Hampir Terbongkar

Flashback

Pada saat Disya menabrak punggung Brian tidak sengaja tumpukan tugas yang sedang dipegang Disya mengenai wajahnya karena posisi Disya yang menunduk.

Kejadian tersebut ternyata membuat tompel Disya terkena dan akibatnya tompel Disya agak sedikit terkelupas, dan hal tersebut tidak diketahui oleh Disya.

Flashback off

“Tunggu sebentar, sebenarnya wajah kamu asli atau palsu?” Ucap Brian yang penasaran dengan wajah Disya karena melihat tompel Disya yang sedikit terkelupas, dia baru memperhatikannya pada saat tak sengaja melihat wajah Disya ketika mengumpulkan tugas teman-temannya.

“Ma..maksud bapak apa? Jelaslah wajah saya asli.” Jawab Disya dengan sedikit gugup karena takut rahasianya yang selama ini dia tutupi oleh semua orang kecuali orang tuanya akan terbongkar.

“Tapi itu tompel kamu, sepertinya palsu.” Ucap Brian lagi dengan nada penasaran, apalagi dari awal memang Brian sudah mulai tertarik dengan Disya.

“Sial, kenapa bisa terkupas begini, padahal gue udah pasang kuat-kuat agar tidak mudah terkupas, arghh.” Ucap Disya dalam hati yang kesal dengan kecerobohannya, sehingga membuat Brian menjadi penasaran dan curiga.

“Aduh, kayaknya saya sudah ditunggui sama teman saya pak, saya pamit pergi dulu ya pak.” Ucap Disya cepat dan tidak menjawab pertanyaan dari Brian karena jika dia meladeni Brian terus, dia takut rahasianya akan terbongkar.

Disya langsung berlari menuju toilet untuk memperbaiki riasan wajahnya sambil terus menunduk dan sedikit menutup wajahnya pada bagian tompelnya agar tidak ada yang melihatnya.

Tidak ada seorang pun yang mengetahui tentang wajah Disya yang sesungguhnya kecuali kedua orang tuanya, bahkan Dina yang sudah dianggap Disya sebagai sahabatnya belum mengetahuinya, karena dia belum bisa mempercayai orang lain sepenuhnya, walaupun selama ini Dina selalu baik dengan Disya tapi Disya lebih memilih untuk bermain aman saja.

“Duh.. kok bisa terkelupas begini sih, apa lem yang tadi aku berikan kurang banyak ya, kalau begini terus bisa-bisa semua orang bakalan curiga.” Ucap Disya setelah sampai di toilet dan memperbaiki riasannya seperti semula agar tidak ada yang curiga lagi kepadanya.

“Huftt…bikin panik aja, semoga kejadian seperti tadi tidak terulang kembali.” Ucap Disya lagi saat selesai memperbaiki riasannya. Kemudian dia berlalu untuk pergi ketempat Dina.

Dia memang sangat takut jika wajahnya diketahui oleh orang lain, karena entah kenapa dia selalu ingat dengan kejadian yang menimpa kakaknya dan hal tersebut tentunya membuat Disya mengalami trauma, bahkan berdekatan dengan laki-laki saja Disya merasa sangat tidak nyaman.

“Disya lo kok lama banget sih, ngapain aja sama pak Brian?” Ucap Dina yang kesal karena dari tadi menunggu Disya tapi sangat lama.

“Nggak ngapa-ngapain.” Jawab Disya dengan tampang datar.

“Ih kok wajah lo kok begitu amat, harusnya gue yang kesal sama lo, daritadi gue nungguin lo disini udah mau lumutan gue. Yaudah jadi nggak nih kita ngemall?” Ucap Dina kesal dan menanyakan tentang rencana yang mereka susun pagi tadi sebelum masuk kelas.

“ya jadilah, ayo naik mobil gue aja, mobil lo disimpan aja dulu disini nanti gue bakalan balikin lo kesini lagi, soalnya gue males kalau cuman sendiri, jadi gimana lo setuju nggak?” Ucap Disya sambil menanyakan pendapat Dina.

“Okelah, gue mah setuju-setuju aja, itung-itung biar buat menghemat bensin gue.” Ucap Dina semangat sambil nyengir diakhir kalimatnya.

“Dih kayak orang susah aja lo.” Ucap Disya sambil memukul lengan Dina dan mereka berdua pun tertawa bersama.

Dina memang salah satu orang yang berarti dalam hidup Disya, disaat Disya sedang sedih atau punya masalah pasti Dina yang akan selalu menghiburnya. Bisa dibilang mereka seperti saudara, tapi Disya belum bisa menceritakan rahasia terbesarnya kepada Dina karena dia butuh waktu yang cukup lama untuk itu.

Sedangkan Dina, tidak ada satupun rahasia yang dia sembunyikan kepada Disya bahkan orang yang disukai oleh Dina pun Disya mengetahuinya. Karena dia sudah menganggap Disya lebih dari sekedar sahabatnya.

Sesampainya mereka diparkiran, Disya dan Dina langsung masuk kedalam mobil dan Disya langsung tancap gas untuk menuju ke mall.

“Sya, lo pernah nggak naksir lagi sama cowok selain cowok dimasa kecil yang lo ceritain waktu itu?” Tanya Dina kepada Disya pada saat mereka masih diperjalanan menuju mall.

Disya memang pernah menceritakan tentang masa kecilnya kepada Dina, dimana dia menyukai cowok yang usianya sekitar empat tahun lebih tua dari dia.

Pada saat itu Disya sedang menghadiri pesta perusahaan bersama kedua orang tuanya, Disya tidak sengaja kesasar pada saat ingin pergi ketoilet karena lokasinya memang agak jauh dari pesta tersebut berlangsung dan dia juga tidak ditemani oleh siapapun, hingga akhirnya dia menangis karena tidak tau arah kembali.

Tapi pada saat Disya sedang menangis tidak sengaja seorang anak laki-laki yang habis dari toilet mendengar suara Disya hingga akhirnya diapun bertanya kepada Disya.

Flashback

“Kamu kenapa menangis?” Tanya anak laki-laki tersebut kepada Disya karena dia juga kasihan melihat wajah Disya yang terlihat sangat ketakutan dan sembab sebab menangis.

“Huaa…hiks..hiks…aku takut, aku nggak tau arah pulang dimana, aku ingin pergi bersama ayah dan ibuku.” Ucap Disya sambil menangis sesegukan.

“Emang ayah dan ibu kamu dimana biar aku antar.” Ucap anak laki-laki itu perhatian sambil mengelus kepada Disya.

“Ayah dan ibuku ada dipesta, tadinya aku ingin ketoilet tapi malah kesasar dan tidak tau arah kembali.” Ucap Disya yang mulai tenang karena dia sudah menemukan orang yang akan menolongnya.

“Kebetulan aku juga akan kesana karena papa dan mamaku juga ada dipesta itu, kalau begitu ayo jangan nangis terus nanti muka kamu jelek loh.” Ucap anak laki-laki itu sambil menghibur Disya agar tidak bersedih lagi.

Sesampainya dipesta Disya langsung menuju kearah kedua orangtuanya, dia langsung menghambur kepelukan mereka sambil menangis.

“Sya kok kamu nangis, terus lama banget ditoiletnya, terus anak laki-laki itu siapa?” Disya langsung diberondong oleh pertanyaan dengan ibunya pada saat dia memeluknya.

“Tadi aku kesasar bu nggak tau arah kembalinya dimana jadi aku nagis deh, untung ada dia yang nolongin aku.” Ucap Disya sambil menunjuk kearah anak laki-laki tersebut.

“Yaampun untung kamu nggak apa-apa sya, makasih ya nak sudah tolongin anak saya.” Ucap Sarah yang khawatir dengan keadaan Disya dan dia juga berterima kasih kepada anak itu.

“Iya tante sama-sama.” Ucap anak laki-laki itu.

“Oh iya nak nama kamu siapa?” Tanya Sarah yang penasaran dengan nama anak tersebut.

“Nama saya…” Belum sempat anak laki-laki tersebut menjawab dia sudah dipanggil oleh papanya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!