BRAK...
Kedua sejoli yang tengah asyik tertidur itu langsung terbangun karena terkejut dengan suara gebrakan meja dari meja dihadapan mereka.
"Apaan tuh tadi?" Dengan muka bantal nya dan nyawa yang masih melayang-layang di udara, Rosyi menolehkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Sedangkan Reyn diam terbengong sambil berusaha mengumpulkan nyawanya yang juga masih melayang-layang entah dimana.
"REYN! ROSYI! PERGI KELAPANGAN DAN HORMAT KE BENDERANG HINGGA JAM ISTIRAHAT KEDUA?!"
"HAH?!" Keduanya terbengong ketika mereka baru menyadari jika di sana ada Bu Intan, guru matematika kelas 12 IPA.
"Yah Bu, masa kita di suruh hormat ke bendera sih?" Keluh Rosyi. Ayolah, ia baru saja terbangun dari tidurnya dan harus langsung panas-panasan di lapangan sambil hormat ke bendera selama 2 jam lebih? Ini namanya pembunuhan berkedok hukuman!
Reyn mengangguk, "Kasih hukuman yang lain lah Bu, di suruh neraktir satu kelas juga gapapa, saya ikhlas."
"WAH BOLEH TUH."
"GANTI AJA BU HUKUMAN NYA! MAKAN GRATIS NIH KITA!"
Satu kelas langsung heboh, banyak dari mereka yang berteriak bahkan pargoy sampai Bu Intan kesal.
"Gak! ga ada ganti-ganti hukuman! Saya tahu kamu itu kaya Reyn, jadi hukuman kalian tetap berdiri di lapangan dan hormat pada bendera hingga bel istirahat kedua!" Putus Bu Intan final.
Jadilah siang itu Rosyi dan Reyn harus berdiri selama 2 jam lebih sambil hormat kepada Sang Saka Merah Putih.
"Ini gara-gara lo tau gak?! Mendingan tadi gue di hukum berdiri sama satu kaki didepan kelas daripada panas-panasan disini!"
"Heh topeng monyet! Yang ngajakin tidur kan elo!"
"Dih, gue gak ngajak Lo tidur ya! pede banget lo jadi orang!"
"Eh, iya juga sih ya?" Tuhkan, kumat tuh begonya member Handsome3 satu ini.
Rosyi memutar bola mata malas, ia berharap semoga bel istirahat berbunyi lebih cepat karena sungguh, ia bisa pingsan jika harus berdiri di sana lebih lama lagi, padahal ini baru setengah jam saja. Masih ada sekitar satu jam empat puluh menit lagi jam istirahat berbunyi.
"Mau kemana lo?" Tanya Rosyi ketika dilihatnya Reyn beranjak dari tempatnya ketika guru yang mengawasi mereka pergi ke toilet. Ya, mana mungkin Bu Intan membiarkan mereka hanya berdua, bisa-bisa nanti mereka kabur.
"Mau ngambil sesuatu bentar, Lo tunggu sini."
"Heh! mo kabur ya lo?!" Teriak Rosyi.
Reyn buru-buru membekap mulut Rosyi, takut jika Bu Intan datang karena mendengar teriakan gadis itu.
Rosyi segera menepis tangan Reyn dari mulutnya, "Apaan sih, tangan lo bau kemenyan anjir!"
"Makanya diem! Gue cuma mau ngambil sesuatu bentar, gue gak akan kabur, jadi lo tenang aja."
"Awas lo kalau sampai kabur!"
"Iya, gak akan."
Reyn berlari kecil pergi dari sana, sedangkan Rosyi kembali ke posisi semula, hormat ke tiang bendera.
•
Sudah beberapa saat Reyn pergi, namun laki-laki itu tak kunjung kembali, begitu juga guru yang tadi mengawali mereka. Mungkin lagi sembelit.
"Nih orang mana sih? Awas aja kalau sampai kabur, gue geprek palanya!"
"Gak baik ngomongin orang di belakang."
Rosyi menoleh kesamping ketika sebuah bayangan besar melindungi kepalanya dari sinar matahari. Ternyata, di sampingnya sudah berdiri Reyn dengan sebuah payung di tangan laki-laki itu yang digunakan untuk melindungi tubuh mereka dari sinar matahari.
"Lo ngambil payung?"
"Nggak, gue ngambil batu bata," Ucap Reyn sarkas.
"Oh." Rosyi mengangguk cuek.
"Lo gak mau berterimakasih gitu sama gue? Gue udah payungin lo loh."
Rosyi menoleh dengan senyuman yang sangat-sangat di paksakan, "Makasih anak babi."
"Ya gak usah pakek 'anak babi' juga kalik."
"Biarin, orang mirip kok."
"Induk babi, lo."
"Dih, yokap lo dong."
"Iya dong mama," Reyn tersenyum menjijikkan.
"Hueekk...muntah gue," Rosyi memasang muka pengen muntah.
"Mony_"
"Loh loh loh, apa ini? dapat payung darimana kamu?!" Pertengkaran keduanya tersela oleh suara guru pengawas yang baru saja kembali dari kamar mandi.
Keduanya saling pandang ketika guru laki-laki itu menatap tajam mereka. Rosyi menyenggol lengan Reyn, "Ngambil darimana Lo tuh payung?" Bisiknya.
"Gue ambil dari ruang BK mumpung Bu Dian gak ada," Bisik Reyn balik.
"Goblok!" Rosyi memiting leher Reyn, tak peduli dengan jeritan laki-laki itu.
"Akhh! aduh, gak bisa nafas heh!" Reyn meronta-ronta minta dilepaskan.
"Heh!! Kok malah berantem!" Pak Jono melerai dua sejoli itu, lalu menatap mereka satu persatu. "Dapat darimana payung ini?"
Rosyi menatap Reyn tajam, meminta laki-laki itu untuk menjelaskan, dan Reyn dengan gampangnya berbohong dihadapan Pak Jono. "Tadi ada salah satu pacar saya yang ngasih."
Rosyi akui Reyn itu pintar dan hebat dalam berbohong, pak Jono saja langsung percaya dengan ucapannya tanpa banyak bertanya lagi.
"Baiklah, mana payung nya biar saya bawa! Masa dihukum hormat ke tiang bendera sambil bawa payung!"
"Ya elah pak, panas tahu! Bapak mau kalau nanti saya kejang-kejang terus pingsan karena kepanasan?!"
"Halah, lebay kamu! Sini payungnya!" Pak Jono ingin mengambil payung itu dari tangan Reyn, namun laki-laki itu langsung menghindar, Rosyi juga langsung menghalangi.
"Saya tadi waktu istirahat belum makan sama minum lho pak, kalau saya dehidrasi terus pingsan gimana?"
"Ya itu salah kamu sendiri, kenapa gak makan ke kantin tadi waktu istirahat?!"
"Gini nih pak ceritanya," Rosyi menarik nafas dalam-dalam. "Semalam saya itu belajar sampai malem banget, terus bangun pagi buat sekolah, jadi tadi di jam istirahat saya ngantuk, jadi saya tidur deh. Karena itu saya gak sempet makan ataupun tidur, jadi sekarang saya gak punya tenaga pak. Jadi tol_"
"Syut! udah! Ya udah, kalian pakek aja payung nya, suara bakal awasin kalian di bawah pohon sana saja." Bisa meledak telinga Pak Jono jika harus mendengar rap Rosyi lebih panjang lagi.
•
•
•
Ternyata lelah juga ya berdiri di bawah tiang bendera selama 2 jam lebih. Walaupun sudah pakai payung untuk menghindari sinar matahari, tetap saja mereka merasa kelelahan karena berdiri terlalu lama.
"Aduh, kaki gue pegel banget anjir! Tuh guru kalau ngasih hukuman gak kira-kira bener dah," Eluh Rosyi sambil memijat kakinya sendiri.
Reyn melirik Rosyi sebentar, lalu tiba-tiba laki-laki itu berdiri.
"Aaaa!! LO APA-APAAN SIH? BIKIN KAGET AJA!" Teriak Rosyi kesal karena Reyn yang tiba-tiba menggendong nya.
"Ayo ke kantin, gue laper!"
"Tapi gue enggak!" Rosyi memberontak.
Kruyuk...
Gadis itu langsung memalingkan wajahnya karena malu, sedangkan Reyn sudah tertawa keras, menertawakan perut Rosyi yang baru saja berbunyi. "Gak laper? yakin?" Godanya.
Rosyi tak menjawab, ia terlalu malu untuk buka suara.
Reyn terkekeh, dibawa nya Rosyi ada dalam gendongan nya menuju kantin sekolah yang pasti sudah mulai lapar.
•
•
Reyn mendudukkan Rosyi di salah satu bangku kantin dengan perlahan, masa bodoh dengan beberapa mata yang menatap keduanya tak percaya. "Mau pesen apa?"
"Apa aja terserah, yang penting enak."
"Jangan bilang terserah, entar kalau gue salah pesen, lo marah lagi."
"Ya udah, nasi goreng aja. Jangan pedes-pedes gue gak suka."
"Oke."
Reyn pergi untuk memesan makanan, sedangkan Rosyi hanya duduk diam di bangkunya sampai seseorang mendatangi dirinya. "Lo habis di hukum ya?"
"Menurut lo?" Rosyi memutar bola matanya malas.
Sosok itu, Orion, mendudukkan dirinya di samping Rosyi, meletakkan satu gelas jus alpukat di atas meja. "Minta gak?"
"Lo mau bunuh gue?" Rosyi menatap Orion datar, sedangkan yang ditatap cuma nyengir tanpa dosa. "Bercanda, gak mungkin gue ngasih Lo makan atau minum yang berbau alpukat."
Rosyi menatap sinis sepupunya itu, "Bercandaan Lo gak lucu btw."
"Iya-iya, sorry deh. Btw, tadi gue liat lo di hukum, ngapain lagi lo sampai dihukum gitu?"
"Gak ngapa-ngapain, cuma tidur di kelas aja."
"Ckckck, kebiasaan buruk." Orion menggelengkan kepala, lalu ia meminum sedikit jus miliknya. "Oh ya, entar malem lo mau gak makan malem di rumah gue?"
Rosyi menaikan satu alisnya, "Ada apa nanti malem?"
"Gak ada, cuma si bocil hari ini pulang dari Amrik. Lo mau kan?"
Rosyi mengangguk antusias, "Of_" Ucapan nya terpotong oleh Reyn yang baru saja datang, "Gak boleh!"
Reyn menatap tajam Orion yang juga tengah menatapnya sinis, "Dih, apaan sih lo. Orang gue ngajakin Rosyi bukan lo."
"Rosyi pacar gue, jadi gue punya hak buat larang dia."
"Heleh, pacar 3 bulan aja bangga. Lagian baru pacaran ya, belum nikah, jadi Lo gak ada hak buat larang Rosyi main ke rumah keluarga gue." Orion ingin sekali membunuh Reyn sekarang juga rasanya, baru juga pacaran udah sok-sok-an ngelarang Rosyi.
"Gue tetep punya hak buat ngelarang dia karena_"
"Stop!" Rosyi memotong ucapan Reyn segera sebelum perdebatan mereka semakin panjang. "Gue bakal pergi makan malah kerumah Orion, gak ada siapapun yang bisa ngelarang gue!"
"Gue ikut."
Rosyi dan Orion sontak menatap Reyn aneh, "Buat apa Lo ikut? kenal keluarga gue aja nggak lo."
Laki-laki itu hanya mengangkat bahu acuh, "Gue cuma mau ikut, jadi boleh gak?"
Rosyi dan Orion saling bertatapan, lalu dengan kompak menjawab "GAK BOLEH!"
"Oke, gak boleh itu berarti boleh."
Lagi-lagi kedua manusia berparas rupawan itu menatap Reyn aneh, bahkan mulut mereka sampai kebuka alias ngowoh, you know ngowoh?
"Mingkem!" Reyn menaikan rahang bawah keduanya hingga mulut mereka tertutup.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Keluarga anti jelek😭
Btw aku lagi sakit guys, panas dingin, flu batuk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀
Smg cepat sembuh Thor, semangat biar bisa up bnyk²🤣
2023-03-04
0
Cindy Oktafiana
"perfec "
2023-03-04
1
elissa alivia
cepat sembuh ya author biar bisa berkarya lagi😊💪
2023-03-04
0