Pov Arya
Aku keluar dari kamar mandi Mbak Starla, Aku segera membantunya yang mulai mempersiapkan buka kembali warung nasinya, gara-gara Aku dan mang Asep berkelahi Mbak Starla harus menutup sejenak warungnya, jujur saja Aku sedikit menyesal karena sikapku yang terlalu menggodanya.
Pagi ini Aku bahkan sudah tiga kali melakukan tindakan tengilku, nggak tahu deh bagaimana perasaan Mbak Starla setelah Aku godain, kayaknya dia marah besar, ya meskipun marahnya bakalan Cuma sesaat saja.
Memandangi matanya yang sedang sibuk membuatku dag dig dug ser, ingin dekati dia lagi, nggak tahu deh kenapa Aku suka lihat dia marah, mungkin karena sikapnya yang terlalu menggemaskan. Pengen nyium tapi takut terkena serangan tawon mubalnya yang menakutkan itu.
Aku pun melihat jam tanganku, pagi pun mulai berganti siang terik matahari pun mulai memberikan sinarnya yang memukau dengan penuh kehangatan yang mulai membuat tubuhku terasa sedikit gerah.
Wajar saja kalau gerah ini kan musim kemarau yang membuat beberapa dedaunan di penuhi dengan debu, ibaratnya kalau cintaku ke mbak Starla itu Tebal dan tak akan pernah luntur meskipun di terpa badai menghadang.
‘’Mbak, mau di bantuin nggak,’’ tanyaku untuk memulai hubungan terbaik dengannya.
‘’Pulang saja kamu Ya, Aku nggak mau rugi lagi,’’ jawabnya ketus.
‘’Rugi?’’
Agak sedikit bingung ketika dia menganggap Aku hanya penyebab kerugiannya, jujur saja Aku sudah berusaha yang terbaik, tak mungkinlah kalau mau rugi.
‘’Iya kamu itu Cuma bisa gangguin Aku saja, kalau bukan kamu itu langganan ku Aku akan mengusirmu secepatnya.
‘’Ehm jadi Aku nggak ada nilai spesialnya di mata Mbak Starla?’’
‘’Enggak,’’ jawabnya ketus.
Karena kesal Aku pun segera beranjak meninggalkannya tanpa pamitan lagi, Aku malas kalau di anggap Cuma membawa kemudharatan saja, sesekali Aku akan bersikap cuek dengannya.
Dia melihatku saat Aku pergi begitu saja meninggalkan warungnya, mungkin penyesalan mulai terlihat di wajah Mbak Starla, namun Aku tak mau ambil pusing, Aku harus bisa membuat wanita itu takluk dan luluh.
Aku berjalan menuju ke rumahku, istirahat mungkin jauh lebih baik daripada Cuma mikir sakit hati, kalau dibilang Aku sih punya wajah yang tampan, bahkan ada banyak wanita yang sudah mengantri Cuma ingin menjadi kekasihku.
Sayang seribu kali sayang, Aku nggak bisa menerima cinta mereka, mungkin karena tujuanku hanya ingin meluluhkan hati Mabuk Starla inilah yang jadi alasan Aku sulit untuk membuka hati untuknya.
Saat Aku mulai memejamkan mataku tiba-tiba ada yang membunyikan bel rumahku, Aku pun segera bergegas keluar rumah untuk melihat siapa yang datang, ku buka pintu rumahku namun tak ada satupun orang yang datang, Aku pun segera masuk ke dalam rumah, saat Aku akan masuk tiba-tiba …
Aku terkejut ada wanita yang memelukku dari belakang, perasaanku menjadi naik turun tak jelas, apalagi aroma tubuhnya sama dengan Mbak Starla, Aku pun tersenyum karena dia berusaha mengakui kesalahannya pasca melihat Aku marah dengannya.
Tak mau jika sampai dia bersikap kasar padaku, sebagai seorang Pria Aku harus jauh lebih disiplin apalagi kalau bukan untuk meminta dihargai.
‘’Arya,’’ ucapnya.
Aku terkejut ketika mendengar suaranya segera kulihat siapa yang sudah berani mendekatiku, Aku tahu ini pasti bukan Mbak Starla yang datang.
‘’Oh Andini.’’
Wajahku kecewa mantan kekasihku yang Aku putuskan kembali datang untuk menemuiku lagi, Aku nggak tahu apa yang sebenarnya yang ada di dalam pikiran Andini sampai dia berani menemuiku lagi.
‘’Arya, Aku boleh masuk,’’ ucapnya dengan nada memelas.
‘’Kenapa Andini?’’
Aku tak mau basa-basi dengannya karena dia, Aku hampir saja meninggal karena digebukin pacarnya.
‘’Aku hamil anakmu Arya,’’ jawabnya santai kayak dipantai bahkan tak menggunakan perasaan di otak tahu jika ucapannya bagai guntur menyambar pohon kelapa.
Jee Der belah tuh pohon.
‘’Kamu ngaco, Aku nggak mungkin hamili kamu Andini,’’ jelaskan dengan penuh emosi.
‘’Aku hamil sama kamu Arya, bayi ini bukti kalau kita harus bersatu lagi,’’ jelasnya dengan penuh nada memelas, tapi bukannya membuatku malas Aku malah ingin kentut, karena ucapannya bagaikan gas tak berguna.
‘’Pulang saja, kalau kamu Cuma mau buat ulah disini.’’
Aku sih nyari amannya saja, namun Andini justru menarik kerah leherku sampai Aku terjatuh menidurinya, tahu nggak Apa yang dilakukan Andien saat dia berhasil membuatku masuk ke dalam pelukannya.
Dia menciumku, bahkan membuat Adik sepupuku bangkit dari rumahnya, jelas ya kan masih normal.
Aku tak tahu kenapa dia bisa gila melakukan ini semua denganku, jujur saja meskipun Aku marah tapi Aku nggak bisa menolaknya.
Yah Habisnya enak sih.
Detik demi detik berlalu Aku nggak tahu deruan nafasnya semakin dalam gayanya pun semakin luar biasa menggodaku.
‘’Stop Andini, jangan kamu lampiaskan semua ini padaku, Aku nggak mau nikahin kamu.’’
Yah sebagai seorang Pria Aku nggak mau jika harus bertanggung jawab bayi yang bukan Anakku, masak sih seperti lagu Angge orong-orong, ora melu gawe melu momong, kan nyesek deh kalau terjadi pada diriku.
Nggak makan durennya tapi merasakan durinya, kan sebel.
Dia tersenyum sambil tertawa melihat ekspresi wajahku yang kesal dengan sikapnya yang terlalu bar-bar.
‘’Ketawa?’'
Aku hampir menganggap dia gila karena ulahnya yang sangat memalukan.
‘’Jelas dong Aku ketawa, kamu tahu apa yang ada di tanganku?’’
Aku berusaha memahami maksud dan tujuannya menggodaku.
‘’Kenapa sih Andani kamu kok kegatelan, Apa sudah pengen digaruk in?’’
Dia tersenyum mendengar ucapanku, tapi Aku malah bergidik saat mendengar jawabanya.
‘’Aku mau di garuk sama pistolmu?’’
Tuh kan Andini sudah kayak wanita tanpa harga diri, Aku heran dulu waktu bersamaku dia tak pernah menggodaku.
‘’Omong kosong apa lagi yang membuatmu nekat.’’
‘’Apalagi kalau bukan kerana cinta.’’
Cinta? Hah kalau sama Andini cintaku jelas sudah basi, maju di angetin juga tetap sudah basi.
‘’Kamu gila, Ya Aku anterin ke rumah sakit jiwa,’’ jawabku untuk mewakilkan rasa kesal ku.
‘’Ih Arya, kenapa kamu nggak peka.’’
Terserah dia mau bilang Aku nggak peka atau mau bilang Aku nggak waras yang penting Aku akan berusaha menjauhinya.
‘’Aku nggak mau punya pacar gatel, paham?’’
‘’Kamu sekarang bisa mengatakan Aku gatel, tapi baru saja kamu menikmatinya.’’
‘’Pulang Andini, jangan ganggu Aku lagi.’’
Aku sudah lelah kalau harus di goda Andini selain dia menyebalkan dia juga wanita yang menyesatkan, nggak lupa dengan sikapnya tempo lalu yang berusaha menyakiti hatiku, sekarang datang sudah kayak ayam mau nelor, huh tak akan bisa Aku lupakan tingkah bodohnya itu.
‘’Kenapa kamu nggak mau indehoy sama Aku?’’
Jujur ditanya begitu sama sih Andini, bukannya Aku suka malah ubanku mau keluar, plus telingaku sudah kayak terkena infeksi rabies alies juijik bingit.
‘’Mau pulang, apa mau Aku seret biar pulang?’’
Coba Aku tanya kayak begitu sama dia, Aku yakin dia pasti semakin kesal kalau ditanya kayak begitu.
‘’Seret?’’
Dia malah tertawa udah kayak setan kuntilanak kesurupan.
‘’Iya Aku seret, biar kamu tahu kalau Aku marah.’’
‘’Oh aku sudah hornai loh deket sama kamu,’’ jawabnya sambil tersenyum.
‘’Kamu tahu artinya diseret nggak?’’
Jawabnya santai sambil tersenyum nggak punya dosa.
‘’Iya tahu dong, di seret itu sudah kayak mau malam pertama dengan adegan paksaan.’’
Sesekali dia malah jawabnya ngelantur, Aku sudah kesal dengan sikapnya, Aku melihat kedua matanya dengan tatapan tajam.
Aku seret dia keluar rumahku dengan tatapan marah bercampur kesal.
‘’Ini yang namanya diseret, paham?’’
Dia kembali tersenyum sambil menatap kedua bola mataku, dengan pedenya sih Andini itu ngomong.
‘’Aku akan pastikan kamu jatuh ke dalam pelukanku.’’
Huh jujur denger dia ngomong kek begitu jantungku malah semakin berdebar-debar rasanya ingin ngentup itu bibir biar seksi dengan pesona bibir jeber.
Tapi Aku mikir lagi dia bukan wanita yang baik untukku, di dalam pikiranku masih terngiang wajah cantik mbeb Starla, ibarat mau di goda Seribu cewek kayak Andini, akan Aku pastikan tak ada yang Aku pilih satu pun.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments