BYUR...
"HAHAHAHA." Baru saja Rosyi memasuki pintu utama menuju area sekolahan, dan dirinya sudah di sambut dengan seember air kecil kotor yang kini sudah membasahi tubuhnya.
Terkejut? Tentu tidak, Rosyi sudah memperkirakan semuanya, apa saja yang bisa mereka lakukan kepada dirinya, sudah ia perkirakan sejak semalam.
"Aduh... Brandalan sekolah nih, enaknya diapain ya guys?" Salah seorang perempuan dengan rambut terurai berjalan maju, kedua tangan nya di lipat didepan dada. Ia menatap Rosyi dengan tatapan meremehkan.
"Gimana kalau kita jatuhin juga pasir yang ada di atas sana." Rosyi mendongak, dan benar saja, tepat diatas kepalanya sudah ada ember berukuran sedang yang siap menumpahkan seluruh isinya pada tubuh Rosyi.
Apakah isi ember itu pasir? Jika iya, maka ini adalah masalah besar.
Coba saja kalian bayangkan, tubuh yang sudah basah kuyup karena air kotor, lalu di jatuhi pasir, apakah Rosyi masih bisa di selamatkan?
"Guys." Gadis yang berdiri paling depan itu menjentikkan jarinya, dan saat itu juga pasir-pasir yang begitu banyak jumlahnya mulai menjatuhi tubuh Rosyi dan menempel pada sekujur tubuhnya.
Tawa dari murid-murid itu kembali terdengar, "Cantik, cantik banget lo kayak gini Hahahaha!"
Jika biasanya Rosyi langsung marah kalau ada yang mengganggu nya, maka hari ini berbeda. Gadis itu hanya diam, membiarkan mereka semua melakukan apa yang mereka inginkan. Toh ini hari terakhir Rosyi sekolah di SMA Tunas Harapan.
"ROSYI!!"
Yang di panggil langsung menoleh, terkejut ketika Andrew tiba-tiba sudah berdiri di sampingnya dan menatap tajam semua siswa itu.
"Kalian semua apa-apaan?! Apa yang kalian lakukan itu udah keterlaluan tau gak!!" Andrew terlihat begitu marah.
"Ck, lo yang apa-apaan! Lagian ini udah biasa kalik. Setiap mantan pacar Reyn pasti bakal berakhir kayak gini!" Gadis yang berdiri paling depan itu adalah Clara, dia adalah salah satu penggemar Reyn sekaligus cewek famous di SMA Tunas Harapan.
"TAPI KALIAN INI UDAH KETERLALUAN!!"
"Kok lo nyolot sih?" Dahi Clara berkerut tak suka.
"Kalian tunggu aja surat pengeluaran kalian semua besok. Ayo, Ros." Andrew menatap satu persatu dari mereka semua, lalu pergi bersama Rosyi.
Di belakang mereka, ternyata Reyn dan Cecilia baru saja datang. Reyn hanya terdiam di tempatnya, melihat Rosyi yang pergi dengan Andrew.
Cecilia sejak tadi juga diam, melihat Reyn yang terdiam sambil menatap Rosyi dan Andrew yang mulai menghilang dari pandangan mata mereka.
Gadis itu mengepalkan tangan kuat ketika menyadari tatapan tak biasa yang Reyn berikan ketika menatap Rosyi. "Reyn apa-apaan sih? Kok dia natap mantannya gitu banget."
•
•
•
Tuk...Tuk...Tuk...Suara sepatu Rosyi yang mengetuk-ngetuk lantai kamar mandi dengan tidak sabaran.
Ini sudah setengah jam sejak Andrew pergi meninggalkan Rosyi sendirian di kamar mandi. Entah kemana perginya laki-laki padahal Rosyi sudah menunggu lama disana.
"ROSYI!!" Suara cempreng dua gadis yang kini berlari memasuki kamar mandi. Mereka hendak memeluk Rosyi, namun gadis itu langsung menghindar. "Gue kotor, jangan di peluk dulu."
"Oh iya, gak liat." kedua tersenyum lebar seperti orang bodoh.
Amira mengamati Rosyi dari atas sampai bawah. "Wah, keterlaluan banget tuh mereka. Masa mereka sampai buat lo kayak gini sih! Gak bisa di biarin nih, gue harus kasih mereka pelajaran pokoknya!!"
"Gak usah Ra, biarin aja. Lagian gue kan gak bakal lama lagi bakal pindah," cegah Rosyi.
"Ya gak bisa gitu dong Ros, ini tetep aja pembully-an. Gua gak terima ya kalau temen gua di bully kayak gini!! Lagian lo kenapa sih, kok diem aja diginiin? Padahal Lo bisa balas mereka pakek kekuasaan yang aunty Tari punya!" Ucap Amira menggebu.
"Gapapa, biarin aja."
"Gipipi biirin iji!! Lo sakit ya?! Ini tuh gak bisa di biarin Ros!!" Kalian tau gak sih? Amira tuh gemes, gemes sama Rosyi sampai rasanya pengen dia cekik tuh anak orang.
Gini ya. Rosyi yang Amira kenal tuh orangnya gak pernah mau kalah, gak mudah di tindas dan yang pasti pendendam. Tapi ini?! Kerasukan malaikat dari mana dia sampai bisa sebaik ini?!
Nadia mengusap bahu Amira pelan, "Jangan marah-marah. Orang pemerah itu temennya setan."
"Berarti lo setannya."
"Lha, kok aku?"
"Kan lo temen gue."
"Lha, iya juga ya." Tuh kan, lolanya kumat nih.
"Kalian kok bisa ada disini? Bukannya seharusnya kalian udah ada di kelas ya? Bel masuk kan udah bunyi."
"Syutt..." Amira meletakkan jari telunjuknya di depan bibir Rosyi. "Sahabat lebih penting daripada pelajaran."
Rosyi menepis tangan Amira yang dengan kurang ajarnya bersarang di depan bibirnya. "Heleh, bilang aja sekalian bolos kan."
"Hehehe, nah itu tahu." Amira cengengesan.
"Oh ya, ini sabun sampo, odol, sikat gigi sana sikat tubuh. Sana kamu mandi!" Nadia menyodorkan tas Indomaret berwarna biru kepada Rosyi.
"Terus baju gue?"
"Tenang, gue udah siapin semuanya, bahkan dalem*n sama handuknya juga ada." Amira menepuk tas yang ia bawa dengan bangga.
Rosyi memicingkan mata curiga, "Bukan dalem*n punya lo kan?"
"Ya kagak lah, ini baru anjir!"
"Oh, oke."
Rosyi mengambil kedua tas yang sahabatnya itu bawa, lalu masuk ke dalam salah satu bilik kamar mandi.
*60 menit kemudian
Cklek...
Rosyi keluar dari bilik kamar mandi sambil mengeringkan rambutnya. Nadia dan Amira yang tadinya mengobrol pun langsung menoleh.
"Lama amat lo, gue hampir aja ketiduran disini tau gak?" Oceh Amira.
Rosyi berjalan mendekati wastafel tempat Amira dan Nadia duduk, lalu menaruh handuk yang ia gunakan untuk mengeringkan rambutnya disana.
"Kalian kok tau ukuran gue? Mana pas banget, bahannya nyaman lagi." Rosyi menyisir rambutnya dengan sisir yang disediakan di kotak dalam kamar mandi sekolahan.
Amira dan Nadia nampak terkejut, keduanya pun saling pandang satu sama lain.
Rosyi mengerutkan kening ketika tak mendapatkan jawaban dari kedua sahabatnya. "Kok kalian diem? Kenapa?" Ia masih fokus menatap pantulan dirinya di cermin tanpa menoleh pada Amira dan Nadia yang tengah menatapnya, takut (?)
"Itu, dalem*nnya yang beli bukan kami, tapi Andrew. Soalnya kami pergi ke Indomaret sama toko baju dulu." Nadia menatap takut-takut pada Rosyi yang diam, sepertinya gadis itu masih mencerna apa yang Nadia ucapkan tadi.
Dengan perlahan, tubuh Rosyi mulai berbalik, menatap kedua temannya yang sudah turun dari wastafel. "Andrew yang beliin dalem*n buat gue?"
Keduanya sontak mengangguk.
"APAAAA?!"
•
•
•
"Andrew yang beliin dalem*n buat gue?" Si*l, rasanya Rosyi ingin bunuh diri saja.
Bagaimana bisa Andrew tahu ukurannya? Laki-laki itu benar-benar c*bul, seharusnya Rosyi tahu itu sejak lama.
Oh, apakah Andrew telah menguntit Rosyi selama beberapa hari ini? Itu tidak bisa di biarkan, ia harus melabrak laki-laki itu sekarang juga!
Tanpa pikir panjang, Rosyi memutar arahnya yang tadi ingin menuju kantin menjadi ke lapangan basket.
PLAK...
Andrew terkejut. Pasalnya, tak ada angin dan tak ada hujan, tiba-tiba Rosyi menghampiri nya lalu menampar dirinya dengan cukup keras.
"LO EMANG S*ALAN YA!"
"Wait, gue? Gue kenapa emangnya?"
Rosyi menarik telinga Andrew untuk mendekat ke arah mulutnya hingga laki-laki itu membungkuk. "Darimana lo tau ukuran gue?" Bisiknya dengan nada penuh penekanan.
"Hah?" Tunggu dulu, ukuran apa? Andrew tidak mengerti.
"Jangan pura-pura bodoh. Lo kan yang beliin, ehem...dalem*n buat gue?" Malu? Jangan ditanya lagi, Rosyi tentu malu ketika mengatakan itu, namun ia tetap harus meminta penjelasan dari Andrew.
"Oh, itu..."
*Flashback
Andrew nampak kebingungan mencari dalam*n yang pas untuk Rosyi, pasalnya ia tak tahu sama sekali ukuran milik gadis itu berapa.
"Udahlah, ambil yang kecil aja. Lagian keliatannya dia juga tepos." Akhirnya Andrew pun mengambil ****** ***** dan br* yang paling kecil untuk Rosyi.
"Yang ini aja." Tiba-tiba ada sebuah tangan yang menyodorkan dalam*n atas dan bawah berwarna hitam kepada Andrew.
"Punya Rosyi gak sekecil itu, jadi gak bakal muat. Pakek yang ini aja."
"Cih, tau darimana lo?" Andrew menatap Reyn tak suka.
Yang ditanya tak mengatakan apapun, ia meletakkan dua benda yang ia ambil tadi ke tangan Andrew lalu begitu saja.
Walaupun tidak yakin, akhirnya Andrew membeli saja dia benda yang Reyn rekomendasikan tadi untuk Rosyi.
*Flashback Off
Andrew hanya terdiam, sedangkan Rosyi sudah menatapnya kesal.
"WOY!!" Tubuh Andrew terlonjak kaget karena teriakan Rosyi.
"Jawab anjing!!"
Andrew melirik Reyn yang ternyata juga tengah menatapnya, menatap dengan tatapan tajam seolah memperingatkan.
"Oh, itu, gue di bantu sama pelayan toko. Gue kasih liat aja foto lo, terus dia yang milihin."
"Foto gue yang mana?" Nampaknya Rosyi masih gak percaya, ia malah berpikiran bahwa Andrew pasti menunjukkan fotonya yang tidak-tidak kepada pelayan toko itu.
"Foto yang ini." Andrew mengambil hpnya dan menunjukkan wallpaper hpnya pada Rosyi.
"Oh..." Gadis itu mengangguk percaya. "Tapi kok wallpaper hp lo foto gue sih? Lagian Lo dapet dari mana lagi foto itu?"
"Gue dapet dari hasil foto lo diem-diem. Dan ya, foto lo ada di wallpaper hp gue karena Lo itu orang spesial buat gue."
"Huekk...Najis!" Rosyi berpura-pura ingin muntah.
"Najis-najis gini calon masa depan Lo tau."
"Dih, kepedean lo bangs*t!!"
Di tempatnya, Reyn hanya terdiam melihat Rosyi dan Andrew yang terlihat begitu dekat, saling bercanda dan melayangkan umpatan selayaknya teman akrab.
"Sorry."
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Someone comes and than leaves.
Semua orang bisa berubah pada masanya. Orang yang dulu saling mencintai, suatu saat mereka bisa saling membenci dan begitu pun sebaliknya. Itulah hidup, tidak ada yang tetap dalam kehidupan ini. Entah itu kamu, lingkungan mu atau orang terdekat mu, pasti berubah. Jikapun belum, bukan berarti tidak akan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
𝐣𝐞𝐨𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐞𝐫
what happend
r u oky?
2023-03-28
0
𝐣𝐞𝐨𝐧 𝐓𝐢𝐠𝐞𝐫
people coming and go right🙂
2023-03-28
0
Angel Nindya
jgn" reyn kena ancem seseorang
2023-03-28
1