Sudah terhitung tiga hari Rosyi tidak masuk sekolah, dan selama tiga hari itu pula ia tak membiarkan teman-temannya menjenguk dirinya. Ia tak mau teman-temannya itu khawatir melihat begitu banyak perban yang membungkus tubuhnya.
Rosyi akan mengizinkan mereka bertamu nanti, jika lukanya sudah benar-benar sembuh.
Namun, semua itu tidak berlaku untuk Reyn yang setiap hari selalu mendatangi rumah Rosyi diam-diam. Laki-laki itu terlihat sangat care, mungkin itu karena Rosyi sekarang masih menyandang status sebagai salah satu pacarnya.
Karena yang Rosyi tahu, Reyn itu selalu memperlakukan semua pacarnya dengan baik, menjadikan mereka semua seperti seorang putri yang sangat dimuliakan. Namun jangan lupakan fakta jika Reyn selalu membuat mantan pacarnya menjadi mengenaskan setelah ia memutuskan mereka.
Rosyi tentu saja harus antisipasi, karena setelah ia dan Reyn putus nanti, pasti banyak sekali murid SMA Tunas Harapan yang akan berusaha menindas dirinya.
Walaupun Rosyi termasuk murid nakal yang tak mudah di tindas, namun siapa tahu kan? Mungkin nanti terjadi sesuatu yang tak terduga.
"Mendingan lo gak usah dateng ke rumah gue lagi, lo gak harus perhatiin gue karena gue ini salah satu pacar lo."
"Kenapa enggak? Lo itu pacar gue, jadi gue harus perhatian sama lo." Reyn dengan entengnya malah merebahkan diri di samping Rosyi.
Dugh...Bruk...
"Akh...sakit monyet!" Reyn meringis karena pinggang nya yang terasa sakit akibat jatuh dari tempat tidur Rosyi. Gadis itu benar-benar jahat karena telah menendang Reyn tanpa perasaan.
"Reyn, lo suka ya sama gue?" Tanya Rosyi tiba-tiba.
Laki-laki bermarga Adhitama itu menatap pacarnya bingung, "Gue perhatian sama lo, bukan berarti gue suka sama lo. Asal lo tau aja ya, gue itu perhatian sama semua pacar gue, termasuk Lo!" Reyn sudah berdiri sambil menepuk-nepuk bokong nya, takut ada yang kotor.
"Kalau lo gak suka sama gue, mending lo gak usah sok perhatian gini deh. Gue gak butuh perhatian dari lo!"
Reyn menyipitkan matanya, memajukan wajah dan menatap Rosyi dari jarak yang cukup dekat. Gadis itu memalingkan wajahnya, karena Reyn yang semakin dekat menatapnya.
Jantung Rosyi bergemuruh didalam sana, sedangkan Reyn masih menatapnya lekat, masih dengan mata yang menyipit.
"Lo takut jatuh cinta sama gue ya?"
Mata Rosyi langsung membelalak, "Gue takut jatuh cinta sama lo?" Alis Rosyi terangkat satu. "Sorry lah ya, lo sama sekali bukan type gue! Mungkin lo bakal jatuh cinta sama gue." Rosyi tersenyum sombong.
"Gue gak akan suka sama cewek modelan monyet liar kayak lo!"
"Gue juga gak sudi punya cowok bentukan babi hutan kayak lo!!"
Keduanya saling pandang dengan tajam, lalu membuang muka bersamaan. "Hump!"
Setelah itu, tak ada lagi pembicaraan antara keduanya sampai tiba-tiba suara bibi Na terdengar dari luar kamar Rosyi. "Nona Rosyi, bibi bawain makan malam buat nona."
Keduanya saling pandang. "Pergi lo! cepetan!" Rosyi tiba-tiba turun dari kasur dan langsung mendorong Reyn ke balkon kamarnya.
Sebenarnya tak apa jika bibi Na melihat keberadaan Reyn disana, namun, wanita tua itu sudah berkaki memperingatkan supaya Reyn tidak terlalu sering datang. Takut nya, ada yang melihat Reyn atau Reyn tertangkap kamera pengawas maka itu akan berbahaya untuk Rosyi.
Nyonya Tari bisa saja membunuh anaknya hidup-hidup kalau Reyn ketahuan sering datang dan tinggal berduaan dengan Rosyi dikamar.
"Iya, iya, sabar kalik! Lo mau dorong gue dari atas sini hah?!"
"Ya udah, makanya cepetan! Dan mulai besok lo gak usah dateng lagi deh."
"Larangan adalah perintah," Reyn mengedipkan mata, menggoda Rosyi.
"LO_"
Bruk...
Ucapan Rosyi terpotong ketika Reyn tiba-tiba saja langsung melompat dari balkon dan mendarat dengan selamat di taman belakang.
"Bye~ Bye~ pacar, sampai ketemu besok!" Reyn melambaikan tangan sebelum berlari memanjat dinding rumah Rosyi.
Gadis itu hanya bisa menghela nafas melihat tingkah Reyn yang sungguh, sama persis seperti dirinya saat berada di sekolahan.
•
•
•
Sehabis dari rumah Rosyi, Reyn pergi ke tempat yang menjadi tongkrongan untuk dirinya dan teman-temannya. Sebuah kedai kopi yang jaraknya tak terlalu jauh dari komplek dimana rumah Reyn berada.
"Reyn!" Amira langsung berdiri dan menghampiri Reyn yang baru saja parkir didepan warung.
Laki-laki itu mengerutkan alis ketika melihat disana bukan hanya ada kedua temannya, namun ada Amira, Nadia dan Orion juga. Reyn tak tahu apa yang membuat ketiga orang itu datang ke sana malam ini.
Jika Amira, Reyn tahu, pasti gadis itu sedang menemani Liam, lalu Nadia mungkin ikut dengan Amira. Namun Orion? Reyn rasa, teman-temannya tak ada yang dekat dengan laki-laki yang menjabat sebagai ketua OSIS di SMA Tunas Harapan itu.
"Lo ngapain disini?"
"Gue mau ket_"
"Bukan lo, Ra, tapi orang ini." Reyn menunjuk Orion yang hanya diam memperhatikan.
Amira paham, nampak nya Reyn tak suka dengan keberadaan Orion di sana. "Lo duduk dulu, ada yang mau kita bicarain."
Reyn mengikuti sepupunya yang mengarahkan ia untuk duduk di samping David. Di pandang nya satu persatu orang yang ada disana, "Penting gak? kalau gak penting, mending gak usah di bahas."
"Ini penting, soal Rosyi. Gue tahu kalau lo selama tiga hari ini selalu kerumah Rosyi. Gue gak tahu gimana cara Lo bisa masuk kesana, tapi gue mau ngomong kal_"
"Bisa langsung ke intinya aja?" Reyn nampak jengah dengan kalimat panjang yang Orion ucapkan, seperti akan berpidato saja.
"Gue mau Lo kasih tahu gue, gimana keadaan Rosyi. Dia sakit? kenapa gak masuk sekolah?"
Dahi Reyn berkerut, ia menatap Orion tak suka. "Buat apa lo nanyain pacar gue?!" Sewotnya.
"Orang tua gue khawatir sama dia, dan gue juga khawatir sama keadaan dia. Gue takut dia kenapa-napa." Jelas sekali nada kekhawatiran dari suara Orion.
Oh astaga, Liam hampir saja tertawa ketika melihat raut wajah Reyn yang terlihat tak bersahabat. Nampaknya laki-laki itu tengah cemburu, mungkin (?)
"Orion ini sepupunya Rosyi, jadi wajah kalau dia khawatir, Lo gak usah cemburu." Amira yang peka pun langsung menjelaskan.
"Cemburu? buat apa? Pacar gue banyak, gak pernah tuh gue cemburu sama pacar-pacar gue."
Perkataan Reyn itu, membuat Orion tak suka. "Mending lo putusin Rosyi sekarang juga!"
Ucapan Orion itu langsung membuat semua orang yang ada disana terkejut dan menatapnya tak percaya, sedangkan Reyn menatap tajam Orion dengan tangan terkepal. "Maksud Lo?"
"Bukannya ucapan gue tadi udah jelas? Gue mau lo putusin Rosyi sekarang juga. Gue gak mau kalau lo sampai ngebuat sepupu gue tersakiti, dia udah sakit, jadi Lo gak usah nambahin sakitnya dia." Tidak, Orion tak akan membiarkan Rosyi hancur lagi, sudah cukup hati perempuan itu di hancurkan oleh keluarganya sendiri, jangan sampai hati yang sudah hancur itu semakin hancur hanya karena seorang laki-laki s*alan seperti Reyn ini.
"Gue gak akan putusin dua sebelum genap 3 bulan, perjanjian nya udah kayak gitu, gak bisa dilanggar ataupun di ganti."
Orion menatap Reyn tajam, "Gue kasih lo peringatan ya. Kalau Lo berani sakitin Rosyi, gue bakal penggal kepala Lo hidup-hidup!"
"Yon, udah Yon." Nadia menahan bahu Orion yang sudah terpancing emosi.
"Nad, Lo tahu sendirikan gimana sakitnya Rosyi? gue gak mau kalau laki-laki ini bikin dia makin sakit Nad!"
"Iya, gue tahu. Rosyi kuat kok, di pasti bisa. Dan gue yakin Reyn gak sebrengsek itu buat sakitin Rosyi."
Reyn hanya diam mendengar apa yang Orion katakan. Ucapan laki-laki itu semakin membuatnya penasaran. Itu membuktikan bahwa ada sesuatu yang tidak Reyn ketahui tentang Rosyi, dan hal itu juga pasti berkaitan dengan luka pada tangan dan kaki gadis itu.
"Sayang, nanti aku pulang bareng Reyn ya," Bisik Amira pada Liam.
Liam pun mengizinkan tanpa perlu banyak bertanya lagi. Ia bukanlah laki-laki yang pencemburu, apalagi Reyn adalah sahabat nya dan sepupu dari Amira.
•
•
•
"Dah guys~ duluan ya." Nadia yang sudah membonceng pada motor David itu melambaikan tangan pada Amira, Liam dan Reyn yang masih duduk manis di warung.
Orion, laki-laki itu juga sudah siap dengan motor nya. Tadi sang mommy sudah menelfon nya, mencari dirinya dan menyuruhnya untuk pulang karena ini sudah sangat malah.
"Bye~" Amira melambaikan tangan balik kepada Nadia.
BRUM... BRUM...
Dua motor beda warna itu melaju meninggalkan area warung.
"Gue juga mau balik deh, tadi nyokap udah nelfon." Liam berdiri, mengambil beberapa barang dan memakai jaketnya.
"Lo gak ikut, Ra?" Reyn melirik sepupunya yang hanya diam ketika Liam berjalan keluar dari warung.
"Ada yang mau gue omongin sama Lo."
Reyn mengangkat satu alisnya bingung, tak biasanya Amira terlihat serius seperti ini. "Soal apa?"
"Rosyi." Reyn mengangguk paham.
"Sebenarnya Rosyi ngelarang gue buat ceritain ini kesiapapun, tapi, gue rasa Lo perlu tahu ini. Rosyi sudah banyak terluka, gue gak mau Lo nambah luka dia lagi."
"Luka apa? gue gak paham maksud Lo." Reyn sungguh penasaran, sebenarnya luka apa yang mereka maksud?
"Dulu keluarga Rosyi tuh baik-baik aja. Tapi, tiba-tiba Daddynya Rosyi ketahuan selingkuh. Gue gak tahu seburuk apa kejadian itu sampai membuat mommy nya Rosyi trauma. Rosyi gak pernah di bolehin bawa temen cowok ke rumah, apalagi pacar. Mommy nya Rosyi bisa menggila kalau hal itu sampai terjadi. Dia bakal siksa Rosyi."
Deg...
Apakah ini yang di maksud bibi Na? Kehadiran Reyn di rumah Rosyi akan membuat Rosyi dalam bahaya, jadi ini alasan nya?
Jadi, luka-luka di tubuh Rosyi itu... karena ibunya sendiri?
"Jadi gue mohon sama lo, kalau emang Lo gak suka sama Rosyi, mending Lo putusin dia sekarang. Dan soal tantangan itu, gue minta maaf, gue khilaf."
Reyn memandang Amira yang hampir menangis, lalu ia menggeleng kaku. "Gue gak bisa putusin Rosyi sekarang."
"Tapi kenapa?" Amira menatap Reyn, meminta penjelasan atas ucapan laki-laki itu barusan.
Laki-laki bermarga Adhitama itu hanya menggeleng, ia tak bisa menjelaskan apa alasan dari perkataan nya, karena dia sendiri pun tak tahu.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
Aduh aduh, ganteng banget sih😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
anitha yunita
gengsi di gedein si jadi gitu 🤭🥱
2023-03-30
2
ayangnya Taekook
ya iyalah pacar halu nya Zea
2023-02-28
0
hadiya nur Jannah
bilang aja Lo udah mulai kepincut reyn
2023-02-28
0