Pinus berderak-derak beriringan dengan alunan angin perlahan. Dahan-dahan melambaikan dedaunan, menyapu cahaya pagi. Cahaya-cahaya menyelinap ke ranting pinus, merangsang tanaman rambat untuk menjelajah tanah. Pun akhirnya suasana sejuk tersebut hanya menjadi sambi lalu pasukan Lector dan Cletus.
Sebuah kenimatan sementar sebelum perjuangan mereka yang sebenarnya tiba. Tapi tak apa, karena mensia-siakan anugrah tuhan adalah sebuah dosa dan Lector serta pasukannya pun mengetahui hal itu.
Mulai dari pagi tersebut, mereka akan mengarungi daerah jalur hutan sebelum akhirnya menginjakkan kaki ke daerah Muguet. Tak seperti perjalanan sebelumnya yang terjadi amat lekas, tempo mereka sekarang menjadi lebih tenang. Masih ada waktu bagi Cletus untuk menikmati jalur pegunungan dengan udara sejuknya. Berlindung di bawah bayang-bayang oak atau pinus di sepanjang jalan. Mendengar dentum guntur jika langit dirasa mulai mendung, bersuci dan menghilangkan dahaga di sepanjang aliran sungai pun akhirnya bisa Cletus nikmati.
Aliran-aliran sungai yang sesekali mereka temui di jalur perjalanan terlihat amat jernih, seperti aliran kristal dingin mengalir dari mata seorang dewi suci. Bebatuan di dasarnya dapat terlihat ikan-ikan yang sesekali sekelibat bersembunyi, saling mengejar dalam aliran deras arus sungai.
Dalam kesempatan-kesempatan seperti itu, biasanya Poulet memancing ikan di sungai yang mereka lalui di sepanjang jala.. Dan seperti biasa pula, Mouton akan segera mengolahnya dengan berbagai cara walau peralatan atau bumbu masak mereka hanya sederhana.
Sejauh perjalanan pula, mereka sempat melewati beberapa desa kecil. Namun semua telah senyap. Tak ada tanda kehidupan dalam kurun waktu dekat. Pernah ketika mereka mendatangi desa kecil pada jalur gunung menuju Muguet di hari ke lima perjalanan, dari kejauhan tak terdengar riuh warga atau pun terlihat suasana kerja orang-orang desa.
Sebenarnya, dengan mereka menemukan desa, Paladin dan rombongannya ingin menjadikan tempat tersebut untuk beristirahat dan menanyakan informasi mengenai anomali di sekitar sana. Namun saat mereka berkeliling desa dengan menggunakan kuda, semua sudah terbengkalai tak diurusi.
Lector pun memerintahkan untuk menginvestigasi desa kecil itu. Vache turun dari kudanya, berjalan menuju arah peternakan. Jejak-jejak hewan ternak dan beberapa kaki yang menggunakan alas tertentu terlihat mengering di atas lumpur. Kubangan air minum hewan ternak terlihat kotor dan tak diganti. Lalat-lalat mengerumuni bekas tai hewan yang tidak dibersihkan. Pintu-pintu kandang semua terbuka, namun tak ada tanda pembukaan paksa atau bekas dibongkar. Pun saat Vache memeriksa tumpukan jerami untuk pakan, semua terlihat berantakan. Vache kembali memeriksa jejak kaki yang mengering. Tak seperti apa yang dipikirkannya, tidak ada jejak kaki lain selain manusia dan binatang ternak.
Kali ini, Mouton dan Poulet menghampiri sebuah rumah dengan pintu terbuka. Mereka tertarik ke arah sana karena terpancing olah derak pintu yang bergerak-gerak ditiup angin. Setelah memasuki rumah tersebut, mereka menemukan meja makan yang masih penuh dengan makanan; potongan-potongan roti, mangkuk penuh dengan sup, juga seekor babi guling. Entah itu semua milik penghuni rumah atau siapa pun itu. Mereka tak tau.
Mouton mencoba untuk memeriksa suhu dan keadaan makanan yang ditinggalkan itu. Hasilnya adalah, jamur sudah menghinggapi roti dan lemak beku dalam mangkuk sup juga sudah menghitam. Hal itu menandakan desa sudah kosong lebih dari seminggu. Dan parahnya lagi, seekor babi panggang utuh menjadi busuk penuh belatung karena tak dikonsumsi pada waktu selama itu.
Bau busuk mengurada di sekitar mereka. Akhirnya mereka berdua pun meninggalkan rumah itu seraya menahan bau. Poulet pun dapat mengambil kesimpulan kalau rumah tersebut ditinggalkan tidak dengan cara pemaksaan atau bahkan buru-buru karena sesuatu. Melainkan ditinggalkan secara sukarela dan tak tergesa-gesa. Mereka pun kembali ke Lector untuk melapor.
Cletus sempat mengitari desa dengan sang paladin. Mereka melihat ada berkas-berkas coretan rune di luaran pagar desa. Entah rune soal apa, Cletus belum mengetahuinya. Tapi bagi Lector, rune tersebut adalah sebuah bukti kuat bagi hilangnya orang-orang desa.
Semua orang dari pasukan telah berkumpul kembali, laporan disampaikan sesuai dengan apa yang mereka temukan. Chevre pun mengungkapkan kalau pagar-pagar perlindungan dan gerbang tak ada yang dirusak. Semua terlihat normal. Cletus sempat merasa bingung, kenapa orang-orang di desa ini menghilang begitu saja.
Namun semua laporan itu akhirnya mengerucut pada sebuah kesimpulan, yaitu para warga desa kecil tersebut berhasil digiring menuju Muguet untuk dijadikan sumber daya pekerja. Hal tersebut menjadi konkrit dengan ditemukannya jejak sihir oleh Lector. Selama pengikutnya memeriksa desa sesuai perintahnya, Lector memusatkan energi sihirnya untuk melacak energi sihir lain yang pernah hinggap di desa tersebut. Dan dia pun menemukan bekas-bekas rapalan mantra, sisa-sisa rune di sekeliling desa, dan aroma jenis sihir yang digunakan.
Semua jejak sihir mengarah ke Muguet. Dan sihir tersebut dianulir sebagai sihir hipnosis masif untuk mempengaruhi pikiran seluruh warga desa. Begitu besar lingkaran sihir dan panjang rapalan mantra yang diucapkan perapalnya. Dan semua itu jelas merujuk pada satu nama, yaitu Dormir.
Kemampuan Lector dalam mendeteksi sisa sihir merupakan salah satu anugrah milik paladin. Tentu para calon paladin seperti Mouton, Chevre, Vache, dan Poulet akan memilikinya, dan cara untuk mendapat anugrah tersebut hanya dapat dilakukan dengan satu cara yaitu berlatih. Perlu sebuah titik fokus mendalam dan kepekaan luar biasa terhadap sihir, mengetahui dasar-dasar penciptaan serta rapalan sihir, membedakan elemen sihir, dan terbiasa dengan aura sihir. Syarat-syarat tersebut perlu dilalui terlebih dahulu untuk menjadi seorang paladin dengan kepekaan sihir.
Pun walau begitu, tak semua paladin bisa melakukannya. Karena paladin pun memiliki bidang keahlian berbeda-beda. Atau malah, warga biasa akan lebih menguasai pendeteksian sihir jika dia memang memfokuskan studi pada bidang sihir.
Dan sihir sebenarnya adalah hal yang paling ditakuti oleh semua orang. Banyak dari para paladin lebih memilih menyebut keistimewaan mereka dengan anugrah, bukan dengan sihir. Dan pemberontakan penyihir Dormir ini pula yang nantinya akan menyebabkan pembantaian besar-besaran terhadap ahli sihir atau mereka orang-orang biasa dengan tuduhan sihir tanpa bukti.
Setelah pemeriksaan terhadap desa selesai, Lector memutuskan untuk segera bergegas menuju Muguet. Dia amat mengkhawatirkan para warga yang dijadikan pekerja. Mungkin Dormir akan menguras tenaga mereka, baik itu anak-anak atau pun orang dewasa seperti lebah menghisap habis madu pada bunga muda sampai layu.
Perjalanan pun dilanjutkan dan sekarang jarak mereka tak kurang dari dua hari. Mereka kembali menerobos hutan pinus dan oak. Membersihkan diri di aliran-aliran sungai, dan mengikuti jejak sihir Dormir.
Malam pun telah turun, mereka sekarang berjarak kurang dari setengah hari menuju muguet. Dari sini, Lector memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki dan memasuki desa secara terpisah. Mendengar hal tersebut, Poulet menggunakan anugrah tumbuhan untuk mendeteksi total musuh dan perkiraan letak mereka. Dia pun mencari sebuah gua untuk menyimpan kuda mereka.
Poulet membenamkan kedua tangannya kedalam tanah lalu merapalkan sebuah mantra. “kala jenggala telah membenihkan rahmatnya, jalar mantra akan merengkuh yang deksura, jemari ibu bumi akan menjadi mata kedua kami. Berilah rahmat dalam bentuk nubuat alam.”
Dengan begitu, dari tangannya menjulur akar ke segala arah untuk mendeteksi getaran gerak apa pun yang berada di atas tanah. Setelah beberapa saat, Poulet menarik tangannya kembali dan mengatakan bahwa ada sekitar tiga ribu pergerakan di Muguet sana. Setelah itu, dia pun menunjukan sebuah gua di dalam hutan dan Vache pun langsung membawa seluruh kuda ke sana.
Strategi selanjutnya yang akan dilakukan adalah, menutup Muguet dengan tabir bayangan buatan Mouton. Hal tersebut digunakan untuk menekan pengaruh energi sihir Dormir, dan setelah warga di keluarkan dari desa Muguet mereka akan terlindung. Kisi-kisi tabir akan memilah siapa saja yang dapat keluar dari area sesuai dengan spesifikasi makhluk yang telah diketahui Mouton.
Mouton dapat membedakan antara manusia dan makhluk malam melalui tabirnya karena dia telah memahami betul struktur biologis makhluk hidup. Namun, karena bandit juga manusia, hal tersebut lah yang nanti akan menyulitkannya.
Mouton pun menengadahkan kedua tangannya, seakan dia sedang meraba langit rapalan mantra pun segera dia ucapkan, “Purnama telah nirmala. Tak ada cahaya surya mampu menganiaya. Tabir kelam aswad membungkam. Selimutilah kami dengan martabatmu.”
Langit gelap menjadi semakin gelap di daerah Muguet. Tak ada yang menyadari, soal tabir bayangan maupun siasat penyerangan. Hanya Cletus, Lector, dan para pengikutnya yang akan segera membinasakan Dormir dari kekuasaan palsunya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments
nesaric
semangat kak
aku hadir
2023-02-23
0