Disya hanya menganggukkan kepalanya tanpa menoleh sekalipun dengan Brian, setelah mendapatkan dua barang yang dia cari Disya lantas segera berlari kembali menuju kamar mandi untuk menyelesaikan ritual mandinya.
Dia berdandan seperti biasanya, terlihat culun dan tidak menarik. Saat Disya membuka pintu kamar mandi Brian langsung menoleh kearahnya, Brian memperhatikan penampilannya dari atas hingga kebawah sangat jauh sekali dari tipe idealnya.
“Kamu tunggu aku selesai mandi, biar kita sama-sama turun kebawah bertemu mereka semua.” Brian lantas berlalu menuju kamar mandi.
Sembari menunggu Brian, Disya membalas chat yang dikirimkan oleh Dina. Ternyata temannya itu sangat penasaran sekali kehidupannya setelah menikah, padahal dia menikah baru kamarin.
“Sya, lo baik-baik ajakan setelah nikah dengan pak Brian? dia nggak nyakitin lo kan?” Tanya Dina ditulisan chatnya.
“Iya Din, mana berani dia nyakitin gue kan ada calon anaknya diperut gue, jadi lo tenang aja.” Balas Disya.
“Sya, maafin gue ya, mungkin kalau bukan gara-gara gue yang minta lo buat cobaiin wine itu, pasti lo nggak akan berujung kayak gitu.” Balas Dina penuh penyesalan. Sebenarnya dia selalu dihantui rasa bersalah itu, tapi melihat keadaan sahabatnya yang sudah agak baikan, jadi dia merasa sudah tidak terlalu terbebani.
“Iya, mungkin emang udah gini takdir gue Din, bukannya lo yang dulu pernah sumpahin gue biar berjodoh sama pak Brian, mungkin gara-gara sumpah lo itu akhirnya gue terjerat dan terpaksa menikah dengan dia.”
“Hahaha…iya ya Sya gue baru ingat, padahal dulu gue mah cuman iseng-iseng aja kali, abisnya lo benci banget sama pak Brian padahal kan banyak yang ngantri buat jadi istrinya.”
“Makanya Din, kata-kata yang dikeluarkan buat mulut itu yang bagus-bagus aja, coba dulu kamu sumpahin aku buat berjodoh dengan Park Seo Joon, pasti aku nggak bakalan kesal bahkan aku sujud syukur kalau berjodoh dengan dia.” Balas Disya sambil cekikikan, membayangkan aktor idolanya itu menjadi suaminya.
“Yeee…itu sih mau lo, kalau udah berjodoh mah apapun yang lo minta pasti ujung-ujungnya akan kembali ke dia juga.”
Saking asiknya Disya berbalas pesan dengan Dina dia sampai tidak menyadari bahwa dari tadi dia selalu diperhatikan oleh Brian. Brian telah selesai berpakaian dan sudah rapi, tapi Disya belum juga menyadarinya.
“Ekhemmm.” Brian berdehem untuk mengalihkan pandangan Disya dari ponselnya.
“Ohh…bapak udah siap kalau gitu ayo kita turun kebawah.” Disya langsung berdiri kemudian memperbaiki pakaiannya.
Brian hanya mengangguk saja dan langsung berjalan untuk keluar kamar.
“Udah dulu ya Din, soalnya gue udah ditunggu ama keluarga gue dan pak Brian, nanti kita lanjut lagi.” Disya mengirimkan pesan pada Dina sambil berjalan dibelakang Brian.
Karena tidak fokus Disya menabrak punggung Brian yang sedang berhenti untuk membuka pintu.
“Sepertinya kebiasaanmu itu belum hilang juga ya, ingat kamu sekarang sedang mengandung, jadi kamu harus lebih hati-hati gimana kalau kamu nabrak aku terus kamu jatuh kan bisa berbahaya.” Brian menoleh sambil menatap tajam kearah Disya.
“Iya pak maaf.” Ucap Disya karena dia sadar bahwa memang jiwa kecerobohannya ini masih belum bisa hilang.
“Jangan cuman taunya minta maaf, dulu kamu juga begini tapi sampai sekarang kamu masih mengulanginya, yang aku minta itu bukan ucapanmu tapi tindakanmu.” Ujar Brian. Setelah perdebatan kecil itu mereka melanjutkan kembali perjalannya.
Setelah sampai mereka berdua menyalim tangan keluarganya. Kemudian mereka langsung dipersilahkan duduk karena mereka memang sudah dari tadi ditunggu untuk sarapan bersama, sekaligus berbincang-bincang ringan untuk lebih mengakrabkan kedua keluarga itu.
“Gimana sayang, kamu masih mual ya tadi pas bangun tidur?.” Tanya Sarah kepada Disya karena dia tau kebiasaan anaknya itu.
“Iya ma, tapi udah baikan kok, tadi Brian juga udah pesenin aku sarapan dan susu biar aku bisa minum obat pereda mualku.” Jawab Disya.
“Baguslah kalau begitu, makasih ya nak Brian udah perhatian dengan Disya, ibu harap kamu jangan melihat Disya dari penampilannya tapi lihatlah hatinya agar kamu sedikit demi sedikit bisa menerima dia menjadi istrimu.” Ujar Sarah sambil menatap lekat kearah Brian, dia sengaja berujar begitu agar kedepannya Brian tidak menyakiti putri satu-satunya itu.
“Iya tante aku akan berusaha untuk itu.” Brian memang memiliki prinsip untuk menikah sekali seumur hidup, tapi ternyata takdir tidak berpihak kepadanya, karena yang dia nikahi saat ini adalah orang yang sangat jauh sekali dari tipe idealnya.
“Kok masih panggil tante sih, kan kamu udah nikah sama Disya, jadi kamu manggilku sama seperti Disya ya.” Ujar Sarah lembut.
“Iya bu.”
“Nah gitu dong kan lebih bagus.”
Sembari makan, sesekali kedua keluarga itu bercengkrama dan tertawa, sangat harmonis sekali.
“Bry, jadi setelah nikah apa yang akan kamu lakukan kedepannya untuk keluarga kecilmu itu?.” Tanya Fero setelah mereka selesai menyantap sarapannya bersama.
“Sambil menunggu rumahku jadi, aku akan membawa Disya untuk tinggal diapartemen bersamaku pa.” Jawab Brian. dia memang memiliki apartemen sendiri dekat dengan kampusnya, dia kesana jika sedang kacau baik dalam pekerjaan maupun percintaan, atau saat kumpul bersama teman-temannya.
“Kok gitu, kamu tinggal aja dirumah sama mama dan papa nanti mama kesepian jika kalian ninggalin rumah.” Fina protes dengan keputusan Brian itu terkesan sangat mendadak karena tidak membicarakan kepada para orang tua terlebih dulu.
Dia juga masih tidak tega untuk membiarkan mereka tinggal sendiri, karena posisi Disya yang sedang hamil dan mereka belum saling mencintai, akan sangat beresiko jika mereka tinggal terpisah dari orang tua.
“Brian udah besar mah, bahkan sudah mempunyai keluarga sendiri, jadi sudah sewajarnya Brian memberikan fasilitas hasil usaha Brian sendiri kepada keluarga kecil Brian.” Brian tidak mau dia selalu bergantung kepada keluarganya, dia ingin mandiri.
“Tapi akan sangat beresiko jika kalian tinggal sendiri apalagi Disya sedang hamil, siapa yang akan membantunya dan menemaninya selama kamu kerja.” Fina masih tidak terima dengan alasan yang diberikan Brian.
“Nggak apa-apa kok mah, Disya juga akan kembali kuliah setelah ini, jadi mama nggak perlu khawatir karena Disya pastinya akan lebih produktif dan tidak selalu di apartemen.” Jelas Disya memberikan pengertian kepada mertuanya itu agar dia tidak terlalu khawatir dengan keadaannya.
“Kok Brian nggak ngelarang kamu kuliah, kan susah sayang jika kamu harus kuliah lagi hamil, nanti kamu kecapen dan banyak pikiran itu akan sangat buruk bagi kandungan kamu.” Semakin mendengar jawaban dari pengantin baru itu, semakin khawatir pula Fina kepada anak-anaknya.
“Benar kata mama kamu Brian, sebaiknya Disya jangan kuliah dulu sampai dia melahirkan karena itu akan sangat berpengaruh bagi kandungannya.” Fero akhirnya angkat bicara setelah lama memperhatikan perdebatan mereka.
“Nggak apa-apa kok mah, yah, malahan Disya akan lebih senang jika kuliah karena Disya tidak biasa jika tinggal di rumah terus, Disya janji akan menjaga kandungan Disya sampai anak ini lahir.” Jelas Disya sambil mengelus perutnya yang masih rata itu. Walaupun anak itu ada karena hal yang tidak baik tapi Disya sangat menyayanginya.
“Tuh kan, Disya sendiri kok yang minta buat kuliah lagi, lagipula nggak baik juga jika dia hanya terkurung di apartemen tanpa melakukan aktifitas apa-apa itu akan membuatnya stress.” Ujar Brian membela dirinya sendiri.
“Baiklah kalau gitu kami akan memberikan kalian kesempatan untuk tinggal sendiri, tapi jika terjadi sesuatu kepada kalian berdua maka kalian tidak boleh menolak jika kami meminta untuk tinggal serumah dengan mama dan papa.” Ujar Fero mengakhiri perdebatan mereka hari ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments