*Tidak Berangkat Sekolah

Handsome3, yakni Reyn, Liam dan David tengah berjalan bersama menuju kantin. Hari ini Reyn tidak pergi dengan pacar-pacarnya, karena ini adalah hari Jum'at. Biasanya di hari Jum'at seperti ini Reyn akan menghabiskan waktu hanya dengan sahabat-sahabatnya saja.

"Hahahaha, jadi gimana? Lo masih_"

Bruk...

Tawa ketiga laki-laki berparas tampan itu terhenti ketika tubuh seorang gadis jatuh berlutut di hadapan mereka, lebih tepatnya di hadapan Reyn.

"Reyn hiks...to_tolong, me_mereka membully ku hiks..." Gadis itu menangis sesegukan, keadaannya terlihat begitu kacau. Seragam berantakan, rambut acak-acakan dan riasan wajah yang sudah luntur membuatnya terlihat sangat mengerikan.

"Bukan urusan ku."

Dugh...

Reyn menendang gadis itu tanpa perasaan hingga tubuh lemahnya menjauh dari Handsome3.

"Kamu mendekati Reyn seperti ini, sama saja masuk neraka dunia dengan senang hati." Liam memandang sinis gadis itu.

Gadis itu adalah Lea, anak 12 IPA 5 yang baru saja di putuskan oleh Reyn kemarin sore. Namun, sebenarnya bukan hanya Lea, tapi ada satu lagi perempuan yang kemarin di antar pulang oleh Reyn juga turut ia putuskan.

Sebenarnya alasannya hanya simpel, Reyn hanya tak suka ketika kedua gadis itu mengatakan hal buruk tentang Rosyi.

"Reyn, aku mohon...aku gak mau disiksa terus oleh mereka."

Reyn tersebut manis, "Katakan, apa yang Lo mau?"

"G_gue...gue mau ki_kita bal_" Suara gadis itu tertahan di tenggorokan ketika tangan Reyn bergerak mengeluarkan sebuah kartu berwarna merah dari saku jasnya.

"Kenapa berhenti? lanjutin dong. Gue udah mau ngasih hadiah nih." Reyn kembali tersenyum manis, senyuman manis yang mematikan.

Lea, gadis itu langsung menggeleng kencang. "Nggak, ti_tidak jadi." Ia menunduk, takut dengan tatapan tajam Reyn.

"Akhh!" Lea berteriak ketika Reyn mencengkram dagunya dengan kuat, "Gue gak suka kalau ada orang yang buang-buang waktu gue, PAHAM LO?!"

Dugh...

Sekali lagi Reyn menendang gadis itu, lalu lewat begitu saja di ikuti Liam dan David.

"TIDAK! REYN, TOLONG AKU! TIDAK! AKU TIDAK MAU!" Suara teriakan Lea yang tengah di seret oleh beberapa murid terdengar begitu memekakkan telinga, namun Handsome3 tak ada yang peduli. Mereka sudah terbiasa dengan semua itu.

"Lo mau sampai kapan kayak gini Reyn?" Ketiganya sudah duduk di salah satu bangku kantin dengan makanan yang sudah tersaji di hadapan masing-masing.

"Maksud Lo?" Reyn menatap Liam dengan alis terangkat.

"Amira bilang sama gue, dia takut kalau Lo bakal ngelakuin hal yang sama ke Rosyi kayak apa yang Lo lakuin ke mantan Lo yang lain. Dia gak mau kalau sahabat nya bakal menderita seperti apa yang cewek-cewek itu rasain. Gue juga berharap, Lo bisa berubah Reyn." David mengangguk, setuju dengan ucapan Liam.

Reyn hanya terdiam, membicarakan Rosyi, ia jadi teringat ketika melihat keadaan gadis itu pagi tadi. Terlihat sangat miris.

Jika hanya sebuah kecelakaan kecil biasa, tak mungkin lukanya separah itu. Itu jelas terlihat seperti luka yang di sengaja.

Dan perkataan Bibi Na yang meminta ia untuk menjauhi Rosyi membuat semua itu berputar di kepala Reyn.

Apakah benar jika Rosyi seperti itu adalah karena nya? Tapi kenapa? Ia bahkan tidak menyakiti fisik gadis itu sedikit pun. Oh, ataukah boleh jika Reyn sedikit percaya diri dan menganggap bahwa Rosyi tengah cemburu padanya lalu menyakiti diri sendiri?

Tapi tidak! Rosyi bukan gadis bodoh yang akan melakukan hal seperti itu hanya karena sakit hati. Pasti ada hal lain, Reyn yakin itu.

"Woy! Lo dengerin kita gak sih?" Tepukan David di bahunya membuat Reyn tersadar dari lamunannya tentang Rosyi. "Apa?" Tanyanya seperti orang linglung.

Liam dan David saling pandang, "Lo tadi bengong ya?!" Ucap David kesal.

Padahal tadi David sudah memberikan sebuah petuah bijak dengan panjang lebar, namun ternyata Reyn malah tidak mendengarkan, kan David jadi sakit hati.

"Nggak, gue gak bengong, cuma lagi mikir aja," Elak Reyn.

Plak!

"S*alan Lo emang!" Kesal David.

Ketiganya kembali berbicara seperti biasa, mencari topik-topik seru untuk dibahas, karena jarang-jarang mereka bisa ngumpul gini soalnya sama sibuk.

Reyn yang sibuk sama pacar-pacarnya, Liam si bucin yang selalu nemenin Amira 7/24. Sedangkan David? Cowok itu sibuk dengan tim basket.

Tiba-tiba anak-anak OSIS lewat untuk makan siang, dan disana tentu saja ada Orion.

Tatapan Reyn begitu sinis dan tajam ketika laki-laki itu melewati bangkunya, tatapan matanya terus mengikuti Orion hingga sang empu duduk di bangku bersama teman-teman OSIS nya.

"Kenapa mata Lo? tajam amat natap tuh ketos."

"Oh ya, bukannya kemarin Lo baru aja berantem sama tuh orang ya? Siapa tuh namanya? Bintang, bintang apa ya? Ah, iya, Orion!"

Liam mengerutkan kening,"Emang iya? Kok gue gak tahu."

"Makanya jangan pacaran terus! jadi kudet kan Lo."

Liam memasang muka nyinyir untuk mengejek. "Jelek muka Lo!" David meraup muka Liam dengan satu tangan nya.

"Anjir! tangan lo bau terasi monyet!!"

"Yeh, gak ngaca Lo?! Mulut Lo bau jengkol!" Reyn membekap mulut Liam kesal.

Beginilah Handsome3, terlihat sangar, kejam dan dingin, namun nyatanya mereka hanya anak muda biasa yang suka bercanda dan bersenang-senang.

Orion mendatangi kelas Rosyi, ia penasaran kenapa seharian ini ia tak menemukan sepupunya itu berkeliaran dimanapun. Apakah gadis itu tidak berangkat hari ini?

Benar saja, ternyata Rosyi tidak berangkat hari ini. Berdasarkan keterangan dari teman-teman sekelas perempuan itu, Rosyi hari ini tidak izin. Dan itu membuat Orion khawatir.

Orion pun menghampiri sahabat Rosyi, yakni Amira dan Nadia.

"Hei! kalian tunggu sebentar!"

Kedua gadis yang tengah berbincang santai di taman sekolah itupun menoleh. Terlihat kebingungan ketika melihat sang ketua OSIS SMA Tunas Harapan. "Ngapain Lo kesini?"

"Hari ini Rosyi gak masuk, kalian tahu gak dia kenapa?"

Kening keduanya berkerut, "Ada urusan apa Lo?"

"Kalian gak perlu tahu, cepet kasih tahu gue!"

Amira mengangkat bahu, "Lo juga gak perlu tahu."

"Gue harus tahu!"

"Lo siapa?!"

"Gue sepupunya!"

Ketiganya terdiam, terkejut dengan pernyataan tiba-tiba Orion. Sedangkan Orion langsung menutup mulutnya yang lemes membeberkan hubungan dengan Rosyi.

Bukan apa ya, cuma, Rosyi meminta Orion untuk tidak membeberkan hubungan mereka. Rosyi hanya tak suka jika nanti segala tindakan yang ia lakukan lakukan akankah selalu di pandang sebagai sepupu dari seorang ketua OSIS.

Dulu Rosyi sudah pernah merasakan nya, ketika mereka SMP. Setiap kali ia berbuat ulah, maka semua orang akan mengatakan 'Sepupu ketua OSIS kok kelakuannya gini sih.' Rosyi muak mendengarnya.

"MAKSUD LO?!" Nadia heboh sendiri.

"JADI SELAMA INI LO SAMA ROSYI_hmpp..." Orion membekap mulut Nadia secepat mungkin.

"Akhh!" Laki-laki itu reflek melepaskan bekapan nya ketika gigi-gigi tajam Nadia seakan menembus kedalam dagingnya. "Sakit monyet!"

"Tangan lo bau kunyit as*!"

"Mulut Lo lemes!"

"Udah-udah, jangan ribut!" Amira menengahi.

"Jadi gimana? kalian tahu gak Rosyi kemana?" Tanya Orion lagi.

"Kami sebenarnya gak tahu, tapi nanti pulang sekolah kami niatnya mau kerumah Rosyia. Kami khawatir kalau mommy nya Rosyi..."

"Gue paham, gue ikut kalian boleh kan?"

Keduanya saling pandang, lalu mengangguk. "Boleh aja, sih. Nanti kita tungguin di parkiran."

"Oke sip, gue duluan ya, masih ada urusan. Bye." Orion melambaikan tangan sambil berjalan pergi dari sana.

"Bye!"

Tanpa mereka sadari, Reyn ada disana ketika mereka berencana untuk datang kerumah Rosyi bersama saat pulang sekolah nanti.

"Apa-apaan sih mereka mau ngajak si Ketos sok keren itu buat jenguk Rosyi!"

Seperti yang sudah mereka rencanakan sebelumnya, mereka pun pergi ke rumah Rosyi setelah pulang jam pulang sekolah.

Tak lupa mereka juga membawa buah tangan supaya terlihat sopan, padahal nanti mah pasti dihabisin sendiri sama mereka.

Ting... Tong... Ting... Tong...

Sudah terhitung 5 menit Orion memencet bel, namun tak ada siapapun yang membukakan pintu. Apakah para pembantu disana sedang pergi? Tapi itu tidak mungkin.

Pembantu di rumah Rosyi tidak hanya ada satu, jika yang lainnya pergi, pasti ada satu orang yang menjaga rumah kan?

"Kok gak ada yang bukain ya?"

"Ya mana gue tahu."

"Lah, lo kan sepupunya Rosyi!"

"Ya terus? kalau gue sepupunya, gue tahu semua tentang rumah nya gitu?"

"Ya iyalah!"

"Kalian bisa berhenti gak sih?!" Tanya Amira yang sudah jengah dengan perdebatan Nadia dan Orion.

"Biar gue telfon Rosyi dulu saja." Amira mengeluarkan ponselnya, di pencet nya tombol telfon pada konta yang ia beri nama 'Anjay Punya Pacar'

Drtt...Dtt...

Berdering, namun tak di angkat oleh Rosyi. Mungkin gadis itu sedang beristirahat, atau apa, iyakan?

Drtt... Drtt...

Rosyi hanya melirik acuh ponselnya yang bergetar, matanya masih sibuk memperhatikan sesuatu yang ada didepannya. Padahal disana tidak ada apapun yang menarik.

"Nona, teman-teman Anda menunggu di depan, apakah anda tidak ingin menemui mereka barang sebentar saja? Bahkan ada tuan muda Orion juga."

Gadis itu menggeleng, "Hari ini aku gak mau ketemu sama siapapun dulu bi. Aku gak mau kalau mereka nanti khawatir liat keadaan ku kayak gini."

"Kalau mereka khawatir, itu berarti mereka sayang sama non Rosyi. Seharusnya non senang memiliki teman sebaik mereka," Ujar bibi Na lagi.

Lagi-lagi Rosyi menggeleng, "Rosyi gak mau mereka khawatir bi."

"Ya sudah, kalau gitu biar bibi kasih tahu mereka kalau nona Rosyi sedang tidak ingin bertemu ya? Kasihan mereka kalau menunggu didepan terus."

Tak ada respon dari gadis itu, maka bibi Na mengartikan nya sebagai jawaban 'iya' karena Rosyi pun tidak melarang kan?

Cklek...

Akhirnya pintu itu terbuka, memperlihatkan bibi Na yang tersenyum ke arah mereka. "Maaf nona dan tuan, tapi nona Rosyi sedang tidak ingin bertemu kalian sekarang."

Ketiganya terkejut, lalu saling pandang satu sama lain. "Tapi kenapa bi? Apakah Rosyi baik-baik saja?"

"Nona Rosyi baik-baik saja, mohon tuan dan nona untuk pulang. Ini sudah hampir petang."

Satu hal yang bibi Na khawatirkan, ia khawatir jika sang nyonya tiba-tiba pulang dan... kalian pasti tahu lah.

"Kita gak akan pulang sebelum ketemu Rosyi!" Kukuh Nadia.

Yang lainnya mengangguk, "Kita mau ketemu Rosyi!"

"Mohon nona dan tuan mengerti, sebentar lagi nyonya akan pulang. Saya mohon pengertiannya."

Ketiganya terdiam, mereka jelas mengerti apa yang akan terjadi jika nyonya Tari melihat ada teman Rosyi yang bertamu ke rumahnya. Apalagi ada Orion yang notabene adalah seorang laki-laki.

"Baiklah bi, kami titip ini buat Shasa ya." Amira memberikan keranjang buah yang sejak tadi di pegang oleh Nadia ke bibi Na.

"Iya, non, saya akan memberikannya kepada nona Rosyi."

"Kalau gitu kami pamit dulu bi."

Orion menyalami Bibi Na, begitu juga Amira dan Nadia. Mereka memang cukup dekat dengan bibi Na karena Rosyi. Mereka telah menganggap bibi Na sebagai orang tua sendiri, bukan sebagai pembantu.

...\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=...

Orion Stevenson

Ganteng kan sepupu Rosyi?

Lestari Vionetta

Terpopuler

Comments

Nopiayya

Nopiayya

Komen gk BLH ksng

2023-02-27

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!