"Udah jadi pacarnya Reyn, tapi masih mau ngembat ketua OSIS. Dasar sasimo."
...Langkah Rosyi otomatis terhenti saat itu juga, namun, gadis itu sama sekali tidak menoleh pada seseorang yang baru saja mengatakan itu kepada dirinya....
"Reyn aja gak cukup ya? Masih mau dapetin Orion juga?" Langkah gadis itu mendekat. Rosyi melirik nya pelan, lalu berdecih.
Leny Rohfiana, Rosyi sering mendengar namanya. Dia adalah salah satu perempuan yang amat sangat tergila-gila dengan Reyn. Namun sayangnya, gadis itu tidak berhasil menjadi salah satu dari puluhan pacar laki-laki itu.
Rosyi melipat tangan nya di depan dada, lalu menatap Leny dengan angkuh. "Masalahnya sama lo apa?"
"Jelas masalah buat gue! Lo udah berani duain Reyn, dan itu masalah buat gue!" Leny dengan beraninya menatap tajam mata Rosyi.
Sang empu yang ditatap tajam hanya tersenyum miring sembari berkata, "Kalau Reyn aja bisa punya pacar banyak, kenapa gue nggak?" Ucapan Rosyi itu jelas membuat Leny naik pitam.
"CEWEK GAK TAHU DIRI! UDAH UNTUNG LO DI PACARIN SAMA REYN!"
Rosyi mengangkat bahunya acuh, "Gue gak minta buat di pacarin sama dia."
SRET...
Kelewat kesal, Leny langsung menarik kerah seragam Rosyi dengan kuat. "Lo gak usah belagu ya, mentang-mentang akhir-akhir ini Reyn lebih sering jalan sama lo ketimbang pacarnya yang lain."
Dahi Rosyi berkerut, "Gue gak belagu, minggir!" Di dorong nya pelan gadis itu, lalu ia pergi dari sana tanpa peduli dengan teriakan Leny yang menggema di seluruh lorong. Benar-benar tidak punya malu.
"Ck, awas aja lo. Tunggu sampai Reyn mutusin Lo!" Leny berjanji, ia akan membuat hidup Rosyi lebih sengsara daripada mantan-mantan Reyn yang lain setelah dirinya putus dengan laki-laki itu.
•
•
•
"Dasar cewek gila, pengen gue bunuh aja rasanya," Gerutunya kesal sembari berjalan memasuki area kantin.
****, sepertinya hari ini benar-benar hari kesialan Rosyi. Karena tadi Leny mencegahnya di jalan, ia sampai tidak kedapatan tempat duduk.
Gadis itu celingak-celinguk mencari teman-temannya, mungkin mereka ada di kantin juga kan. Namun sayangnya nihil, sepertinya kedua temannya itu sedang tidak kekantin.
"Mereka kemana sih? tumben banget gak kekantin." Gumam nya heran.
Ting...
Sebuah notifikasi masuk di HP nya, Rosyi pun langsung membuka pesan yang baru saja masuk beberapa saat itu.
Monyet 🐒
Bangku paling pojok, cepet!
Dahi Rosyi berkerut, ia tak faham apa maksud pesan dari Reyn ini. Apakah laki-laki itu memintanya mendatangi bangku paling pojok? Mungkin iya.
Rosyi mendongak kan kepala, melihat ke bangku paling pojok dan ia pun menemukan Reyn disana, bersama dengan beberapa pacarnya.
Tanpa pikir panjang, Rosyi langsung melangkah mendekati bangku itu.
"Sini duduk," Perintah Reyn ketika Rosyi baru saja sampai.
"Bareng sama pacar-pacar lo? Ogah banget gue. Kirain Lo nyuruh gue kesini mau ngapain." Dengan malas nya, Rosyi melipat kedua tangan di depan dada.
Dahi Reyn berkerut, "Lo gak suka kalau ada mereka disini?"
"Menurut lo?"
"Kalian pergi sana." Reyn melepaskan rangkulannya dari dua perempuan yang duduk disampingnya.
"Lho, Reyn, tapikan..."
"Pergi atau putus?" Ancamnya.
Dari pada putus dengan Reyn, bukankah mereka lebih baik pergi?
"Sebelum pergi, kalian pesenin Rosyi makanan sana. Lo mau apa?" Tanya Reyn pada Rosyi.
"Nasi goreng, no seafood, jangan terlalu pedas. Minum nya Jus mangga aja."
"Dengarkan?" Kelima gadis cantik itu mengangguk, mereka langsung pergi untuk mengambilkan apa yang Rosyi pesan.
Rosyi mendudukkan dirinya di bangku yang berhadapan dengan Reyn.
Sebenernya Rosyi sedikit tak enak dengan pacar-pacar Reyn yang tadi, namun, ia juga senang karena tidak perlu susah-susah mengantri untuk mendapatkan makanan yang ia mau.
"Lo kenal Leny Rohfiana gak?" Tanya Rosyi tiba-tiba.
Alis Reyn berkerut. Leny Rohfiana? Sepertinya ia tak mengenalnya, namun pernah mendengar namanya. "Gak, kenapa?"
"Oh, GPP."
"Beneran? Lo diganggu ya sama tuh orang?"
Rosyi menggeleng, "Nggak, udahlah, lupain aja."
"Hem, ya udah, terserah Lo aja."
Tak lama kemudian, kelima pacar Reyn pun datang dan membawakan makanan Rosyi. "Thanks."
Mereka membalas ucapan terimakasih Rosyi dengan senyuman terpaksa, lalu pergi dari sana dengan hati dongkol. Kesal? sudah pasti, marah? apalagi.
Rosyi mulai menikmati makanannya, tak peduli dengan Reyn yang sejak tadi memperhatikan nya sambil tersenyum aneh. "Cantik."
•
•
•
BRAK...
Leny memejamkan mata ketika tubuhnya di pojokan dengan tidak santainya pada dinding kelas. Gadis itu tak berani membuat mata karena takut melihat raut wajah mengerikan laki-laki di hadapannya.
"Ngomong apa Lo sama Rosyi?!" Leny hanya bisa menggeleng takut ketika Reyn membentak nya dengan keras.
"PUNYA MULUT GAK?! JAWAB ANJ*NG!" Sentak Reyn keras.
Kaki Leny terasa begitu lemas sekarang ini, ia ingin menjawab ucapan Reyn, namun rasanya lidahnya terlalu kelu untuk bicara, nyali nya menciut seketika.
"A_aku gak ngomong a_apa-aoa Re_reyn." Dengan susah payah, akhirnya gadis itu berani bicara.
Reyn menatap teman kelasnya itu tak percaya, namun akhirnya ia mengangguk juga. "Gue harap Lo gak bohong, kalau gue tau kalau Lo berani nyentuh atau ngomong sesuatu sama Rosyi, gue pastiin Lo habis di tangan gue." Ancam Reyn untuk terakhir kalinya. Laki-laki itu pun kembali ke bangkunya.
Suasana kelas yang tadi sempat menggelap karena ulah Reyn pun kembali seperti semula setelah guru pengajar memasuki ruang kelas.
Leny masih berdiri di pojok kelas dan itu menarik atensi Bu Intan selaku guru Bahasa Indonesia. "Leny, kenapa berdiri disana? cepat kembali ke tempat duduk mu!" Tegur nya.
Gadis itu mengangguk patah-patah, lalu dengan tubuh bergetar ia kembali ke tempat duduknya yang s*alnya berada tepat di belakang bangku Reyn.
"Inget ucapan gue baik-baik," Bisikan Reyn mungkin terdengar samar, namun itu berhasil membuat tubuh Leny kembali bergetar.
•
•
•
Semakin hari, kedekatan antara Orion dan Rosyi semakin terlihat, apalagi dengan adanya Novi disana. Gadis cantik itu bersekolah di SMP Tunas Harapan yang beda gedung dengan SMA Rosyi, namun tetap satu kawasan sekolah kok.
Kedekatan Rosyi dan sepupunya itu malah membuat beberapa murid salah paham. Banyak dari mereka yang menggujing atas dirinya, mengatakan jika Rosyi murahan, sasimo dan sebagainya.
Reyn sebagai pacar dari Rosyi tentu tak terima, laki-laki itu melakukan segala cara untuk membungkam para murid yang sudah mengatai Rosyi, tak peduli jika ia harus masuk ruang konseling beberapa kali karena nya.
"Makin hari memar di wajah lo makin banyak aja," Omel Rosyi yang tengah mengobati luka yang Reyn dapat beberapa waktu lalu.
Laki-laki itu baru saja berkelahi dengan anak basket yang tak terima karena kemarin Reyn membuat pacarnya luka-luka.
"Ada urusan apa Lo sama tuh anak basket? Ngapain berantem?"
"Gak ada, Lo gak usah tahu." Ucap Reyn acuh.
Rosyi hanya ber-oh ria lalu dengan sengaja menekan luka Reyn hingga laki-laki itu meringis. "Akh...shh...sakit bego!"
"Emang bukan urusan gue, tapi kalau Lo luka gini, pasti Lo minta gue yang ngobatin!" Kesal Rosyi.
Reyn mengerucut kesal. Bukannya gemas, Rosyi malah jijik. "Muka Lo makin kayak monyet kalau gitu."
"Ck, Lo jadi cewek gak ada romantis-romantisnya ya."
"Emang," Jawab Rosyi acuh.
"Pulang sekolah gue mau kerumah Lo, mau ketemu aunty Flo." Ucapnya lagi.
Reyn yang tadi cemberut pun langsung semangat 45, "Eh, tapi Lo udah izin mommy Lo belum? nanti orangnya marah lagi kalau Lo gak izin dulu."
"Udah, santai aja."
"Oh, oke. Nanti tungguin gue di parkiran ya, gue masih ada urusan bentar nanti."
Rosyi hanya mengangguk patuh lalu menyelesaikan acara nya mengobati luka Reyn.
•
•
•
Sudah terhitung 15 menit Rosyi menunggu Reyn di parkiran sekolah, namun laki-laki itu tak kunjung datang juga.
"Udah lama ya? Sorry, ada kendala bentar tadi."
Rosyi hanya diam ketika laki-laki yang menyandang status sebagai pacarnya itu memakainya helm.
Brum...Brum...
Motor besar Reyn meninggalkan area sekolah yang sudah sepi, membelah jalanan kota Jakarta, membawa dua sejoli yang duduk di atasnya menuju rumah kediaman milik si lelaki.
Gerbang rumah besar itu terbuka ketika sang tuan muda telah sampai, Reyn membawa motor nya melewati halaman rumah yang begitu luas, dua kali luasnya dari lapangan bola.
Turun dari motor, Reyn membiarkan motor nya itu terparkir di depan rumah dengan kunci yang masih menggantung. Nanti juga ada yang memasukkan nya ke garasi.
"Ayo, mommy udah nungguin Lo di dalem. Dia seneng banget waktu tahu kalau Lo mau mampir." Kedua nya berjalan bergandengan memasuki kediaman besar itu, mereka disambut oleh beberapa maid.
"Lo ngasih tahu aunty kalau gue mau kesini?" Praktis laki-laki itu menggeleng. "Ck, padahal gue mau ngasih aunty surprise," Dengusnya kesal.
"Hehehe, maaf ya." Reyn merangkul bahu Rosyi yang kesal, gadis itupun hanya bisa mendengus.
Keduanya berjalan menuju ruang tengah, ternyata ibu Reyn tengah bersantai sambil menunggu kedatangan anak dan pacar anaknya.
"Hai sayang, owhh...aunty sangat merindukan mu." Nyonya Flo berdiri dari duduknya dan menyambut Rosyi dengan sebuah pelukan hangat.
Rosyi jelas menerima pelukan Flo dengan baik. Hangat dan nyaman, Rosyi menyukainya. Sudah lama ia tak mendapatkan pelukan yang seperti ini.
"Sini-sini, kita duduk dulu." Flo membawa Rosyi untuk duduk di sampingnya.
Reyn yang merasa terabaikan pun mendengus kesal, "Anak sendiri gak di anggep ya?" Sindirnya.
Flo menoleh sebentar, "Siapa kamu?"
Rosyi hanya terkekeh melihat wajah jengkel yang Reyn perlihatkan, itu cukup membuatnya terhibur.
"Sudah, kamu bersih-bersih sana, mommy mau ngobrol sama calon menantu mommy." Ucapan wanita itu sontak membuat Rosyi diam membeku.
Ia tak ingin mengecewakan Flo karena apa yang ia katakan tidak akan mungkin terjadi, namun, ia bisa apa? Hubungan nya dengan Reyn tak mungkin bertahan lama, bahkan jika mereka saling mencintai.
...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Rjin98
lanjuut gk mau tau 😡😡😡💪💪💪💪
2023-03-12
0
hadiya nur Jannah
mudah-mudahan emaknya rosyi gax kambuh lagi kasian rosyi
2023-03-12
1