Para petani gandum ribut tak karuan. Mereka berlarian ke arah yang entah, berkelimpungan ke segala penjuru ladang. Seorang buruh tani tergopoh-gopoh melapor pada seorang prajurit bahwa tuan Roland sedang dalam masalah. Petani itu hanya berteriak-teriak soal; Roland, goblin, dan cucuran darah.
Entah apa interpretasi yang ditangkap oleh si prajurit. Namun apapun itu artinya, Roland sedang dalam bahaya. Prajurit itu pun segera menyampaikan pesan buruh tani gandum tadi ke paladin dan pasukannya.
Keributan yang dibuat Roland semakin membuat dirinya percay diri. Langkah kakinya di sepanjang jalan menuju rumah amat gagah. Saat Dia hampir mendekati gerbang rumahnya, Roland melihat kepulan debu dari kejauhan.
Kepulan debu itu disebabkan oleh derap kaki kuda yang melaju kencang. Roland memicingkan mata dan menebak siapa gerangan penunggang kuda tersebut. Semakin dekat kuda melaju, semakin jelas siapa yang Roland perhatikan.
Sebelum penunggang kuda itu lebih dekat ke gerbang dan berhenti, Roland sudah berpose dan membusungkan dadanya. Penunggang itu adalah Cletus, dia terperanjat melihat anaknya membawa sebilah pedang di tangan kanan dan dua kepala goblin di tangan kirinya.
Cletus segera turun dari kuda tunggangannya, "Apa-apaan ini Roland? Astaga naga denga tujuh kepalanya!"
"Jelas aku memenuhi sumpahku bahwa ada goblin di ladang gandum ayah." Roland dengan bangga dan terengah-engah menjawab ayahnya dengan sikap amat congkak, "Jadi, tak ada yang akan dipotong lidahnya karena aku sudah bawa bukti."
"Walau pun kau berbohong, aku tak akan memotong lidah anakku sendiri." Cletus memeluk erat Roland, "Dan memangnya tak ada prajurit atau pasukan paladin yang membasmi mereka?"
Roland melepaskan kepala goblin dan pedangnya. Dia berbalik memeluk erat ayahnya sambil bangga dan berkata, "Tentu aku tak membutuhkan bantuan mereka, karena aku mampu dan tau bahwa goblin bukan tandinganku!"
Cletus hanya bisa bersyukur anaknya tak memiliki luka berarti. Walau pun kecil, sebenarnya goblin memiliki tenaga yang lebih besar daripada dua lelaki dewasa. Maka dari itu, Cletus amat mengkhawatirkan anaknya.
Lalu, dari arah rumah yang luas itu paladin serta empat pengikutnya keluar dari halam samping menuju gerbang depan, disusul satu prajurit pelapor tadi di belakang. Mereka melihat pemandangan aneh tentang; ayah yang baru pulang dari tugas raja; dan disambut anaknya yang bersimbah darah serta membawa dua kepala goblin.
"Apakah aku melewatkan sesuatu?" tanya sang paladin dengan helm gagahnya.
Roland melepaskan pelukan ayahnya dan berpaling ke paladin, "Tentu kau melewatkan banyak hal. Semalaman aku memburu dua goblin ini dan-"
"Sudah, Roland. Bersihkan badanmu dan kembali ke tempat tidur." Cletus bangkit dan meraih tangan Roland. "Kau, dihukum untuk tidak meninggalkan kamarmu selama satu minggu!"
"Tapi..., kau lihat sendiri kan kehebatanku?"
"Ya, kau hebat. Tapi percuma jika seorang lelaki itu hebat namun tak dapat menuruti perintah orang tuanya."
Roland bersungut-sungut mendengar perkataan ayahnya. Yang dia inginkan sebenarnya cukup pada menunjukan bukti goblin ke ayahnya, namun jika ayahnya memberi pujian pasti Roland akan tambah senang. Bukan malah hukuman yang diberikan.
Cletus pun menyuruh seorang prajurit tadi untuk membawa Roland ke para pelayan dan ibunya agar segera dibersihkan. Dia juga berkata bahwa Cletus akan mengobrolkan sesuatu berita penting dan serius dengan sang palading.
Roland pun dibawa oleh prajurit tadi meninggalkan pedang dan dua kepala goblin. Salah satu pengikut paladin segera membungkus kepala goblin dengan karung, mengisi karu tersebut dengan jerami juga, lalu menyusul Roland untuk bertanya di mana tubuh kedua goblin itu.
Satu pengikut paladin lainnya membereskan pedang yang ditinggalkan Roland. Paladin pun mengajak Cletus untuk berbincang ke ruangan mereka saja, sekalian mempersilahkan dia kembali untuk beristirahat di rumah yang dirindukannya.
Sekarang hanya tinggal tiga orang yang berada di ruangan paladin, karena satu pengikut paladin lainnya ditugaskan untuk mengembalikan kuda pinjaman Cletus.
Tanpa menemui istrinya terlebih dahulu atau mandi membersihkan diri dari debu dan darah goblin tadi, Cletus segera menjabarkan seluruh informasi yang dia miliki kepada paladin.
Cletus duduk pada salah satu kursi yang melingkari sebuah meja. Meja tersebut berbentuk lingkaran dan berdiameter lebar. Dengan seksama paladin memperhatikan Cletus dari kursi yang bersebrangan.
Sementara Cletus sedang menyampaikan informasi dasar, pengikut paladin dengan inisiatif mengambil peta wilayah Comte du Maine berikut dengan wilayah Anjou.
Sejauh yang Cletus ketahui bahwa penyihir tersebut adalah bekas penyihir kerajaan yang ingin membelot karena dendam. Dia mengumpulkan berbagai sumber daya pangan untuk menarik lebih banyak makhluk malam. Dengan demikian banyak peternakan serta ladang di wilayah Comte du Maine dan Anjou dijarah oleh pasukan penyihir tersebut.
Karena kebutuhan untuk melancarkan serangan tak hanya bisa dilakukan dengan monster semata, penyihir spesialis hipno itu pun mencuri dari orang yang mudah dipengaruhi. Cletus menemukan bukti lain bahwa ada pula bandit yang tiba-tiba hilang dari wilayah-wilayah mereka menjarah.
Cletus dan si pemuda pernah meringkus beberapa bandit yang mencurigakan. Mereka berjalan ke arah utara dan menyerang Cletus saat berpapasan. Dengan sedikit teknin interogasi, Cletus mendapatkan info lain soal penyihir yang juga menyewa bandit untuk dijadikan bawahan.
Pun akhirnya Cletus mengetahui kenapa Raja Karel Yang Agung memberi perintah lewat pesan dari Pria Bertopeng.
Segera saja Cletus menandai peternakan mana saja yang telah diserang pasukan penyihir, daerah dengan kasus hipnosis, dan rute para bandit berkumpul, ditambah dengan pemetaas sarang goblin yang sudah disisir oleh paladin.
Akhirnya mereka menemukan kemungkinan terbesar dimana penyirih itu membuat sebuah dinasti kecil. Persis seperti apa yang disampaikan oleh pemuda juga, bahwa lokasi penyihir itu berada di desa sekitar lembah gunung.
Dengan begitu paladin pun memanggil kembali empat pengikutnya untuk berkumpu. Setelah hari menjelang sore mereka telah berada di ruangan.
...****************...
Dari dalam kamar Roland terdengar senandung ocarina. Sepertinya dia sedang memainkan alat musik tiup itu dengan ibunya. Karena sedang dalam hukuman maka Roland akan terus menjalani hari membosankan di dalam kamar selama satu minggu penuh.
Sore itu Maria merasa kasihan dengan anaknya. Maka dia mengunjungi kamar Roland menemaninya memainkan ocarina.
Cletus yang telah membersihkan diri bergegas kembali ke ruangan paladin. Dia kembali dengan tekad untuk membuat siasat penyerangan. Cletus berharap bahwa dengan dikalahkannya penyihir itu nanti, ladangnya akan kembali tentram dan anaknya akan terhindar dari malapetaka.
Cletus melangkahkan kakinya ke dalam ruangan. Disambut oleh paladin beserta empat pengikutnya. Obor daam ruangan telah menyala. Meja bundar disiapkan dengan tumpukan kertas, buku siasat, serta peta yang telah didiskusikan tadi.
Paladin menyarankan untuk bergerak dengan pasukan kecil. Karena lebih efisien serta sistematis. Dan dia menyarankan untuk bergerak hanya dengan pasukan kecilnya saja tanpa melibatkan orang lain termasuk Cletus.
Cletus tak bisa menerimanya. Segala informasi dan siasat yang telah dipersiapkannya tak ingin dia tinggalkan begitu saja. Atas nama raja dia bersumpah ingin menuntaskan tugasnya, bukan hanya sebagai informan tetapi juga membalaskan kesengsaraan ladangnya.
Dengan kekeraskepalaan Cletus, paladin pun mempertimbangkan keikutsertaannya dengan pembahasan panjang pada malam itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments