*Bakuhantam

Rosyi rasa ia sudah mengatakan dengan jelas sore itu kepada Reyn untuk tidak menjemputnya kerumah, namun laki-laki itu dengan segala tingkahnya malam menjemput Rosyi langsung ke kamar nya.

Gadis itu tidak tahu bagaimana Reyn bisa masuk, yang pasti laki-laki itu sudah berada di kamarnya setelah Rosyi keluar dari walk in closet.

"ANJ*NG, LO NGAPAIN DI KAMAR GUE HAH?!"

Teriak Rosyi melengking hingga Reyn menutup telinganya untuk melindungi gendang telinga nya supaya tidak pecah karena suara ultrasonik milik Rosyi.

"Aduh sayang, teriaknya jangan kencang-kencang dong, nanti kalau gendang telinga aku pecah gimana?" Reyn memeluk Rosyi.

Rosyi mendorong Reyn dengan kuat hingga pelukannya terlepas, "Jijik b*ngsat!"

"Ngomong kasar lagi, aku bakal cium kamu!" Ancam Reyn.

"Ck, Lo pikir gue takut sama ancaman Lo hah?! ENGGAK ANJ_"

Chup...

Mata Rosyi membelalak sempurna, ia tak menyangka jika Reyn benar-benar serius dengan apa yang ia ucapkan barusan.

Dengan sekuat tenaga, Rosyi mendirikan Reyn hingga laki-laki itu terdorong mundur. "LO GILA YA?!"

Bukannya merasa bersalah atau apa karena telah mengambil ciuman pertama Rosyi, Reyn malah tersenyum miring sambil mengusap sudut bibirnya. "Hei, ayolah. Ini hal biasa untuk sepasang kekasih."

Dan dengan brengseknya Reyn mengatakan itu, membuat amarah Rosyi tak terkendali.

DUAGH...

Di tendangnya Reyn hingga jatuh tersungkur, membuat ****** mulus Reyn terasa panas karena mencium lantai dengan kuat.

"MAKAN TUH KEKASIH!"

Rosyi langsung mengambil tas dan jaket kulitnya, lalu meninggalkan kamar tanpa peduli dengan Reyn yang meringis kesakitan.

"Akh...shh...gila tuh cewek, sakit banget ****** gue."

Reyn berusaha berdiri dengan perlahan sambil mengusap bagian belakangnya yang masih terasa panas, "Awas aja tuh cewek, gue bakal bikin dia nangis darah karena patah hati!"

"Aduh... perut gue jadi sakit juga kan."

Reyn berjalan tertatih menyusul Rosyi turun ke bawah. Ia pikir gadis itu akan berhenti di ruang makan untuk sarapan dulu, tapi ternyata Rosyi langsung keluar rumah dan melaju pergi menggunakan motor nya.

BRUM...

Mata Reyn membelalak ketika melihat motor Rosyi baru saja keluar dari gerbang rumah.

Seorang Rosyi Amelia tidak telat ketika masuk sekolah adalah sesuatu yang luar biasa, hal mustahil yang terjadi 1 abad sekali ini sungguh membuat gempar SMA Tunas Harapan.

"Wow, tumben gak telat?" Ini sudah yang kesekian kali Rosyi mendengar kalimat itu setelah ia menginjakkan kaki di dalam gedung sekolah.

"Telat salah, gak telat juga salah, terus Lo mau gue kayak gimana?" Ucap Rosyi jengah.

David menggaruk tengkuknya yang tak gatal, "Ya bukan gitu sih. Ngomong-ngomong, Lo kok gak berangkat bareng Reyn? Bukannya dia jemput Lo ya tadi pagi?"

"Gak tau."

"Lah, kok gak tahu?"

"Lo kepo banget sih jadi orang, pergi sana!" Sentak Rosyi kesal kepada David.

"Gue gak bisa pergi, Reyn minta gue buat ngawasin Lo."

Alis Rosyi berkerut, tanda tak suka. "Lo kasih tahu sama temen si*lan itu ya! gak usah sok peduli jadi orang! dan Lo nggak usah ngawasin gue atas perintah dia!"

Rosyi meninggalkan David sendirian di kantin dengan perasaan dongkol bukan main. Sedangkan David, laki-laki itu sudah merutuki kebodohan nya karena mengatakan hal itu kepada Rosyi.

"Mampus gue."

Mood Rosyi yang sudah buruk karena kedatangan Reyn di rumahnya menjaga semakin buruk karena ucapan David barusan. Akhirnya, ia memutuskan untuk membolos ke rooftop saja.

Jam pertama adalah matematika, itu menjadi alasan yang memperkuat Rosyi untuk membolos. Siapa juga yang tidak suntuk jika harinya harus diawali dengan menghitung angka dan menghafal rumus? terlebih pelajaran itu ada 2 jam pagi ini.

"Reyn, cowok s*alan itu benar-benar bikin gue muak."

Rosyi berdecih pelan ketika dilihatnya Reyn yang tengah membolos, di dampingi oleh seorang murid perempuan yang bergelayut manja di bahu lebar itu.

"Panas ya liat pacar sendiri berduaan sama orang lain."

Rosyi terkekeh sinis, "Panas? gua gak panas kok, Lo tahu sendirikan gimana muaknya gue sama cowok kayak gitu?"

Laki-laki di samping Rosyi mengangguk, ia menatap Rosyi lekat. Tangannya perlahan terangkat mengusap kepala Rosyi, namun langsung ditepis oleh sang empu.

"Gak usah diusap, geli!"

Laki-laki bernama lengkap Orion Stevenson mencubit pipi Rosyi gemas. "Lo cantik banget sih!"

"Apaan sih!" Sentak Rosyi kesal.

"Mending Lo pergi deh, ketua OSIS kok bolos."

"Emang kenapa? sekali-kali ketua OSIS bolos juga gapapa kalik."

"Ck, orang kayak gini kok yang katanya ketua OSIS teladan yang harus di tiru. Mau jadi apa sekolahan ini?"

Orion memegang bahu Rosyi, mengarahkan gadis itu untuk melihat kaca yang terpasang di tembok rooftop. "Silahkan berkaca dulu sebelum berbicara."

Rosyi mendengus kesal, "Pergi sana, bukannya kelas 11 IPA 1 ada ujian praktek ya hari ini?"

"Hah?! Oh iya! gue lupa!!"

Orion segera berlari meninggalkan rooftop, ia benar-benar lupa jika hari ini kelasnya ada ujian praktek di lab.

Rosyi terkekeh melihat Orion yang berlari tunggang langgang meninggalkan rooftop. Tanpa ia sadari, sejak tadi Reyn tengah memperhatikan interaksi keduanya dari taman.

"Pacar seorang Reyn selingkuh? cari mati nih orang."

BUGH...BUGH...BRAK...

Jeritan beberapa murid perempuan terdengar histeris ketika tubuh lemah Orion terbanting ke arah tembok oleh Reyn.

Beberapa guru sudah datang untuk melerai mereka, namun Reyn masih tak berhenti dan tak membiarkan Orion untuk melawan.

"Hentikan! apa yang kalian lakukan hah?!" Bahkan Bu Rena selaku guru BK telah turun tangan, namun Reyn tetap tak menghentikan aksinya.

BUAGH...

"LO BERHENTI ATAU GUE BUNUH HAH?!"

Entah bagaimana Rosyi tiba-tiba datang dan menendang Reyn hingga laki-laki itu mundur menjauhi tubuh tak berdaya Orion.

Reyn menatap Rosyi tajam dengan mata memerah yang menyiratkan kemarahan yang begitu besar.

"Apa?! Lo mau berantem?! sini sama gue!!" Tangan Rosyi.

Reyn malah berdecih, "Cowok sejati gak berantem sama cewek."

"Lo pikir gue kayak cowok pada umumnya hah?!" Teriak Rosyi. Ia ingin menghajar Reyn, namun Orion menahan tangannya. "A_Amel, u_udah."

"Ck, gue tandain Lo!" Rosyi pun membantu Orion berdiri dan membawa laki-laki itu ke UKS.

Rosyi membantu Orion berbaring di atas ranjang, mengobati luka laki-laki itu dengan hati-hati. "A_aw... sakit anj*r."

"Lo kenapa bisa berantem sama dia?"

"Ya gak tahu lah, cowok Lo tuh aneh. Tiba-tiba nyamperin gue ke lab tarus ngajak bakuhantam."

"Ck, emang_"

BRAK...

Pintu UKS terbuka paksa.

Drap...Drap...

Langkah cepat Reyn, sang pembuka pintu terlihat sangat cepat mendekati Rosyi. Di raihnya tangan sang kekasih yang masih sibuk mengobati luka Orion.

"Obatin gue."

"Pacar lo banyak, minta obatin mereka aja. Kenapa harus gue?" Tolak Rosyi.

"Gue maunya lo."

"Gue gak mau."

"Lo harus mau!"

"Gak!"

"Udahlah Mel, Lo ikut dia aja, gue gapapa sendiri." Bisa makin pusing kepala Orion kalau kedua pasangan itu masih ribut disini.

"Ayo." Reyn langsung menarik tangan Rosyi tanpa meminta izin terlebih dahulu.

Rosyi pun ikut saja, tak lupa membawa kotak P3K yang terletak di atas meja nakas samping ranjang.

"Akh...Shh...Lo gak ikhlas banget sih ngobatin gue!"

Rosyi sengaja menekan kuat luka Reyn lantaran kesal dengan sang empu. "Lo ngapain tiba-tiba ngajak Orion berantem kayak gitu?! Mau jadi jagoan Lo?!"

"Ya gapapa, suka-suka gue lah. AWW!" Reyn berteriak ketika Rosyi lagi-lagi menekankan lukanya dengan kuat.

"Sakit bego!"

Rosyi segera menyudahi acara mengobati luka Reyn, lalu menutup kotak P3K. "Udah selesai, gue pergi dulu."

"Eh, tunggu." Reyn menahan tangan Rosyi yang sudah berdiri.

Gadis itu mengangkat satu alisnya, "Apa?"

"Pulang sekolah Lo wajib balik sama gue, gak ada penolakan!"

"Cih, Lo kira Lo siapa?"

"Gue pacar lo."

"Cuma pacar karena sebuah tantangan, jangan sok-sok an deh Lo. Udahlah, gue pergi dulu, bye!"

Rosyi menyentak tangan Reyn yang masih memegang tangannya, lalu pergi dari sana tanpa peduli dengan Reyn yang kesal.

"Jangan panggil Gue Reynhart Adhitama kalau gue gak bisa bikin cewek kayak Rosyi Amelia luluh!" Tatapan Reyn menajam.

Reyn benar-benar pemaksa, Rosyi akui itu. Ia bahkan telah meminta temannya untuk mengantarkan motor Rosyi kerumah supaya Rosyi bisa pulang bersamanya.

"Motor Lo udah gak ada, jadi Lo gak ada pilihan lain lagi selain pulang bareng gue." Reyn menyeringai.

"Dih, Gue bisa pulang naik kendaraan umum kalik."

Rahang Reyn mengeras, "Lo kenapa susah banget sih di ajak pulang bareng gue."

"Gak kenapa-napa, gue cuma alergi sama cewek murahan yang ada di mobil Lo." Rosyi sedikit melirik mobil Reyn yang kaca jendela belakang nya terbuka, menunjukkan dua orang gadis yang menatap dirinya tajam.

Rosyi mengerutkan dahi ketika Reyn malah tersenyum aneh kepadanya, "Jadi, kamu cemburu sayangku?" Di peluknya pinggang Rosyi erat.

"Apaan sih! lepasin gak?!" Rosyi berusaha mendorong Reyn, namun percuma.

"Jangan menjadi kucing nakal, ayo masuk dan aku akan mengantarmu pulang."

"Ogah!" Tolak Rosyi mentah-mentah.

"Amel, ngapain masih di sini?" Tiba-tiba seseorang yang sangat dikenalnya datang, membuat Rosyi menghela nafas lega. "Minggir!"

"Akh!" Gadis itu menginjak kuat kaki Reyn dan itu terasa sangat sakit.

Tanpa aba-aba, Rosyi langsung menarik tangan Orion menuju mobil laki-laki itu. Reyn ingin mengejar, namun kakinya terasa luar biasa sakit.

"Sayang, kamu tidak apa-apa?" Tanya kedua pacar Reyn yang ada di dalam mobil.

Laki-laki itu memberikannya senyuman tipis pada mereka, "Aku tidak apa-apa, kalian tenang saja."

"Cewek kayak gitu kenapa bisa jadi pacarmu sih? lebih baik kamu putusin aja biar hidupnya sengsara," Ucap salah satu gadis itu yang di setujui yang satunya. "Bener tuh, gadis gak ada sopan santun kayak gitu gimana bisa jadi pacar kamu?"

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

Amira Yoland

Sepupu si Playboy Nih bos.

Nadia Marina

Terpopuler

Comments

Nopiayya

Nopiayya

Komen kosong? NOOO!

2023-02-20

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!