Eps 20: Menyayat Pengulangan

Pertanyaan besar menggelembung di dalam otak Lector yang dibuat bingung oleh sihir Dormir. Keputusannya untuk menghunus pedang pada dirinya sendiri, mencoba hal tak pasti, dan berkorban demi pengikutnya ingin sekali dia lakukan.

Pedang telah digenggam, para warga pun berjalan semakin jauh meninggalkan Lector dan Mouton. Menusukkan sebuah pedang ke dalam perut sendiri bukanlah soal bagi Lector. Pun kalau dia meninggal, setidaknya penerus-penerusnya pasti akan ada yanh dapat menggantikan Lector, entah Mouton, Poulet, Chevre, atau Vache.

Namun Mouton merasa bahwa pilihan Lector salah belaka. Dia tanpa banyak bicara, membuka armor pada bagian tangannya, lalu Mouton menggoreskan pisau ke telapak tangannya. Darah mengalir hangat dari telapak tanfan tersebut.

Sensasi sakit benar-benar dapat dirasakan. Dan mimpi Dormir sepertinya tak dapat ditembus melalui hal itu saja.

Lalu, apakah mati di dunia mimpi memang jawabannya?

Mereka dirundung dilema. Semakin lama mereka terjebak di dalam lapisan dunia mimpi buatan milik Dormir, maka semakin berbahaya pula keadaan badan mereka di luar sana. Badan yang mereka sendiri pun tak mengetahui di mana letaknya.

Mouton berseikeras melarang Lector untuk mengambil keputusan membahayakan. Dari pemikiran Mouton sendiri, Dia berkesimpulan bahwa sakit pada telapak tangannya yang sudah tergores oleh luka di dunia mimpi ini, maka di dunia yang sebenar-benarnya dia pasti mengalami luka juga.

Untuk membuktikan hipotesis itu, mereka pun kembali menghampiri Dormir di gerejanya. Kembali datang dengan disambut oleh penyihir yang sama. Melihat kembali gereja serta sycamorenya. Dan membunuh lagi penyihir hipnosis itu dengan cara paling efektif, yaitu dengan mengikatnya menggunakan anugrah bayangan Mouton dan menusuk jantungnya dengan pedang milik Lector.

Sesaat Dormir mati (lagi) kembali dentuman menggema di seluruh wilayah desa. Kali ini dengungnya seperti suara genta. Mouton segera menutup telingan dengan kedua tangannya, tangan yang dipenuhi aura gelap sihir bayangan.

Lalu kilatan cahaya putih yang berputar seperti mesin penyedot mimpi kembali menohok mata mereka berdua. Cahaya berpendar, putih menyala dengan api berkobar. Mereka berdua kembali di titik saat mouton telah menyayat telapak tangannya.

Darah kembali menetes. Dan hipotesis Mouton benar belaka. Kali ini dia mengingatnya, karena sesaat suar dentuman menggelegar Mouton telah menutup saluran indra pendengaran dan otaknya menggunakan anugrah bayangan. Seperti selubung yang dia gunakan untuk menyadarkan warga di dalam mimpi Dormir.

Jika warga di dalam mimpi saja mampu disembuhkan Mouton, maka Mouton berpikir bahwa efek selubung bayangan pun dapat membuat dirinya bertahan dari hipnosis berulang Dormir.

"Bukan diri kita yang harus mati untuk keluar dari mimpi ini, tuan." Mouton menyunggingkan senyum kecut dan menggunakan kembali armor tangannya.

Lector pun tak meragukan lagi perkataan tangan kanannya itu, Pengikutnya paling setia, yang seharusnya telah mendapatkan titel paladin juga. Dia pun menyarungkan pedangnya. Menepuk pundak Mouton seraya memberikan pujian layak bagi calon paladin paling berkompeten itu.

Tinggal satu langkah lagi, menemukan apa sebenarnya hal yang dapat membuat mereka tersadar dari mimpi berlapis ini dan kembali terjaga pada jasad mereka yang seharusnya.

Hipotesis yang telah dikumpulkan dan dibuktikan adalah, dengan membunuh Dormir maka waktu di dalam mimpi seperti akan diulang kembali, menyakiti diri di dunia mimpi berarti membuat tubuh mereka mengalami luka juga di dunia nyata, Anugrah Mouton dapat membuat mereka ingat dengan keadaan saat pengulangan, dan sebelum mereka kembali ke titik pengulangan selalu ada suara dentum genta beserta cahaya menyilaukan mata.

Mouton pun memberikan anugrahnya kepada Lector. Menyelubungi memori dalan kepala paladinnya menggunakan metode bayangan yang mengalir ke dalam syaraf ingatan. Jika waktu diulang kembali, maka anugrah bayangan akan tetap memunculkan salinan ingatan di waktu sebelum pengulangan.

Hal tersebut terbukti efektif. Kali ini mereka menguji tentang anugrah bayangan Mouton yang menyelubungi syaraf ingatan mereka. Dan hasilnya adalah, mereka ingat dengan jelas bagaimana mereka membunih dormir dengan cara memotong badannya menjadi berkeping-keping di dalan pusaran angin.

Mereka juga akhirnya menyadari, sebanyak apapun Dormir mati pasti dirinya sedang sehat-sehat saja di dunia nyata. Sebenarnya hal itu lah yang sempat membuat Lector ingin membunuh dirinya sendiri, karena anggapannya bahwa jika Dormir mati di dunia mimpi, dia akan sadar di dunia nyata, dan kembali ke dunia mimpi. Namun hipotesis Lector kali itu salah, dan tipu daya Dormir untuk membuat para paladin dan pengikutnya bunuh diri di dunia mimpi gagal pula.

Hanya satu yang masih belum terjawab. Bagaimana cara mereka keluar dari sana. Keluar dari pengulangan tak berkesudahan. Untuk menghadapi Dormir sesungguhnya di dunia nyata sana.

Mereka berdua kembali melakukan pengulangan. Dari titik tangan Mouton tersayat, hingga tersayat lagi, dan lagi.

Dalam pola serangan mereka, ternyata Dormir selalu melindungi pohon sycamore di tengah gereja. Apakah itu sebuah hal beralasan? Selain pohon itu diasumsikan Lector sebagai pohon yang memiliki banyak energi sihir. Sihir yang didapatkan dari menyerap sari-sari kehidupan warga tawanan.

Atau mungkin, pohon itu adalah inti dari mimpi yang selalu berulang ini?

Hanya satu jawabannya, yaitu mereka harus mencoba untuk membuktikannya. Dengan begitu, setelah melakukan pengulangan dimana Mouton merasakan tangannya tersayat lagi, mereka sekarang akan mencoba untuk menumbangkan pohon sycamore di tengah gereja, daripada harus membunuh Dormir belaka.

Lector pun terbang ke angkasa mengunuskan pedangnya, dan mencoba menyambar pohon sycamore dengan tebasan pedangnya. Dari peternakan dia melesat, menitikberatkan seluruh energi pada ujung pedang dan tenaga dorongannya.

Seperti elang yang sedang menyambar kelinci di tengah dataran salju. Lector pun menebas pohon sycamore dengan serangan penuh. Namun pedangnya dihalangi oleh Dormir yang muncul tiba-tiba di depan pohon tersebut.

Ayunan pedang Lector menghamtam perisai energi Dormir. Langit terpecah belah akibat angin yang berdesing dari lonjakan energi pedang Lector. Petir menyambar ke tanah dan bangunan di sekitar gereja, petrir yang tercipta karena gesekan perisai Dormir yang penuh energi sihir.

Mouton tak diam saja, dia sudah berada di sekitar gereja dengan seketika karena anugrah melipat jaraknya yang dapat bebas dia lakukan ketika sedang berada pada tabir bayangannya.

Dia melontarkan panah-panah bayangan yang tak terhitung jumlahnya ke arah Dormir. Dengan gesit semua panah bayangan dihindari oleh penyihir itu. Sedangkan Lector, masih menebaskan pedangnya ke arah pohon dengan seluruh anugrah anginya.

Pedang paladin mengeluarkan energi-energi hijau gemerlapan. Bilah-bilah angin berpendaran. Dormir tetap menghalaunya dengan petir-petir ungu kehitaman miliknya.

Mouton tak kalah jitu, dia mengikat Dormir dengan bayangannya sendiri. Menyeretnya ke tanah, memebelenggu tangan dan kakinya, membuatnya tak berdaya agar Lector dapat mendaratkan serangannya dan merubuhkan batang sycamore untuk segera keluar dari mimpi tak berkesudahan ini.

Ternyata, kekuatan setiap orang di dunia nyata akan tetap sama besarnya. Entah kenapa Dormir tak membuat para paladin dan pengikutnya menjadi lemah saat di dunia mimpi, malah membuat mereka tetap sekuat saat terjaga.

Alasan itu mungkin akan berhubungan dengan syarat-syarat pengaktifan sihir miliknya yang belum bisa dikupas sepenuhnya oleh Lector dan Mouton.

Terpopuler

Comments

nesaric

nesaric

cemungut kakkkk
jgn lupa mampir

2023-03-01

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!