Selimut hangat telah membungkus Roland. Suasana dalam rahim ibu seperti kembali dia rasakan. Rasa lelahnya dalam pengejaran hingga beradu ketegangan dengan beberapa pencuri yang lalu membuatnya tidur amat nyenyak. Petualangan pertamanya sungguh menegangkan bagi Roland.
Padahal, sebelumnya dia sudah was-was apabila ibu atau pengasuhnya menunggui Roland di dalam kamar sambil melotot tak karuan. Dugaan itu salah belaka. Para perempuan tidur nyenyak saja, tidak peduli dengan kegiatan para lelaki yang sedang menyisir pencuri.
Mimpi tentang petualangan besar mulai datang pada benak Roland. Himpunan gugus bintang ada dalam kepalanya. Segenap tata surya memusat dalam warna biru tua, ledakan dahsyat petualangan menenangkan mimpi Roland. Tidurnya jenak, hingga dia tak tahu bahwa masalah pencurian yang dihadapi ayahnya bukan cuma kumpulan para bandit belaka.
...****************...
Bulan sedang tidak menampakan diri pada malam penyisiran pencuri lalu. Tak ada sedikit pun rona di gulita malam. Dan di ladang cletus, cahaya hanya berpusat mengitari empat orang pencuri.
Sedari awal saat orang-orang sibuk mencari pencuri. Segerombolan goblin telah mengintai mereka. Mereka diam tak bergerak dari luar area ladang. Goblin-goblin dengan sabar mencari celah untuk merangsek masuk, menerobos barisan dahan gandum menguning.
Mereka tak mengincar gandum, sungguh tidak, bukan pula sayuran. Pasukan goblin memiliki rencana lain. Ladang gandum hanyalah tempat lewat belaka. Karena ladang cletus tak menanam buah zaitun atau pun anggur, para goblin pun mengincar hal lain. Yaitu, hewan ternak.
Saat sebelumnya siul para penjaga saling bersahutan untuk mengepung bandit-bandit pencuri. Goblin-goblin mulai mempersiapkan barisan. Total mereka ada dua belas; enam pejalan kaki, tiga penunggang babi, dan tiga lainnya merapal mantra untuk sembunyi.
Ketika cahaya lentera mulai berjalan ke titik kumpul, Penunggang babi dengan gesit melesat menuju kandang ternak, diikuti rombongan goblin pejalan kaki. Mereka menyebar ke sekeliling kandang ternak. Pasukan goblin sudah tak ragu untuk melakukan penjarahan total.
Riuh goblin menembus ladang tersamarkan, karena para penjaga memfokuskan tenaga dan seluruh indra mereka untuk mengatasi bandit pencuri. Ditambah rapal-rapal mantra goblin perapal, mereka dapat bergerak dengan senyap. Mereka membobol satu pintu utama kandang ternak, menggiring hewan ternak ke luar dan dimantrai lagi oleh goblin perapal agar tak ada gaduh suara berkoaran.
Goblin dengan mudah membawa hewan-hewan ternak saat para penjaga lengah dengan bandit pencuri yang telah tertangkap. Sapi perah dan sapi jantan dengan tenang berjalan, empat kuda berhasil ditunggangi goblin pejalan kaki, dan unggas-unggas diikat sedemikian rupa dibawa goblin penunggang babi. Namun, satu anak kuda meronta-ronta tak mau dibawa.
Veillantif, anak kuda kesayangan Roland, mengamuk sejadi-jadinya. Karena tak ingin menghabiskan waktu terlalu lama berada di area ladang hanya karena satu ekor anak kuda, rombongan goblin segera meninggalkannya. Veillantif meringkik sejadi-jadinya, melompat kemana-mana karena kacau tak bisa menyusul induknya.
Rombongan goblin telah berhasil mengamankan curian. Mereka gesit berhamburan keluar kandang, dalam satu rombongan, satu barisan, pergi dengan kejayaan, lalu hilang ditelan malam.
Veillantif meringkik hingga kelelahan. Ia melangkah lemah ke arah pintu utama kandang peternakan, menyaksikan perginya rombongan goblin hingga suara gaduh kembali datang menuju peternakan
...****************...
Para bandit sudah diikat sedemikian rupa. Pencuri kurus yang dilumpuhkan Roland masih tak berdaya, tapi hal itu tak membuat kumpulan penjaga ladang luput akan keamanannya. Dia diikat lebih niat menggunakan tali yang lebih tebal pun pencuri kurus lainnya. Si gemuk juga telah diikat tangannya, walau pun para penjaga sempat kesusahan dengan tangannya yang tak kunjung bisa ditekuk kebelakang karena lemak badannya menghadang.
Seluruh senjata dilucuti, mereka segera digiring pergi ke arah kandang ternak untuk diinterogasi. Berbeda dengan pencuri lainnya, pria berkumis terpaksa diikat pada tandu. Prajurit membuatkan tandu sederhana untuknya dengan menggunakan dua tombak yang disejajarkan dan diikati simpul jala di antaranya. Memakan waktu dan konsentrasi memang, namun para prajurit sudah piawai mempersiapkan tandu karena keahlian itu juga adalah pengetahuan dasar untuk keselamatan prajurit. Medan perang amat penuh kejutan, maka dari itu setiap prajurit wajib memahami kemampuan dasar penyelamatan diri.
Setelah semua sudah ringkas, Cletus segera mengarahkan semua pasukan untuk berpindah ke kandang peternakan. Mereka berjalan dengan beraturan. Malam itu terasa seperti ada pawai pesta budaya tertentu, empat bandit pencuri diarak oleh banyaknya pasukan gabungan mendadak prajurit serta tukang kebun. Obor dan lenterak mengiringi mereka dan Cletus dengan gagah berjalan paling depan.
Suara iring-iringan bandit pencuri itulah kegaduhan lain yang didengar oleh Veillantif dari kejauhan. Telinganya berputar ke arah datang suara, lalu dia meringkik kembali dan segera menghambur keluar. Dan di luar, pawai iringan pencuri yang dipimpin Cletus mulai mendekat.
Setelah pasti bahwa yang didengar dan dilihat Veillantif adalah majikannya. Dia berjingkat lari menghampiri sekompi pasukan tadi. Dia merintih di sepanjang langkahnya menembus lahan gandum, menyongsong cahaya-cahaya obor.
Dari kejauhan Cletus menyaksikan sekelebat bayangan hitam menghampirinya. Dia memerintahkan pasukan gabungan untuk siap siaga, barangkali itu adalah serangan yang mengarah ke mereka. Namun, saat bayangan itu mendekat, ternyata adalah Veillantif yang menghampirinya. Semua orang heran, kenapa anak kuda tersebut berkeliaran di luar kandang begit saja. Mereka menganggap, apakah karena buruh peternakan lupa mengunci kandang kuda atau yang lainnya.
Jelas perasaan Cletus jadi tak enak. Alasan tersebut didasarkan pada Veillantif yang menggosok-gosokkan badan ke dirinnya dan terdengar seperti merintih dalam ringkikkannya. Segera saja semua orang lagi-lagi diperintahkan untuk segera memeriksa kandang hewan-hewan ternak.
Satu orang prajurit dengan berani bergegas menilik kandang. Dia mengitari seluruh kandang peternakan, memastikan apa yang hilang atau rusak, dan saat mendapati pintu utama terbuka lebar, prajurit tersebut langsung bersiul memanggil semua orang.
Pasukan gabungan berbondong-bondong bergegas menuju pintu utama kandang. Bandit pencuri digiring lebih cepat, dan betapa kagetnya Cletus mendapati kandang peternakannya kosong tak bersisa. "Demi tuhan, apa yang sebenarnya terjadi? Kalau mereka berempat ini pencuri, lalu makhluk jahat apa yang menggasak seluruh hewan ternakku?"
Seorang tukang kebun mengacungkan garu ke arah para bandit dengan amat kesal, "Jangan katakan kalau komplotan kalian yang melakukan ini dan kalian hanya menjadi umpan untuk melengahkan kami."
Pencuri-pencuri itu jelas kebingungan dengan apa yang telah terjadi, setelah rencana mencuri gandum mereka digagalkan seorang bocah, sekarang mereka dituduh lebih jauh karena hilangnya hewan-hewan ternak.
"Jawab!" Teriak tukang kebun dengan garunya yang lebih didekatkan ke arah para pencuri.
Cletus melangkah ke dalam kandang. Dia terlihat amat buruk karena kehilangan hewan ternaknya. Kakinya melangkah ke setiap sudut kandang dan tumpukan jerami, matanya hampir berkaca karena kecewa, "Bawa mereka masuk saja. Kandang ini sudah kosong, kita bisa leluasa menginterogasi mereka."
"Baik tuan." sahut seorang prajurit. Pasukan gabungan menjadi lebih beringas memasukan para pencuri ke dalam kandang. Mereka diseret hingga terjungkal.
"Ini bukan akibat perilaku kami, sungguh! Kami hanya berempat," kata pria berkumis sambil menahan patah rusuknya, "dan kami tak tahu siapa yang mencuri hewan ternak kalian."
Cletus merasa amat terpecundangi mendengar perkataan bandit berkumis, "Omong kosong, kalian akan menjelaskannya dengan benar mulai sekarang!"
Para pasukan gabungan pun mengikat mereka berempat menjadi satu dan meletakan semua pencuri itu pada bagian paling tengah kandang hewan ternak.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments