Tok tok
.
.
.
Semua orang yang ada di ruangan itu menoleh ke arah pintu yang di ketuk
"Maaf, Nona Dina dan bos bisa keluar sebentar? ada beberapa administrasi yang harus di lengkapi" ucap Dani
"Baik" jawab Dina
"Ayah ibu, aku keluar sebentar ya" ucap Dina
"Iya" jawab ibu Dina sedangkan sang ayah hanya mengangguk pelan
Dina segera melangkah keluar
"Saya permisi sebentar" ucap Danial
"Iya, silahkan" ucap ibu Dina
Di luar ruang inap
"Ada apa Dani?" tanya Danial
"Ada beberapa berkas yang harus di tanda tangani nona Dina, bos" ucap Dani sambil melangkah ke arah tempat administrasi
Sesampainya di sana Dina segera menandatangani berkas-berkas untuk rujukan sang ayah.
"Kapan ayah akan di rujuk?" tanya Dina
"Sebentar lagi nona, pihak rumah sakit di sana sedang di perjalanan" ucap Dani
"Jadi ayah di jemput dari pihak rumah sakit di sana?" tanya Dina
"Betul, karena untuk keamanan" jawab Dani
"Begitu"
"Kapan mereka tiba?" tanya Danial
"30 menit lagi, bos"
Danial menganggukkan kepalanya
"Sebaiknya kamu segera beritahu ibu dan ayah mu untuk bersiap" ucap Danial pada Dina
"Baik"
Dina melangkah ke ruang inap ayahnya, sedangkan kedua pria itu melangkah agak jauh dari meja Resepsionis untuk bicara.
"Dani" panggil Danial
"Ya bos?" jawab Dani
"Jika dokter di sini memang salah mendiagnosa, segera siapkan surat tuntutan" ucap Danial pelan
"Baik bos"
Sekitar 1 jam kemudian, Ayah Dina sudah di pindahkan ke rumah sakit pilihan Danial.
Saat ini dokter kenalan Danial tengah memeriksa kondisi ayah Dina.
Beberapa saat kemudian dokter sudah selesai memeriksa kondisi ayah Dina. Dokter menjelaskan kondisi pak Danu pada istrinya, lalu setelah itu dokter keluar dari ruang inap ayah Dina.
Di luar ruang inap
"Bagaimana kondisinya?" tanya Danial
"Untuk saat ini kondisinya stabil"
"Jadi dok apa ayah saya harus di operasi?" tanya Dina
"Sebenarnya Pak Daud tidak harus di operasi, karena penyakitnya tidak parah hanya serangan jantung ringan saja"
"Sepertinya dokter di rumah sakit itu salah Diagnosa" ucap Danial
"Sepertinya benar begitu, karena sebenarnya kondisi pak Daud tidak sampai separah itu" ucap Dokter Davin
"Awas saja mereka" gerutu Danial
Dina menatap wajah Tuan mudanya dengan tatapan bingung, sedangkan Dokter Davin menatap keduanya dengan tatapan heran.
"Danial" panggil Dokter Davin
"Apa?" jawab Danial
"Dia pacar mu?" tanya Dokter Davin sambil menunjuk Dina
"Bukan Dok, saya pembantu di rumah tuan Danial" jawab Dina dengan cepat
"Asisten pribadi" ralat Danial
"Sama saja tuan" sahut Dina sambil menatap wajah Danial
"Beda"
"Terserah anda saja" jawab Dina sambil mengalihkan pandangannya ke arah lain
"Ke ke ke aku kira dia kekasih mu Danial, tapi sebenarnya sih tidak mungkin" ucap Dokter Davin sambil terkekeh
"Kenapa tidak mungkin?" tanya Danial
"Ya secara nona ini terlihat sangat cantik dan agamis jadi tidak mungkin dia kekasih pria seperti mu yang suka gonta ganti wanita"
"Kau!"
"Tuan ini rumah sakit, pelankan suara anda" ucap Dina
"Davin asal kau tahu saja gadis ini sebentar lagi akan..... aw aw sakit"
"Dina kenapa kau mencubit ku? kau juga Dani" omel Danial karena pinggangnya mendapat cubitan di kedua sisi
"Maaf bos saya sedang menghentikan mulut ember anda" Ucap Dani sambil tersenyum dan mendapat anggukan dari Dina
"Sebentar lagi akan apa Danial?" tanya Dokter Davin
"Tidak ada" jawab Danial
"Sepertinya kalian sedang merencanakan sesuatu" ucap Dokter Davin yang curiga
Ceklek
"Dina" panggil ibu Dina
"Iya bu? ibu perlu sesuatu?" tanya Dina
"Ibu mau ke Musholla dulu, kamu temani ayah mu, ibu lupa bawa mukena"
"Iya bu"
"Kamu sudah shalat?" tanya ibu Dina
"Belum, ibu ke Musholla duluan nanti gantian dengan ku" ucap Dina
"Iya"
"Dina sebaiknya kamu temani ibu mu, biar aku dan Dani yang menjaga ayah mu" ucap Danial
"Tapi... "
"Sudah sana temani ibu mu" ucap Danial memaksa
"Baiklah"
"Terima kasih tuan, saya titip ayah Dina" ucap ibu Dina
"Iya, anda tenang saja bu" ucap Danial sambil tersenyum
Dina dan ibunya melangkah pergi dari sana menuju Musholla
"Danial" panggil Dokter Davin
"Apa lagi?" tanya Danial
"Kamu suka gadis itu kan?" tebak Dokter Davin
"Tidak, siapa bilang"
"Tidak perlu berbohong, aku tahu" ucap Dokter Davin
"Tidak"
"Dokter maaf, ada pasien gawat darurat" ucap seorang suster yang datang mencari Davin dengan tergesa-gesa
"Danial, Dani aku pergi dulu" ucap Dokter Davin terburu-buru
"Iya" jawab Danial
"Hufff hampir saja" ucap Danial bernafas lega
"Mulut anda benar-benar ember bos" ucap Dani
"Diamlah Dani" ucap Danial sambil melangkah masuk ke ruang inap ayah Dina
Di dalam ruang inap
Danial melangkah mendekati ayah Dina yang sedang terlelap, setelah itu dia melangkah ke arah sofa dan duduk di sebelah Dani.
"Dani" panggil Danial
"Ya bos?"
"Haruskah aku memberitahu keluarga Dina tentang pernikahan ini?" tanya Danial pelan
"Itu terserah anda bos, tapi setahu saya wajib ada wali nikah dari pihak mempelai perempuan"
"Kan bisa pakai wali hakim" ucap Danial
"Setahu saya jika masih ada ayah atau pun sanak saudara lain harus mereka yang menjadi wali nikahnya"
"Kecuali pengantin wanitanya yatim piatu dan tidak ada satupun kerabat"
"Jadi aku harus tetap memberi tahu mereka?" tanya Danial
Dani menganggukkan kepalanya.
"Kalau aku kasih tahu ayahnya saja apa boleh?" tanya Danial
"Maksud bos keluarga yang lain tidak tahu?" tanya Dani
"Emm" jawab Danial sambil mengangguk
"Kalau itu saya tidak tahu bos, tapi yang pasti anda harus meminta izin dari ayah nona Dina karena beliau wali sahnya nona Dina"
"Tapi bagaimana caranya aku minta izin pada ayah Dina, beliau tengah sakit begini dan juga bagaimana caranya beliau hadir nanti"
"Lewat panggilan video bisa kok bos, asalkan beliau menyetujui pernikahan kalian" ucap Dani
"Baiklah jika ada kesempatan aku akan minta izin, tapi sisanya kamu yang urus" ucap Danial
"Siap bos, tapi berhati-hatilah saat bicara pada ayah nona Dina, bos. Jangan sampai beliau terkena serangan jantung lagi gara-gara anda"
"Iya aku tahu, karena itulah saat ini kepala ku pusing mau cari alasan apa" ucap Danial
Dani terkekeh
"Karena itulah aku malas menikah Dani, pernikahan itu benar-benar merepotkan" ucap Danial
"Kalau begitu anda cari wanita lain saja, bos"
"Tidak, aku tidak mau cari yang lain" tolak Danial
"Kenapa? apa anda sudah mulai tertarik pada nona Dina?" tanya Dani sambil tersenyum mengejek pada Danial
"Bukan begitu"
"Lalu kenapa bos?" tanya Dani
"Sudahlah kamu diam saja Dani, terserah aku mau wanita mana yang akan mengandung bayi ku" ucap Danial yang tidak tahu harus menjawab apa
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 132 Episodes
Comments