Eps 12: Setetes Embun

Kecemasan yang dibawa angin selatan dihentak oleh Cletus dengan penuh keyakinan. Rasa percaya menimbulkan wibawa, temaram obor memuram ditutup pendar cahaya pengabdian. Cletus telah meyakinkan paladin serta para bawahannya.

Permusyawarahan siasat penyerangan penyirih telah usai. Keberangkatan akan dimulai esok pagi. Tapi apakah hari penyerangan dapat dikatakan esok jika dalam beberapa jam lagi genta-genta gereja akan berbunyi. Kokok ayam sudah menanti, dan tepatnya, penyerangan akan mulai diberangkatkan pada pagi ini.

Cletus pun bangkit dari ruangan rapat. Memohon izin mempersiapkan keperluan serta berpamit kepada istri dan anaknya. Dengan udara segar dini hari yang mengiringi Cletus pergi, paladin pun turut bangkit untuk menghormati.

Setelah Cletus meninggalkan ruangan, paladin memerintahkan pengikutnya untuk beristirahat secara cepat. Mereka memadamkan nyala api pada obor yang menyambar dinding dan menimbulkan bekas jelaga. Merapikan meja rapat dan mengembalikan barang-barang ke tempat semestinya. Pun tak lupa merapal beberapa mantra untuk mempercepat metabolisme istirahat dalam waktu singkat.

Istirahat dalam waktu singkat, tidur dalam tempo cepat, serta kewaspadaan spasial adalah hal dasar dan wajib dimiliki oleh para paladin dan calon-calon paladin. Lengah adalah perbuatan fatal, dan kewaspadaan selalu manjadi perkara wahid pasukan paladin.

Maka mereka tak boleh membuang waktu, semua dilakukan secara efisien. Begitu pun paladin serta pengikutnya, mereka tak akan merelakan waktu lepas berlari begitu saja seperti kambing yang tak diawasi pengembalanya.

Cahaya rapal-rapal mantra mentereng hijau mengitari mereka dari ujung kaki hingga kepala. Dan itu adalah berkas cahaya terakhir sebelum ruangan paladin menjadi gelap dan senyap.

...****************...

Dini hari segera datang, embun menetes dengan enggan pada dedaunan, rimbun ranting pohon, bahkan pada gemuk biji gandum. Dengan mata yang belum seutuhnya terbuka, Maria dengan samar melihat suaminya menyambut fajar di sisi jendela.

Maria segera mengusap matanya, menyingkap selimut yang semalaman membalut dirinya, dan dengan masih gontai dia memeluk Cletus dari belakang. "Ada apa gerangan, sayangku?"

"Fajar telah datang," Cletus berbalik memeluk dan mengecup kening istrinya, "aku akan berangkat bersama paladin."

"Sepagi ini?" keluh Maria, "Embun pun belum tuntas jatuh membasahi tanah Franka. Dan kau akan beranjak begitu saja."

"Karena demi tanah subur Franka lah aku akan segera berangkat. Biar embun bisa senantiasa menetes lembut pada musim semi dan membeku di musim dingin nanti," Cletus memeluk Maria lebih erat lagi. "Aku tak akan membiarkan pemberontakan seorang penyihir kepada Karel Yang Agung menyerua bagai api di tumpukan jerami. Jika itu terjadi, maka setiap pagi bukan embun yang menetes, melainkan darah dari setiap pemuda Franka dan makhluk seisinya."

"Tapi tugasmu sudah tuntas. Biarkan paladin dan pengikutnya yang menangani tugas selanjutnya."

"Aku tak bisa lepas tangan begitu saja."

"Dan aku akan semakin takut karena rasa tanggung jawabmu itu." air mata mulai menitik melalui ekor mata Maria.

"Apa yang kau takutkan sayangku?"

"Darah yang menetes dari batang tubuh suamiku."

Saat Cletus memeluk erat Maria, ketukan pintu terdengar dari kamar mereka. Cletus pun melepaskan pelukannya, lalu membuka pintu coklat tebal tersebut.

Poulet, salah satu pengikut padalin paling muda, menjemput Cletus untuk segera bergegas berkumpul di ruangan paladin. Poulet adalah pengikut serta calon bakal paladin yang pada waktu sebelumnya membereskan perkara kepala goblin.

Cletus mengiyakan perkataan pengikut paladin tersebut, dia menyuruh Poulet untuk pergi lebih dahulu. Dia berbalik memeluk istrinya, mengecup Maria sekali lagi, bahkan memberikan ciuman panas pada istrinya. saking panasnya mereka berciuman untuk perpisahan, es pada puncak gunung Roncevaux di musim dingin pun dapat meleleh karenanya.

"Katakan pada Roland, hukumannya tak akan dapat keringanan. Namun Ayahnya akan memberikan kisah luar biasa saat bertemu lagi nanti."

"Tentu, Sayangku. Tentu." ucap Maria tersedu-sedu.

Dan dalam sedu sedan itu, Cletus segera menyusul Poulet.

Di Ruang rapat, Cletus hanya menemui paladin. Menyambut kedatangan Cletus, paladin memberikan sebuah armor dada dan sebilah pedang untuknya.

"Pedang dan armor ini telah kurapali mantra. Kau dapat tenang. Dan pemberianku ini bukan karena kami meremehkanmu atau ingin membuat martabatmu jatuh. Ini semua karena kau masih dalam pengawasan kami, sebagai rasa hormat kami untuk melindungi kolega yang mendapat perintah dari raja yang sama. Maka atas kehendaknya, dan atas segala rasa hormat serta terimakasih atas pelayananmu terhadap kami, terimalah pemberian kami."

"Terimakasih banyak, Lector. Dengan hormat dan besar hati, aku menerimanya."

Lector, sang paladin, mengangguk menerima rasa hormatnya. Helm paladin pun kembali ia kenakan, "Setelah kau selesai mengenakannya, segera susul kami di area depan." dan Lector pun bergegas menuju para pengikutnya yang sudah siap dengan segala hal di depan sana.

Cletus pun mengenakan armor pemberian paladin dan menyarungkan pedang tersebut ke pinggangnya.

Sebenarnya, sebelum pagi menguning dan ayam menyadari tugasnya untuk berkokok, para pengikut paladin telah menyiapkan kuda dan perbekalan. Poulet si calon paladin paling muda, kembali mencari kuda tunggangan pinjaman untuk ditunggangi Cletus.

Sedangkan tiga pengikut paladin lain pun melakukan tugasnya masing-masing, seperti; Chevre, yang mengasah dan menajamkan mata pedang; Vache yang memasangkan pelana untuk kuda-kuda dan mencermati kembali barang bawaan mereka; bahkan Mouton, pengikut paladin Lector paling pertama, bertugas memasak serta menjerang air panas untuk dinikmati kawan-kawannya saat mereka telah usai melaksanakan tugas-tugasnya.

Mereka melakukan semuanya tanpa diperintah. Alami begitu saja terjadi memenuhi tugas masing-masing. Kerasnya pendidikan di akademi mungkin yang membuat mereka secekatan itu. Kepiawain mereka dalam mengurus hal kecil pun dapat diacungi jempol.

Disiplin dan rasa tanggung jawab, meluap-luap di setiap darah mengalir di jalur nadi pengikut paladin.

Pengalaman mereka tentu amatlah banyak. Hanya beberapa langkah lagi mereka dapat menjadi paladin secara utuh seperti Lector yang mereka ikuti.

di halaman depan, Poulet, Chevre, Vache, dan Mouton telah menunggu paladin Lector dan Cletus. segalanya telah benar-benar dipersiapkan dengan seksama. tak ada lagi yang perlu dikhawatirkan jika paladin dan para pengikutnya telah turun tangan.

Dengan gagah, Cletus berjalan mengikuti paladin dari belakang. mereka telah berkumpul, dan tak ada yang perlu ditunda lagi. kuda telah mereka tunggangi, dan matahari pagi siap mengiringi kuda-kuda itu berlari.

Derap kaki kuda perlahan mengepulkan debu dan mencungkil kecil tanah serta kerikil. Rerumputan di pinggiran jalan bergoyangan membuat embun yang masih rimbun menetes paksa ke atas tanah. Sanggurdi dihentakkan dengan senang hati, kuda-kuda semkin cepat melesat pergi bagai kilat di siang hari.

Cletus menengok kembali, merasakan kerinduan besar membelai pipi. Maria mengantarkan kepergian mereka dengan menatap haru dari ujung pintu, melambaikan tangan halusnya, dan memunajatkan doa kepada sang penguasa agar suaminya selamat sentosa bahkan berdoa untuk paladin serta para pengikutnya.

Terpopuler

Comments

nesaric

nesaric

semangat kak jgn lupa mampir

2023-02-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!