Dersik bisik ruh angin bertiup meraba tiap bagian badan Lector yang sedang melayang di udara Muguet. Semua tindakan pengikutnya terlihat jelas. Lector mengamati segalanya bak elang yang sedang mencari mangsa. Menunggu momen ketika para warga siap dievakuasi dan pengikutnya berada posisi siaga.
Sejauh dia mengawai, semua sesuai dengan rencana. Poulet sudah menembus penjagaan dari sisi Barat menuju Barat Laut dengan menggunakan anugrah akarnya. Berusaha mengarah semakin ke utara, temat gereja dengan pohon sycamore di tengahnya.
Vache dan Chevre pun masih terlihat membabibuta di sepanjang pagar Barat Muguet, anak panah mereka seakan tak ada habisnya, karena setiap anak panah yang menancap pada mayat akan mereka ambil kembali dan memanahkannya lagi ke musuh-musuh lainnya, berulang, berulang, hingga tak ada lagi goblin atau cobolt di sejauh mata mereka memandang.
Sisi timur sudah diamankan oleh Mouton dan Cletus. Mouton melepas anugrah bayangan yang menyelimuti diri mereka. Dua orang tersebut masuk ke dalam area peternakan dan segera akan melenyapkan sihir hipnosis Dormir dari pikiran warga yang berada di sana.
Mouton dan Cletus pun mencari tempat tertinggi di dalam peternakan. Pada tumpukan jerami paling tinggi, di sisi paling belakang kandang, dekat dengan gerbang belakang, Mouton berdiri di tumpukan paling tinggi tumpukan jerami.
Dengan anugrah bayangannya, Dia menyatukan seluruh bayangan orang-orang yang ada di sana. Mulanya Mouton menarik sedikit bayangan dari tabir, menyalurkannya masuk melalui pintu depan kandang peternakan sesuai dengan pergerakan jarinya, lalu bayangan itu akan menyentuh bayangan para warga, setiap orang, saru per satu, dan dengan menarik bayangan mereka ke satu titik di bawah Mouton berdiri, para warga pun telah dikumpulkan.
"Kelamnya jiwa tak akan tega jika jasadnya meronta-ronta. Bersihkan sukma, serta singkirkan perkara yang membuat mereka berduka." Bayangan yang menyatu di bawah kaki setiap warga tiba-tiba menjadi sebuah selubung hitam, menyelimuti semua warga yang berkumpul tersebut.
Rapalan mantra itu digunakan Mouton untuk membersihkan pikiran para warga yang terhipnotis. Membutuhkan waktu agak lama hingga Mouton harus mencucurkan keringat dari keningnya saat kedua tangan calon paladin itu mengendalikan energi sihir pada selubung bayangan.
Keringat Mouton mengalir ke pipi, menetes keluar ke leher melewati helm di kepalanya, dan berakhir ke armor bagian dada. Satu per satu warga mulai sadar. Semakin banyak orang yang sadar, semakin panik mereka karena merasa akan ada hal buruk terjadi. Apalagi saat mereka melihat bayangan hitam menyelubungi kerumunan mereka.
Ada yang berteriak minta tolong, mencari keberadaan anaknya, memanggil-manggil nama suami atau istri yang entah masih di sana atau tidak, bahkan ada yang mencari anjing kesayangannya.
Dalam bayangan milik Mouton pun ada beberapa warga berteriak ketakutan dengan bayangan-bayangan itu. Merasa jijik karena kekuatan gelap akan menyakiti jiwa dan raga mereka yang berada dalam selubung itu.
Mouton tidak peduli dengan apa kata mereka soal anugrah kepunyaannya. Tujuannya tak akan terheni hingga semua orang sadar, dan membawa mereka keluar dari tempat yang sudah dikuasai penyihir itu. Sedikit lagi, semua orang akan sadar dari pengaruh hipnosis Dormir.
Menyaksikan keadaan yang kacau, Cletus tak berdiam diri saja. Dia melompat turun dari tumpukan jerami, menenangkan mereka yang ketakutan. Dengan sekuat tenaga menggunakan vokalnya, berbicara menanggapi banyaknya orang itu, satu per satu.
Dia menjelaskan soal keadaan mereka, hipnosis yang mendera warga, selubung hitam milik pengikut paladin yang menyembuhkan ketidakwarasan, bahkan himbauan kepada para warga untuk meninggalkan Desa secepatnya.
Tanpa menunggu lama, Cletus membariskan para warga yang telah waras. Dia membimbing semua orang agar terus berjalan ke arah Tenggara. Mereka digiring keluar, perlahan tapi pasti, Cletus memastikan tak ada yang keluar barisan dan jalur evakuasi selalu aman.
Mouton selesai dengan usahanya, para warga sudah mulai menjauhi Muguet. Dia itu membimbing mereka dan mengawasi bagian belakang barisan warga. Mereka berbondong-bondong mengikuti perintah Cletus hingga berjalan terus ke tenggara.
Dari luar tabir bayangan, Cletus menjadi orang pertama yang keluar. Memastikan lagi tak ada yang menghadang mereka di luar tabir. Setelah dirasa aman, para warga pun keluar bergantian.
Tabir bayangan itu merahimkan warga desa putus asa. Tak tahu benar apa yang menimpa mereka dan kejahatan apa yang sedang terjadi desa mereka. Kebingungan melanda mereka, di sepanjang warga yang berjalan maupun di antara mereka yang sudah berada di luar.
Setelah semua orang keluar dan diakhiri oleh munculnya Mouton dari balik tabir, Cletus pun lagi-lagi menjadi penyambung lidah antara apa yang terjadi di antara mereka dan kebingungan warga. Dia menarasikan sejelas mungkin mengikuti kronologi yang telah terjadi.
Cletus pun mendeskripsikan yang perlu diceritakan sampai semua paham.
...****************...
Warga telah keluar dari tabir dan sekarang adalah saat dimana Lector akan meruntuhkan pohon sycamore di tengah gereja. Dia menangkat tangan kanannya ke udara, menengadahkan telapak tangannya, dan awan di atas telapan tangan Lector mulai bergulung-gulung membentuk sebuah pusaran.
Tangan Lector dikepalkan, seakan dia mencengeram ****** beliung di lapisan awan. Dia memasang kuda-kuda di udara, melemparkan kepalan tangannya ke arah gereja, dan bilah-bilah udara menghujami desa Muguet. Meluluhlantakkan segala bangunan, tanah terkelupas dari permukaan, batu bongkahan pecah belah, orc, goblin, cobolt, dan para bandir berhamburan tungganglanggang.
Semua hancur tanpa sisa, namun gereja denga sycamore itu tetap kokoh tak tersentuh. Dari dalam gelapnya sisi bangunan gereja, keluarlah sosok Dormir dari sana. Dia amat terlihat masih muda dan perkasa. Jubah ungu beraksen hitam keemasan membungkus kulit pucatnta. Rambut putih yang tertutup tudung terkibas akibat anugrah angin Lector.
Dengan tatapn geram dari bali helm paladinnya, Lector menghempaskan diri ke arah Dormir. Dia melesat begitu cepat, dan mendarat dengan dentuman keras. Tanah menjadi retak dan hancur berhamburan, udara kotor bekas tanah pun terbang kemana-mana.
Beberapa kerikil berhamburan ke arah Dormir, namun menyihir itu tak bergeming. Kerikit itu dengan sendirinya melipir melewati penyihir itu, seperti magnet yang saling menolak pada kutubnya.
Dormir melayang maju ke arah Lector, dengan aura ungu di sekujur badannya dia terbang tanpa tergesa-gesa. Hingga pada jarak jangkauan serangan tangan Lector, penyihir itu barulah berhenti, tepat di depan muka.
"Bukannya ini aneh, Lector?" Dormir meraba bagian atas helm sang paladin.
Lector tetap berdiri tegak, "Karena keanehan itu aku mencoba membuktikannya."
Mereka saling menatap hingga beberapa saat. Dalam kekikukan itu, dengan sengaja Dormir menepuk-nepuk kepala Lector seperti seorang kakak yang sedang mengasihani adiknya.
Tak terima akan hal tersebut, Lector melayangkan pukulan sekeras tenaga, kepalan tangannya yang dipenuhi oleh anugrah angin, membentuk taifun kecil di pergelangan tangannya, mengenyahkan Dormir hingga badan penyihir tersebut mengantam tembok gereja dengan keras.
Kasat mata, badan Dormir hancur berkeping-keping disertai dengan runtuhnya batu-batu di dinding gereja.
Namun terdengar suara entah dari mana, seakan menggema ke seluruh desa, berkata, "Semua ini terlalu mudah bukan, Lector?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
Arif Billah
Iya ka, otw baca karyamu juga nih...
2023-02-26
0
nesaric
nextt kak semangat
2023-02-26
0