Dari balik jendela kamar Roland, dia memperhatikan bagiamana para tukang kebun, beberapa prajurit, serta ayahnya yang sedang menyisir seluruh ladang luas itu. Mata Roland berbinar-binar, ekor matanya mengikuti semua arah berpencarnya cahaya obor dan lentera. Tekad Roland untuk membantu mereka sudah bulat, tak ada ragu lagi, pun jika dia ketahuan melanggar perintah ayahnya, Roland merasa bahwa hukuman apa pun tak akan menjadi masalah baginya.
Roland membuka jendela kamarnya perlahan. Tidak ingin dia membuat kegaduhan berlebih yang akan membuat para pelayan atau ibunya bangun. Segera Roland melompat dari jendela, dia terjun bergulungan mendarat ke bawah jendelanya. Roland jalan berjingkat sambil menunduk, bersembunyi dibalik tembok halaman rumahnya sebelum dia melompat ke ladang.
Area ladang yang tak terkena cahaya obor terlihat amat gelap. Roland menyelinap ke sana ke mari di antara gandum-gandum bernas tanpa tau arah dan tujuan. Gerakan Roland dibuat amat berhati-hati serta tak tergesa-gesa. Pikirnya, bahwa berlarian hanya akan menimbulkan bebunyian yang akan membuat pencuri merasa waspada dan membuat orang yang berpatroli jadi mengejar Roland.
Benar-benar tak ingin Roland menimbulkan kegaduhan, apalagi para orang yang berpatroli membawa senjata. Akan berbahaya apabila dia sampai jadi korban panah salah sasaran. Pasti akan mengenaskan.
Kembali Roland bersijingkat secara perlahan membelah lahan. Sambil berjalan, dia memikirkan siasat apa yang harus di lakukan. Penglihatan saja amat terbatas baginya.
Roland berhenti berjalan. Dia termenung, memejamkan mata dan duduk di antara gandum yang belum dipotong. Dia berusaha memusatkan pikirannya dengan apa yang telah terjadi dan dengan apa yang telah dilihatnya. Perlu beberapa saat hingga suara jangkrik memecah kekosongan.
Ada sebuah jawaban. Roland mendongakkan kepalanya di antara gandum yang kuningnya tak terlihat karena dilahap malam gelap. Dia memperhatikan berkas-berkas cahaya lentera atau pun obor-obor tadi. Roland berusaha mengingat rute kemana orang berpencar. Jika menggunakan logika orang yang mencari pencuri, maka Roland tak akan menemukan apapun. Sebaliknya, jika Roland berpikir dia adalah pencuri, maka dia pun dapat memperkirakan kemana pencuri pergi jika melihat banyaknya orang berpatroli yang berkeliling mencarinya.
Segera Roland melanjutkan aksinya. Dia mencoba menjamah tempat-tempat tergelap. Karena mata tak mampu digunakan secara maksimal, maka pendengaran adalah hal utama yang Roland butuhkan. Malam itu bukanlah malam tenang, Roland harus pintar-pintar mengolah dan membedakan suara-suara.
Dengan tenang, Roland mulai memilah suara dalam indranya. Dia memisahkan suara jangkrik yang membisingkan, sayup desau angin yang menyelinap dahan-dahan gandum, roda air yang amat jauh, hingga dapatlah suara orang-orang melangkahkan kaki. Tapi, suara langkah saja tidak cukup. Karena para orang yang berpatroli pun melangkahkan kaki mereka ke mana-mana.
Roland kembali mendapat pikiran. Pencuri, tak akan berjalan dengan postur sebagaimana orang berjalan seperti biasanya. Tak mungkin mereka menegakkan badan dan melangkah dengan congkak. Menggunakan pemikiran pencuri lagi, Roland menganggap bahwa pencuri pasti akan melakukan apa yang dia lakukan sebelumnya, yaitu berjingkat membelah dahan gandum dengan perlahan dan tak terburu-buru.
Kembali Roland memfokuskan indra pendengarannya. Dia mencari suara gesekan badan di antara gandum. Terdengar amat tipis krusak dan krusuk. Lalu suara itu hilang. Perlahan terdengar lagi, lalu hilang.
Roland berhasil menemukan bunyi, selanjutnya yang harus dilakukannya adalah memperkirakan kemana para pencuri itu pergi. Kembali Roland berkonsentrasi. Apakah suara itu menjauhi dirinya atau malah mendekat? Barangkali ke kanan atau ke kiri Roland? Dia belum tau. Pemusatan fokus dilakukan Roland dengan amat khusyuk.
Arah suara semakin menjauhi Roland. Dengan tempo suara yang disamakan dengan para pencuri, Roland berusaha mengekori mereka. Perlahan dan pasti, langkahnya mantab ingin segera mempergoki atau menangkap pencuri.
Ternyata para pencuri memilih untuk mengitari areal terluar lahan untuk mengindari para prajurit dan tukang kebun. Mereka jalan memutar, menunggu hingga orang patroli menjauh dari pusat ladang dan gudang penyimpanan. Para pencuri menunggu momen tersebut.
Benar apa yang dipikirkan Roland, bahwa cahaya lentera dan obor membuat para pencuri mengetahui titik operasi penyisiran lahan. Siasat penyisiran Cletus memiliki kelemahan. Mudah bagi pencuri untuk menghindari cahaya mereka.
Dengan tempo selambat mungkin, pencuri-pencuri itu mendekati gudang. Begitu pun Roland yang semakin dekat dengan mangsanya. Kondisi kali ini memperlihatkan sebuah keadaan saling buru. Pencuri yang mengincar gandum, prajurit dan tukang kebun yang memburu pencuri, dan Roland yang ingin meringkus pencuri dengan tangannya sendiri.
Gudang terlihat sepi. Orang-orang semakin jauh menyusuri lahan. Di sisi lain, Cletus juga memerintahkan beberapa orang untuk waspada di area gudang. Walau sepi, tetap ada beberapa orang yang menunggui area luar gudang.
Pencuri-pencuri itu diam untuk mengawasi. Jarak mereka tak kurang dari seratus meter dari arah gudang. Selagi para pencuri itu memikirkan siasat untuk menyergap penjaga gudang dengan senyap, Roland telah berada tepat di belakang mereka.
Empat pencuri saling berdiskusi. Mereka adalah manusia biasa. Roland yang sempat beranggapan akan menghadapi goblin menjadi agak malas untuk melanjutkan aksinya lagi. Apalagi setelah tau kalau pencuri ini manusia yang sama dengan dirinya.
Roland hampir tertawa cekikikan. Bagaimana tidak? Pakaian para pencuri itu terlihat aneh. Satu orang gempal dan pendek mengenakan karung di kepalanya, tak lupa dua lubang untuk mata. Lalu ada dua orang kurus mengenakan penutup muka yang lebih wajar, sapu tangan dengan motif norak. Dan satu orang terakhir terlihat lebih aneh lagi, muka dan kumis tebalnya tak ditutupi sama sekali, dia hanya mengikat-ikatkan dahan-dahan gandum di sekitar kepalanya. Itulah yang membuat Roand ingin terpingkal-pingkal.
Para pencuri itu saling berdiskusi dengan memperhatikan betul keadaan gudang. Sekeliling mereka sama sekali tak diawasi. Dengan mudah, Roland menggenggam mulut pencuri paling belakang, dia adalah salah satu pencuri kurus dengan sapu tangan di mulutnya. Roland memilih dia sebagai korban pertamanya karena pencuri kurus itu berada di barisan paling belakang dan mulutnya tertutup sapu tangan.
Dia pingsan karena genggaman kuat tangan Roland. Pencuri kurus itu ditarik kebelakang secara perlahan. Untuk ukuran bocah kecil, Roland memang kuat belaka. Dan karena Pencuri itu kurus, Roland jadi lebih mudah memindahkannya agak menjauh dari pencuri lainnya.
Pada jarak aman, Roland bersembunyi kembali. Dia menyumpal mulut satu pencuri kurus dengan dahan-dahan gandum yang diremasnya. Sapu tangan yang sebelumnya di mulut pencuri, Roland gunakan untuk mengikat tangan pencuri kurus tadi.
Satu orang telah disingkirkan. Roland mengendap lagi perlahan. Bersiaplah dia kembali untuk menjatuhkan korban.
Korban selanjutnya yang akan jadi incaran Roland adalah pria berkumis dengan dahan gandum di kepalanya. Roland menargetkan pencuri itu karena kekonyolan penyamarannya membuat dia muak. "Setidaknya, jika ingin mencuri menyamarlah dengan lebih licin," bisik Roland sambil terkekeh kecil.
Roland memperiapkan ancang-ancang. Segera dia akan menerkam pria berkumis. Seketika Roland akan membungkam pencuri itu, namun si pria berkumis menengok mendengar gemerusuk gandum dan kekehan Roland tadi.
Roland gagal membungkan pria berkumis. Pria berkumis mengelak, Roland tersungkur ke dahan-dahan gandum. Pencuri lainnya menjadi kaget melihat kejadian tersebut.
Pria gendut berwajah karung menjadi was-was saat meneliti anggotanya. Satu orang menghilang dan malahan ada satu bocah tak dikenal. Pria gendut hampir berdiri dibuatnya, "Mana saudaramu?"
Pria kurus kebingungan mencari saudaranya karena tadi masih bersama mereka, "Entah lah. Tadi dia dibelakang kita."
"Mungkin dia kabur saat tau bahwa ada prajurit berkeliling di malam ini. Memang di luar rencana, tapi itu tak penting. Yang penting, akan kita apakan bocah ini?" sambil si pria berkumis mengangkat kaki kiri Roland dengan satu tangan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 25 Episodes
Comments