Keesokan harinya.
Shiro bangun tidur dan menjalani aktivitas seperti biasa. Ia tidak tahu tentang apa yang terjadi dalam rapat Walikota dan para penasihat Kota.
Ya, meskipun Shiro tahu, tidak ada yang bisa Shiro lakukan.
Hari ini Shiro menjalani aktivitas seperti biasa. Namun saat hendak melakulan lari, Shiro memilih masuk agak dalam ke pedalaman hutan.
Hal ini Shiro lakukan karena ia sudah bosan melihat pemandangan yang sama berulang kali.
Selain itu, Shiro sudah hafal dengan medan pinggiran hutan, sehingga menurutnya itu kurang menantang.
Baru 30 menit berlari, sobekan sudah terlihat di celana Shiro. Sobekan itu ia dapatkan ketika menerobos semak-semak. Untung aja Shiro memakai celana training panjang. Sehingga hanya ada bercak goresan di kulit Shiro.
Shiro melanjutkan larinya. Namun tak lama dia berlari, Shiro seperti mendengar langkah yang sama dengannya dari belakang.
Shiro menoleh ke belakang, dan melihat sesosok pria berbaju training ketat berwarna hijau.
"Paman..!"
Panggil Shiro ke paman tersebut sembari terus berlari, tak lupa Shiro melambaikan tangannya agak bisa terlihat oleh paman tersebut.
Benar saja, paman tersebut menoleh ke arah Shiro dan berlari cepat menuju Shiro sambil tersenyum.
Rambut hitam klimis, dengan bentukan mirip Bruce Lee, Baju training hijau ketat dengan kumis hitam tebal. Ya, paman yang dipanggil Shiro adalah tetangga Shiro Paman Rod Jack atau bisa dipanggil paman Jack.
Ia adalah pahlawan kelas E yang ahli dalam seni fisik. Pahlawan Kelas E adalah Pahlawan Terendah, sehingga pekerjaannya sebagai pahlawan tidak terlalu mendapatkan sorotan.
Namun Shiro terkejut ketika melihat anak kecil berusia 6 tahun yang ikutan berlari, karena awalnya Shiro hanya melihat Paman Jack berlari sendirian dan tidak melihat kalo ada seorang bocah yang mengikuti Paman Jack.
Penampilan bocah itu sangat mirip dengan Paman Jack, bedanya cuma ukuran tubuhnya saja yang kecil dan tidak ada kumis di wajah bocah itu.
Bocah itu adalah Joe Kee, ia adalah anak satu-satunya Paman Jack. Sedangkan Istrinya, ia sudah lama meninggal ketika melahirkan Joe Kee.
Sungguh, tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya, apalagi sampai meremehkannya.
Shiro tak menyangka Joe Kee sudah ikutan latihan gila ayahnya ketika ia berusia 6 tahun. Tidak seperti dia yang baru mulai berlatih sekarang.
"Hei nak, sedang apa kau disini ?"
"Aku sedang berlatih paman"
"Sendirian ?"
"Iya paman"
Keduanya berbincang-bincang sambil melanjutkan lari. Joe hanya diam dan menguping pembicaraan keduanya, sungguh etika yang bagus.
Namun, ada suatu momen yang membuat Shiro heran. Yaitu ketika Shiro memberitahukan kepada Paman Jack bahwa kedua orang tuanya tewas dalam perang dan Shiro tinggal sendirian sekarang. Paman Jack malah ingin mengundang ya sebagai anak angkat. Namun Shiro menolak.
Setelah kejadian itu, Paman Jack sering menghibur Shiro lalu Ketiganya melanjutkan berlari mengelilingi desa, namun tampaknya Joe Kee dan Paman Jack mengurangi kecepatannya dan menyesuiakannya dengan kecepatan Shiro.
Baru beberapa kali putaran, melalui medan yang cukup berat, napas Shiro sudah mulai tak beraturan. Melalui medan yang tak dikenalinya, rasa lelah mulai muncul pada Shiro.
"Pernapasan mu salah, coba atur iramamu dalam bernapas"
Melihat Shiro yang mulai ngos-ngosan, Paman Jack memberikan saran kepada Shiro.
Shiro mulai mengatur irama pernapasannya. Namun baru beberapa menit, Shiro sudah ngos-ngosan lagi.
"Coba kau tiru irama pernapasanku"
Saran Paman Jack sembari menunjuk dirinya. Shiro pun memperhatikan dan mengikuti irama pernapasan Paman Jack.
Benar saja, walaupun belum terbiasa dengan irama pernapasan Paman Jack, tapi daya tahan Shiro telah meningkat.
"Paman Jack, bolehkah aku ikut latihan bersamamu mulai besok ?"
Shiro memberanikan diri bertanya kepada Paman Jack, karena menurutnya yang kurang padanya saat ini adalah tutor yang memberikan saran kepadanya.
Paman Jack mengangguk menyetujui niat Shiro dan hendak memeluk Shiro. Namun Shiro menolaknya.
Ketiganya pun melanjutkan lari sampai hari mulai gelap, Shiro pulang terlebih dahulu, sedangkan Paman Jack dan Joe Kee masih melanjutkan latihan.
Shiro kembali kerumah dan bergegas mandi. Setelah itu, Shiro mencari kotak P3K kepunyaan orang tuanya dan memberi luka-lukanya anti-biotik dan alkohol. Tak lupa juga Shiro menutupi luka-luka itu dengan perban.
Ntah mungkin karena terlalu lelah, Shiro langsung tertidur di kamarnya.
..........
Sebulan berlalu.
Saat ini Shiro telah berusia 9 tahun, namun fisik Shiro tidak sesuai dengan anak-anak seusianya saat ini.
Fisik Shiro saat ini hampir menyamai Paman Jack, selama sebulan ini Shiro berlatih sesuai dengan metode yang diajarkan oleh Paman Jack.
Metode bernapas, penguasaan dan pemilihan medan, kelenturan tubuh, penggunaan pemberat tubuh, dan banyak lagi yang diajarkan Paman Jack kepada Shiro.
Shiro dan keduanya saat ini sedang beristirahat di sebuah lapangan latihan yang cukup luas.
Setelah cukup beristirahat, Shiro melakukan pemanasan ditempat.
Paman Jack dan Joe Kee saat ini saling memandang tanpa suara, seakan-akan sedang berbicara. Keduanya pun tiba-tiba mengangguk bersamaan seakan menyetujui tentang sesuatu.
Hal ini tidak dilihat oleh Shiro, Shiro hanya melihat Joe Kee yang berjalan mendekatinya.
"Shiro, maukah kau bertanding melawanku ?"
Mendengar tantangan dari Joe Kee, Shiro tertegun sebentar lalu mengangguk.
Walaupun Shiro sempat kaget dengan tantangan dari Joe Kee yang tiba-tiba. Namun Shiro menyetujuinya, karena ia tidak pernah bertarung secara langsung dengan orang lain. Selain itu, ini juga menjadi kesempatan buat Shiro untuk menunjukkan efek latihan dan skill Master Pertarungan Tangan Kosong yang dimilikinya saat ini.
Saat ini keduanya sedang berdiri berhadapan dengan jarak sekitar 20 meter. Keduanya memasang kuda-kudanya sendiri. Sementara Paman Jack menjadi wasit kali ini.
Keduanya diam, suasana agak hening, hanya semilir angin yang terdengar. Daun-daun berjatuhan, rumput bergoyang kuat.
Melihat Shiro yang tetap diam tak bergerak, Joe Kee mengambil inisiatif untuk maju melancarkan serangan.
Joe Kee melompat dan menendang lurus kerah dada Shiro.
` bukkk `
Tendangan Joe Kee berhasil ditepis oleh Shiro. Joe Kee melanjutkan serangan lain menggunakan kaki satunya. Namun kali ini Joe Kee mengincar kepala Shiro, dan Shiro menunduk mengindarinya, seakan tahu bahwa akan ada serangan lanjutan dari Joe Kee.
` bukk, paakkk, bang, bukk bukk pakk`
Suara pukulan dan tendangan terdengar di lapangan saat ini. Jual beli serangan dilakukan oleh keduanya. Namun Joe Kee lebih banyak terkena pukulan daripada Shiro.
15 menit berlalu, tonjolan telur muncul di kepala Joe Kee, jelas Shiro lebih diuntungkan dalam pertarungan ini. Paman Jack pun yang sedang menonton disela-sela pertarungan mereka sedikit tercengang.
Namun sebenarnya Shiro agak kesulitan melawan Joe Kee, tangan Shiro memar karena sering menanhlgkis tendangan Joe Kee. Bukan karena tidak bisa dihindari, tapi tendangan Joe Kee sangat keras dan cepat sehingga sulit untuk dihindari. Walaupun ia masih berusia 6 tahun.
Metode serangan Shiro berbeda dengan Joe Kee. Shiro lebih mengandalkan tangannya, baik pukulan, tepisan, maupun serangan siku. Sedangkan Joe Kee lebih mengandalkan fleksibilitas dan tendangannya yang kuat.
Walaupun dalam keadaan menang, Shiro agak kewalahan menghadapi serangan Joe Kee dengan intensitas tinggi tersebut. Sedangkan Joe Kee malah lebih semangat ketika ia terjatuh oleh Shiro berkali-kali
Shiro agak ngeri melihat fisik bagaiakan monster milik Joe Kee, keuletan dan semangat juangnya juga membuat Shiro agak bergidik. Apalagi memikirkan usianya saat ini, bagaimana dengannya ketika sudah dewasa.
5 menit kemudian
` Bang! Bang! `
"Baiklah, latihan cukup sampai disini"
Ketika pertempuran antara Shiro dan Joe Kee mencapai tahap akhir, Paman Jack tiba-tiba muncul ditengah-tengah mereka dan memukul keduanya untuk menghentikan pertarungan.
Keduanya berdiri sambil memegang bagian belakang kepala mereka.
"Membuat segel hormat "
Paman Jack memberi perintah kepada keduanya, Shiro sebenarnya tidak mengerti namun mengikuti perilaku Joe Kee.
"Terimakasih atas sarannya !"
"Terimakasih atas sarannya !"
Ucap keduanya saling berhadapan seraya menunduk memberi hormat.
"Hei nak, kemampuan bertarung mu sangat bagus, siapa yang mengajarimu ?"
Mengingat kemampuan bertarung Shiro, Paman Jack tidak tahan untuk bertanya kepada Shiro, bahka Joe Kee langsung tertarik ketika mendengarnya.
"Tidak ada paman Jack, aku berlatih sendiri"
Mendengar jawaban Shiro, Paman Jack dan Joe Kee tertegun. Mereka tidak menyangkan bahwa kemampuan bertarung Shiro dipelajari sendiri tanpa bantuan siapapun.
"Hahaha... Sepertinya kau adalah seorang jenius, nak Shiro"
Paman Jack memuji Shiro sembari tertawa, Joe Kee pun mengangguk. Sedangkan Shiro menunduk malu, karena kemampuannya didapat dari mengekstrak kemampuan orang lain melalui sistem.
Jujur saja, Shiro agak meragukan keberadaan sistem, karena sistem tidak pernah muncul lagi selain memberikan hadiah pemula pertama kali.
Shiro agak bingung memikirkan bagaimana caranya mendapatkan kesempatan lotere untuk menggambar keterampilan ataupun yang lainnya dari sistem.
"Hari sudah mulai gelap, mari kita kembali ke desa !"
Mendengar ajakan Paman Jack, Shiro baru menyadari kalo hari sudah mulai gelap. Ketiganya pun berlari kembali menuju komplek tempat tinggal mereka.
Sesampainya dirumah, keadaan sudah gelap. Shiro mengambil kotak P3K di kamarnya dan mengolesi memar di kedua lengannya.
Mungkin karena hari ini merupakan pertarungan pertamanya dengan intensitas tinggi, Shiro nampak sangat kelelahan dan langsung tertidur. Bahkan ia lupa untuk mandi dan berganti pakaian, makan pun Shiro tidak ingat.
Shiro tertidur sampai ada ketukan di pintu rumahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 271 Episodes
Comments
クロスケフジン:キツネ
next
2023-02-18
3