosipiku lagi, jujur Aku juga semakin kesal mendengarnya.

‘’Huh si Arya masih kecil sudah bisa buat anak orang bunting,’’ ucap Mpok inem samping rumahku.

‘’Lihat gayanya Alim, tapi ternyata dibalik Alimnya dia itu mafia Rok span,’’ jawab Mpok ipah.

‘’Maksud Mpok Ipah Apa?’’

Mpok Inem bingung dengan kata-kata yang diucapkan oleh Mpok ipah, Aku yakin jika Mpok itu buat Kiasan yang memojokkanku.

‘’Kamu tahu sendiri, kalau namanya Mafia Rok itu sukanya apalagi kalau bukan tempe semangit, meskipun baunya bar-bar tapi buat ketagihan,’’ jelas Mpok Ipah.

Entah Apalagi yang dimaksud sama Mpok Ipah, dia semakin bar-bar saat menjawab semua ucapan asalnya.

‘’Tempe semangit?’’

Mpok Inem semakin bingung, dia yang tak terbiasa dengan bahasa kiasan mulai berpikir lebih dalam lagi, entah sedalam sumur lubang dua atau sedalam sumur air milik tetangga.

‘’sudah nggak perlu memikirkan Arti dari tempe semangit, yang pasti suamimu senang kalau lihat tempe itu, apalagi yang punya tempe orangnya cantik dan mempesona.’’

‘’Halah tambah lebar kan jelasin tempe semangitnya, yang penting jangan coba-coba kalau nggak mau ketagihan tempe semangit.’’

Mpok Ipeh tersenyum penuh kemenangan ketika sudah bisa membuah Mpok Inem bingung dengan ucapanku, Aku tahu kalau Mpok Inem masih diem mikirin Arti kiasan yang dikatakan Mpok Ipeh barusan.

Aku pun berjalan berusaha untuk menjauhi Mak-mak rempong di kampungku, Aku nggak mau kalau mereka senang membuka Aib ku, mereka hanya melihat dari luarnya saja, tak tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Terkadang Aku suka risih kalau melihat ada Mak-mak yang beli sayur di depan gang rumahku, jujur saja mereka tak Cuma membeli sayuran, kadang juga mereka mencari kesalahan orang lain, entah apa yang sebenarnya mereka pikirkan, tapi kalau lihat mereka datang, Aku bisa pusing kunang-kunang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!