*Sakit Hati

Jika ditanya sakit hati atau nggak, tentu saja Rosyi sakit hati. Namun, disisi lain ia juga bersyukur. Setidaknya ia tak perlu bersusah payah putus dengan Reyn dan bisa pindah ke luar negri bersama sang mommy tanpa ada beban.

Jika saja Reyn benar-benar mencintai Rosyi, laki-laki itu pasti akan melarangnya pergi ke luar negri bersama sang ibu. Apalagi Reyn anaknya keras kepala, pasti akan susah.

Sudah hampir seminggu semua itu terjadi, Rosyi pun mati-matian menahan diri untuk tidak mencaci maki Reyn dan anak baru itu. Ia masih sadar diri bahwa Reyn bukanlah miliknya sepenuhnya. Semua kata peduli dan sayang yang pernah laki-laki itu katakan hanyalah kebohongan yang digunakan untuk mendapatkan hati Rosyi lalu ia hancurkan begitu saja.

Hari ini adalah hari terakhir hubungan Rosyi dan Reyn, itu berarti lusa gadis itu akan pergi bersama Tari keluar negri dan tidak akan kembali ke Indonesia lagi.

"Rosyi hiks...aku pasti bakal kangen banget sama kamu." Nadia memeluk Rosyi erat sambil menangis tersedu-sedu.

"Hiks... bestie gue mau pergi..." Amira tak mau ketinggalan memeluk sahabat tercintanya.

"Dih cengeng kalian, lagian kalian kan bisa dateng kesana buat ketemu sama gue. Kita juga bisa video call an tiap hari."

"Tapikan rasanya beda..." Rengek Amira.

"Heleh, lebay lo berdua," Ejek Orion.

"Heh! Lo bilang gitu, entar malem lo juga pasti bakal nangis, terus tidur minta di peluk sama bunda," Ejek Rosyi balik pada Orion.

Yang lebih tinggi langsung berdiri, "Dih, mana ada. Udahlah, gue mau balik ke ruang OSIS, bye!"

"Tuh, mau nangis tuh pasti."

*Ruang OSIS

"Huwaa!!! Sepupu gue mau pindah huwaa!!! Gak bisa, ini gak bisa terjadi! Nanti yang ribut sama gue siapa kalau dia pergi?! Huwaa!!" Sudah 2 kotak lebih tisu besar yang Orion habiskan, namun laki-laki itu masih saja menangis tanpa merasa malu, padahal di dalam ruangannya sana ada teman-teman OSIS nya yang lain.

"Yaelah, Ketos kok cengeng sih? Lagian Lo masih bisa nyamperin dia ke rumah nya, ribet amat dah," Komentar Tasya si sekertaris OSIS.

"Masalahnya, dia pindahnya ke Singapur HUWAA!" Makin kenceng deh tangisan Orion.

"Weh, sepupu lo yang mana sih? Perasaan gue gak pernah liat deh. Emangnya dia penting banget ya buat lo?" Ya aneh aja kan ya, Orion yang biasanya cuek dan tak tersentuh tiba-tiba nangis kayak bocah cuma gara-gara sepupunya pindah. Pasti sepupunya itu berharga banget buat Orion.

Yang di tanya masih sibuk nangis sampai-sampai berkas tentang Iven bulan depan yang ada di meja jadi bawah karena ketetesan air mata Orion.

Vanya, si bendahara OSIS yang melihat itupun langsung melotot. "WEH! BERKASNYA ANJIR!!"

Vanya sudah hampir menonjok wajah Orion yang dengan seenaknya malah di geletakin di atas berkas penting itu begitu saja. Untuk ada Kevin yang sigap menahan Vanya.

"Nya, tahan Nya. Temen lo lagi sedih itu."

"Ya tapi berkasnya gimana anjir?!"

"Udahlah, nanti bisa di print lagi, santai aja."

"Ck, yaudah deh."

Ketiga anggota inti OSIS itu akhirnya cuma diam sambil mengeliatin ketua mereka yang nangis bombaya. Mau keluar juga gak bisa, pintunya di kunci sama Orion, dan Orion gak ngizinin mereka keluar sebelum sedihnya dia reda. Egois? Lah emang, baru tahu lo?

Siang ini Rosyi berniat menemui Reyn. Yah, sekedar buat ngucapin salam perpisahan aja sebelum ia benar-benar pergi lusa. Juga untuk meresmikan putusnya hubungan mereka.

Namun, Rosyi tidak menyangka, bahwa perlakuan buruklah yang akan ia dapatkan dari Reyn.

"Wah, hai mantan. Ada apa nih mau ketemu sama gue? Mau ngajak balikan ya?" Reyn dengan wajah songong sok gantengnya merangkul Cecilia dengan begitu mesra.

"Gue gak_"

"Oh, sorry. Sekarang mungkin belum jadi mantan ya, kan ini hari terakhir. Tapi besok, lo bakal jadi mantan gue yang paling tersiksa." Reyn mengusap rambut Rosyi perlahan.

"Guys, dengerin ya. Mulai besok, Rosyi Amelia udah resmi jadi mantan gue. Jadi, kalian bebas buat bully dia kayak apapun juga. Kalau bisa, buat dia gak pengen hidup lagi."

Rosyi tak mampu menahan keterkejutannya atas apa yang Reyn ucapkan. "Lo? Lo bukan Reyn yang gue kenal, Reyn yang gue kenal gak kayak gini. Lo siapa?!"

Reyn tertawa keras mendengar ucapan Rosyi yang terdengar sangat amat tak percaya. "Emangnya lo tau apa tentang gue? TAU APA LO?!"

Tubuh Rosyi membeku seketika, Reyn membentaknya. Reyn membentaknya tepat didepan wajahnya sendiri dengan suara yang begitu keras dan tatapan yang begitu tajam.

Dada Rosyi bergemuruh, sesak, dan sakit. Bahkan air matanya saja sudah tak bisa ia tahan lagi. Ia memandang Reyn tak percaya.

"Oh, nangis? Kenapa nangis? Gara-gara di bentak? Alah, cengeng banget lo jadi cewek."

Rosyi menghapus air matanya saat itu juga, ia langsung membalik badannya hendak pergi sebelum suara Reyn kembali mengehentikan nya. "Tunggu dulu."

"Apa?" Rosyi berbalik, berharap Reyn akan meminta maaf akan apa yang telah ia lakukan.

"Nih, buat lo." Reyn tersenyum mengejek, menyodorkan cup berisi jus alpukat.

'Gue peduli sama lo.' Kedua tangan Rosyi terkepal di samping badan. Bohong, semua nya bohong. Tentang Reyn yang peduli, tentang Reyn yang perhatian dan tentang Reyn yang sayang, SEMUANYA BOHONG.

PLAK...

Rosyi berlari pergi dari kantin dengan perasaan terluka setelah memberikan tamparan yang cukup keras untuk Reyn. Hatinya sakit, Reyn menghancurkan kepercayaan Rosyi, sama seperti apa yang ayahnya lakukan dulu.

Ternyata benar apa yang Tari katakan, semua laki-laki sama saja. Mereka BR*NGSEK!

Sejak pulang sekolah hingga malam, Rosyi tak kunjung keluar dari kamar, dan itu membuat Bibi Na khawatir. Pasukan Rosyi melewatkan makan siang, dan sekarang, ia juga tak mau untuk makan malam.

Tok...Tok...Tok...

"Non, buka pintunya non."

"Nggak bi! Rosyi gak mau makan!" Teriak Rosyi dari dalam.

"Ini nyonya telfon non, non Rosyi buka dong pintunya."

"Mommy?"

"Iya, non."

Ceklek...

Tak lama setelahnya, pintu kamar Rosyi pun terbuka, memperlihatkan gadis dengan penampilan yang acak-acakan dan seragam sekolah yang belum diganti.

"Non Rosyi belum mandi?"

"Belum bi, mana telfonnya?" Tanya Rosyi dengan suara parau, mata gadis itu terlihat sembab, sepertinya habis menangis.

"Ini non." Bibi Na memberikan ponselnya kepada Rosyi.

Tari tadinya menelfon ke HP Rosyi, namun HP gadis itu mati, jadilah Tari menelfon ke ponsel milik kepala pembantu di rumah, yakni bibi Na.

"Kalau gitu saya permisi nona."

Rosyi mengangguk, ia pun masuk membawa ponsel bibi Na dan memulai obrolan dengan sang ibu.

"Kenapa handphone kamu gak bisa di hubungi?"

"Handphone nya aku buang."

"Kenapa?"

"Pengen ganti yang baru."

Tari hanya mengangguk di sebrang sana, walaupun Rosyi tak bisa melihatnya karena mereka tidak melakukan sambungan Video call.

"Penerbangan kamu dimajukan besok sore."

Dahi Rosyi berkerut, "Kenapa?"

"Mommy gak mau lagi kamu di sakiti sama laki-laki s*alan kayak gitu. Jangan kamu kira karena mommy gak ada di Indonesia, mommy gak tahu apa yang kamu lakukan. Mommy tahu semuanya darling."

"Ya, oke terserah mommy aja. Tapi besok aku masih mau sekolah, lagipula penerbangan nya sore kan?"

"No! Kamu gak usah sekolah lagi. Mommy sudah mengurus surat pengeluaran kamu dari sekolah."

"Gak, pokoknya Rosyi besok masih mau sekolah. Rosyi mau pamitan sama temen-temen yang lain!!" Tolak Rosyi mentah-mentah.

"Honey, dengerin mommy. Kalau kamu sekolah__"

Tutt...Tutt...Tutt...

Rosyi mematikan sambungan secara sepihak. Ia tak peduli, pokoknya besok ia masih akan masuk sekolah. Ia ingin melihat, kira-kira bagaimana pembully-an yang akan ia terima dari fans Reyn, apakah akan lebih mengguncang mental daripada apa yang pernah ia alami selama ini? Ataukah tidak?

"Reyn, lo tuh waras gak sih? Kenapa lo bisa-bisanya kayak gitu ke Rosyi?! Ayolah man. Siapa yang kemarin bilang kalau bakal jagain Rosyi dan gak akan biarin dia terluka? Siapa yang kemarin bilang kalau dia mulai jatuh cinta sama Rosyi? Lo kenapa sih? Apa gara-gara Cecilia lo jadi kayak gini?" Sumpah Liam tak habis pikir dengan sahabat nya yang satu ini.

Reyn hanya diam, tak ada niatan untuk menjawab ucapan Liam dan lebih memilih untuk memainkan ponselnya.

"Woy!!" David merebut ponsel Reyn hingga sang pemilik langsung menatapnya tajam.

Reyn hendak mengambil kembali ponselnya, namun David segera menjauhkan benda pipih itu dari jangkauan Reyn. "Dengerin kita dulu baru lo boleh main HP lagi."

"Ck, gak guna," Decak Reyn pelan.

"Reyn, kita ini sebagai temen lo, pasti bakal selalu ngertiin lo. Tapi untuk yang kali ini, gue sama David sama sekali gak ngerti. Lo kenapa bisa kayak gini sih? Gue pikir lo udah mulai lupain Cecilia setelah adanya Rosyi."

Reyn terkekeh pelan, "Puluhan mantan gue yang cantik-cantik dan terkenal juga kaya aja gak bisa buat gue ngelupain Cecilia, apalagi Rosyi yang biasa aja."

"Wah, bener-bener gila lo ya! Pantes aja Orion sampai gak tahan buat gak ngehajar muka lo. Tangan gue aja sekarang udah gatel pengen ngegaplok pala lo, sumpah." David mati-matian menahan kesal pada sahabatnya ini.

Reyn menunjukkan muka sombong yang ngeselinnya naudzubillah, rasanya tangan David pengen melayang ke muka Reyn sekarang juga.

"Reyn, gue tahu lo gak kayak gini. Coba deh cerita sama gue." Liam menyentuh kedua bahu Reyn, menatap laki-laki itu penuh keyakinan.

Reyn segera menyingkirkan tangan Liam dari bahunya, mata laki-laki itu mengedar ke segala arah asal tidak menatap mata Brown Liam. "Gue emang gini, masa lo gak tau sih? Kita udah lama temenan."

"Ya karena kita udah lama temenan, makanya gue tahu kalau ini bukan lo. Lo sebenarnya ada apa sih?"

"Udah malem, mommy pasti nyariin, gue balik dulu ya." Reyn memberesi barang-barang nya dan langsung pergi dari sana.

"Reyn! Gue belum selesai!"

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

"Yang kamu tunggu telah kembali, maka kini sudah saatnya untuk aku pergi. Sampai jumpa rumah singgah, terimakasih untuk semuanya, hanya sementara namun momen yang tercipta sungguh luar biasa."

Apakah kisah mereka hanya akan berakhir sampai disini?

Terpopuler

Comments

x_maa

x_maa

anj
reyn bngst awalnya gw setuju sama dia sama rosyi bisa putusin pacar²nya yang laen eh ini malah?

gw blacklist lu dari calonnya rosyi

2023-03-26

0

hadiya nur Jannah

hadiya nur Jannah

reyn pengen gue jadiin samsak tinju👿👿👿

2023-03-26

0

hadiya nur Jannah

hadiya nur Jannah

tadinya q mau nangis eh liat Orion kok jadi ngakak.😂😂😂😅😅😅😅

2023-03-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!