Tak terasa pagi telah tiba dan saatnya semua makhluk dibumi untuk kembali beraktivitas setelah masa istirahatnya telah habis.
Disebuah kamar seorang gadis sedang bermalas-malasan untuk berangkat kekampus karena hari ini adalah jadwal si dosen yang dia sebut songong itu, ya orang itu adalah Disya.
Dia malas untuk bertemu Brian, karena pertemuannya yang terakhir kali dapat menunjukkan bahwa sepertinya dosennya itu agak curiga dengannya.
Disya berusaha untuk tampil se perfect mungkin agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan lagi.
Setelah selesai dengan urusannya di kamar Disya langsung turun kebawah untuk sarapan, setelah itu dia menuju mobilnya dan langsung melajukan mobilnya menuju kampus. Setelah sampai dikampus Disya langsung menuju kelasnya sambil menunggu dosen datang.
Disya dan Dina membicarakan masalah pesta itu lagi, karena pesta itu akan diadakan tiga hari lagi. Hal tersebut sudah dikonfirmasikan langsung oleh dekan fakultasnya.
“Bagusnya kalau kita ke pesta nanti, barengan atau sendiri-sendiri?” Tanya Dina tentang pendapat Disya.
“Lo jemput gue aja dirumah biar kita bisa barengan, dan kelihatan punya gandengan.” Ucap Disya sambil tertawa diujung kalimatnya.
“Iya, jangan lupa tampil cantik ya, soalnya gue nggak mau kalau gandengan gue jelek.” Ucap Dina sambil bercanda diujung kalimatnya.
“Yaudah kalau gitu lo pergi sendiri aja sana, udah tau muka gue gini masih disuruh tampil cantik juga.” Jelas Disya dengan kesal.
“Hehehe main-main kali sya, baperan amat jadi cewe.” Ucap Dina.
Tak lama Brian pun datang dan semua orang seketika langsung menghentikan aktivitasnya. Kali ini karena mereka sudah mengetahui hal yang tidak disukai oleh Brian pada saat dia mengajar jadi mereka mencoba untuk tidak berbuat kesalahan.
Selama Brian mengajar suasana dikelas sangat tegang karena Brian tidak pernah menunjukkan wajah yang ramah, jadi para mahasiswa sangat segan dengan dia.
Setelah pelajaran yang sangat menegangkan tersebut selesai, para mahasiswa seketika langsung bernafas dengan lega dan bersyukur.
Dan seperti hari-hari biasanya Disya langsung membantu Brian untuk membawakan tugas dari teman-temannya.
Kali ini Disya lebih wasapada, jadi dia sangat memperhatikan jalannya. Sesampainya diruangan Brian, Disya langsung menaruh tugas teman-temannya keatas meja Brian lalu pamit pergi begitu saja sambil membungkukkan badannya.
Sedangkan Brian daritadi memperhatikan tingkah Disya, tapi belum sempat dia bicara Disya langsung meninggalkan ruangannya begitu saja, sehingga membuatnya kesal.
💥💥💥
Tidak terasa hari ini merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh mahasiswa di fakultas Disya karena merupakan acara ulang tahun fakultas, jadi mahasiswa sangat exited sekali.
Disya sedang bersiap-siap untuk menghadiri acara tersebut, dia juga sudah meminta izin kepada kedua orang tuanya dan mereka mengizinkannya.
Sedangkan diluar rumah Disya, Dina sudah sampai dan dia langsung menuju kamar Disya, dia melihat Disya juga sudah siap dengan penampilannya, jadi mereka langsung menuju kebawah sekalian pamit kepada kedua orang tua Disya.
Setelah itu mereka sama-sama masuk ke mobil Dina dan langsung menuju ke tempat acara. Setelah sampai mereka langsung masuk kedalam gedung yang menjadi tempat acaranya.
“Wah..sya ternyata pestanya meriah sekali ya, kayaknya barusan ini deh fakultas ngerayain semeriah ini.” Dina takjub dengan desain pesta yang sangat megah sekali.
Kalau sekedar untuk ngerayain ulang tahun fakultas kayaknya tidak perlu semeriah ini untuk merayakannya, jadi Dinda dan Disya berfikir pasti ada kegiatan lain selain untuk acara ulang tahun fakultas.
“Iya dan kayaknya dosen-dosen yang hadir juga sangat banyak, jadi kemungkinan ada acara lain selain ulang tahun fakultas.” Ucap Disya sambil melihat ke sekeliling gedung dan memang sangat banyak sekali dosen dan mahasiswa yang datang.
Seorang pria datang dengan setelan jasnya yang sangat menunjang penampilannya malam ini. Semua orang menatap takjub dengan tampangnya yang rupawan siapa lagi jika bukan Brian.
Sebenarnya selain untuk merayakan ulang tahun fakultas yang Disya tempati, ada acara lain yaitu untuk pergantian kepemilikan kampus, yang mana akan diberikan kepada Brian selaku pewaris keluarga Fernandes.
“Selamat malam semua.” Sapa mc menarik seluruh perhatian tamu undangan yang hadir, karena daritadi mereka hanya tertarik untuk memperhatikan Brian.
“Baiklah malam ini tentunya sudah ditunggu-tunggu oleh kalian semua, dan akan ada satu rangkaian acara lagi selain acara ultah fakultas, yakni meresmikan pak Brian sebagai pemilik baru kampus ini.” Ucap mc itu sambil melihat kearah Brian yang duduk di bangku paling depan yang telah disediakan.
Semua orang tentunya kaget dengan berita itu, karena mereka mengira jika Brian cuman sekedar untuk menjadi dosen saja dikampus itu.
Tapi sebagian orang juga memakluminya dan tidak heran lagi, karena hanya Brianlah pewaris satu-satunya keluarga Fernandes.
Setelah acara pergantian kepemilikan kampus selesai, kemudian dilanjutkan dengan acara ultah fakultas, yang mana banyak sekali makanan dan minuman yang telah disuguhkan.
Memang tidak sia-sia mereka kesini malam ini, apalagi yang cuman anak kos dan berharap kiriman tiap bulannya, tentunya akan sangat beruntung karena bisa makan gratis.
“Sya, lo mau minum wine gak? Sekali-kali, kan lo nggak pernah rasa, gue juga penasaran nih pengen coba mumpung gratis, jadi gimana kalau kita coba bareng?” Dina sangat penasaran sekali dengan rasa minuman yang memabukkan itu, jadi dia juga membujuk Disya untuk ikut mencobanya.
“Jangan aneh-aneh deh Din.” Ucap Disya yang tidak setuju dengan usul Dina.
“Please, kali ini aja Sya, lagi pula nggak banyak kok, paling cuman seteguk doang.” Ucap Dina lagi sambil terus berusaha merayu Disya.
Setelah usaha bujuk rayu dengan segala macam cara Dina, akhirnya Disya luluh juga.
Mereka meneguk wine tersebut dan merasakannya, tidak disangka ternyata efek yang diciptakan dari wine itu sangat besar sekali terhadap Disya, padahal dia cuman meneguk satu tegukan saja tapi bisa menciptakan area disekitarnya menjadi berputar-putar.
Brian yang sedang asik bercengkrama dengan teman-temannya didatangi oleh seorang pelayan dengan membawa gelas minuman, mereka yang notabenenya haus karena terlalu asik bicara akhirnya mengambil gelas tersebut lalu meminumnya.
Setelah meneguk minuman digelas tersebut Brian merasakan sesuatu yang aneh dengan tubuhnya dan dia tidak bisa menjelaskannya, karena dia baru merasakakan perasaan yang seperti ini.
“Lo kenapa Bry, kok muka lo merah gitu?” Niko melihat keadaan temannya yang tidak seperti biasanya.
“Sial, kayaknya ada yang ngejebak gue, badan gue rasanya panas banget, arghh.” Brian menahan gejolak yang ada dalam tubuhnya.
“Kayaknya lo dikasih obat perangsang deh Bry, sebaiknya lo cepat-cepat ke kamar buat mandi air dingin.” Niko memberi saran kepada Brian.
Brian menelpon asistennya buat chek-in satu kamar hotel agar dia bisa segera meredam gejolak di tubuhnya.
“Kalau gitu gue kekamar dulu ya.” Ucap Brian sambil pamit ke teman-temannya.
“Lo nggak mau kami temani Bry?.” Teman Brian menghawatirkan kondisi Brian, yang cuman pergi sendiri.
“Nggak usah, kalau ada yang tanyain gue, bilang aja gue capek jadi gue lagi pergi buat istirahat.” Jelas Brian agar sahabatnya tidak menghawatirkannya lagi.
Brian langsung berlari menuju kamar yang telah disebutkan oleh asistennya, dia sudah tidak tahan, keringat mengucur di wajah tampan Brian.
“Arghh.” Teriak Brian setelah sampai di dalam kamarnya, dia langsung berlari kekamar mandi lalu menyalakan shower, sambil terus menahan gejolak tubuhnya.
Dia berharap dengan begini bisa menghilangkan gejolak tubuhnya.
Mona yang melihat Brian berlari setelah mendapatkan telpon langsung mengikuti Brian, dia yakin jika Brian akan kesalah satu kamar yang ada dihotel ini.
Salah satu teman Brian yang daritadi memperhatikan Mona karena dia memang sudah lama tertarik dengannya langsung curiga, jika Mona lah dalang dibalik musibah yang dialami Brian.
Andre langsung mengikuti Mona kemudian menghadangnya.
“Apa-apaan sih lo, kenapa narik-narik gue gini.” Mona tidak terima denga perilaku Andre yang seenaknya saja menarik tangannya.
“Lo mau kemana? Mau ikutin Brian kan.” Ucap Andre tegas.
“Kalau iya emang kenapa, apa hubungannya dengan lo? nggak usah ikut campur ya, walaupun dia teman lo.” Ucap Mona kesal karena Andre menahannya untuk megikuti Brian.
“Terus lo bisa seenaknya masuk kekamarnya terus puasin dia habis itu lo minta pertanggung jawaban gitu? Trik lo udah basi tau nggak, sampe kapanpun gue nggak bakalan biarin lo ganggu Brian.” Ucap Andre sambil tersenyum remeh kearah Mona.
Mona yang mendengar itu langsung geram, karena Andre mengetahui rencananya.
Dia berusaha melepaskan diri dari Andre tapi itu tidak mungkin, karena tubuh Andre yang atletis dan tinggi, sedangkan Mona tidak memiliki kekuatan yang cukup kuat.
Disya yang agak mabuk memberitahu Dina agar memesan kamar dihotel saja, karena dia tidak mungkin pulang dengan keadaan seperti ini.
Setelah memesan kamar mereka langsung menuju kekamar itu, tapi ditengah jalan tiba-tiba Disya kebelet pengen ketoilet, jadi dia menyuruh Dina untuk duluan saja.
“Beneran lo nggak mau gue temani?. Ucap Dina khawatir dengan Disya karena kondisi Disya tidak memungkinkan untuk dia tinggalkan sendiri.
“Nggak usah, habis ini gue langsung ke kamar, soalnya gue udah nggak tahan.” Ucap Disya sambil berjalan sempoyongan kearah toilet umum.
Karena dari tempat yang mereka lewati tadi toilet tersebut sudah tidak terlalu jauh, jadi Disya optimis bisa pergi sendiri.
Setelah penolakan yang dilakukan Disya, akhirnya dengan berat hati Dina langsung menuju ke kamar yang akan mereka tempati.
Disya langsung ketoilet untuk membuang hajat, setelah itu dengan sisa-sisa kesadaran yang dia miliki, dia menuju lantai kamar yang telah disebutkan oleh Dina.
Saat tiba di depan pintu kamar samar-samar Disya melihat nomor kamar tersebut dan dia yang sangat yakin akhirnya masuk saja, karena pintu kamar itu tidak dikunci.
Disya langsung merebahkan tubuhnya diatas kasur. Dengan sisa-sia kesadaran yang Disya punya dia memanggil Dina dengan suara yang tida telalu keras.
“Din…Dina lo dimana?” Disya memanggil nama Dina karena tidak melihatnya dikamar, mendengar bunyi gemercik air didalam kamar mandi Disya mengira bahwa itu adalah Dina.
Brian sedang asik meredam gejolak tubuhnya yang susah hilang, gara-gara dosis obat perangsang yang diberikan oleh Mona kuat sekali, membuat dia menjadi sangat frustasi.
Brian samar-samar mendengar suara wanita dikamarnya, dia yang penasaran akhirnya keluar dengan menggunakan bathrobe yang melekat ditubuhnya sambil masih menahan gejolak didalam tubuhnya.
“Dekil…kenapa dia ada disini?” Brian berusaha mati-matian menahan hasratnya karena melihat lekuk tubuh dari Disya.
“Anghh…” Disya melenguh sambil membalikkan tubuhnya dan tidak sengaja gaunnya tersingkap hingga memperlihatkan paha mulusnya.
Brian yang tidak tahan akhirnya mendekat kearah Disya dan membangunkannya.
“ Hei…bangunlah, kenapa kamu bisa ada disini.” Ucap Brian dengan suara seraknya.
Disya yang mendengar suara pria langsung membuka matanya, dia memperhatikan Brian dari atas hingga kebawah.
“Kenapa bapak bisa ada disini.” Ucap Dina yang masih belum sepenuhnya sadar dari rasa mabuk.
“Harusnya saya yang bertanya begitu, kenapa kamu bisa ada disini? inikan kamar saya.” Ucap Brian sambil memperhatikan tubuh Disya yang mulus.
“Tidak mungkin, pasti bapak yang salah kamar.” Ucap Disya disela-sela kewarasannya yang tersisa.
“Sebelum saya bertindak lebih sama kamu, lebih baik kamu segera keluar dari kamar ini. Ucap Brian sambil mengancam
Brian menarik tangan Disya agar keluar dari kamarnya, karena dia bisa kelepasan jika Disya terus berada didalam kamarnya.
“Jika kamu tidak mau keluar dari sini, jangan salahkan saya jika terjadi sesuatu yang tidak kamu inginkan.” Ucap Brian sudah tidak tahan dengan godaan tubuh molek Disya.
Tubuh Disya memang terbilang seksi hanya saja dia menutupi itu semua dengan menggunakan baju yang kebesaran ditubuhnya.
Brian mulai menggerayangi tubuh Disya. Disya yang pada dasarnya sudah mabuk, jadi dia hanya menerima sentuhan yang diberikan oleh Brian.
Lenguhan terdengar diseluruh penjuru kamar Brian, Brian yang sudah tidak tahan dengan lenguhan dan ******* yang dikeluarkan oleh Disya, akhirnya membuka seluruh pakaian yang dipake oleh Disya.
Kini mereka berdua sudah sama-sama tidak menggunakan pakaian apapun, jadi Brian dengan leluasa bisa menikmati setiap inci tubuh Disya.
Setelah lama bermain-main dengan tubuh Disya akhirnya Brian menyatukan tubuh mereka berdua, dan akhirnya terjadilah sesuatu yang tidak seharusnya mereka lakukan.
🔥🔥🔥
Matahari pun kini telah terbit untuk membangunkan seluruh manusia agar kembali beraktifitas.
Tapi tidak bagi kedua insan yang telah melakukan hal terlarang itu, mereka masih bergelung dibawah selimut karena baru selesai dari aktifitas bercintanya pada jam tiga subuh.
Efek obat yang diberikan oleh Mona sangat besar sekali, hingga Brian tidak hanya cukup dengan satu pelepasan saja, dia menggempur Disya semalaman hingga saat ini Disya masih tidur dengan nyenyaknya.
“Enghh…” Brian melenguh kala matahari menerpa wajahnya yang terlihat sangat kelelahan.
Dia memperhatikan kamarnya dan dia mendapati wajah Disya tepat disampingnya sedang tertidur pulas.
Dia mengingat kembali adegan demi adegan yang mereka lakukan semalam, hingga membuat sesuatu yang tertidur malah terbangun.
“Ah…sial, kenapa dengan mengingat kejadian semalam membuatku kembali ingin mengulanginya.” Ucap Brian frustasi dan langsung menuju kekamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Disya yang merasakan ada yang aneh ditubuhnya lantas membuka selimut lalu dia memperhatikan seluruh tubuhnya yang ternyata tidak memakai sehelai benang pun.
Terlebih lagi bagian daerah sensitifnya sangat sakit dan dia melihat ada bercak darah diseprai yang dia tiduri.
“Aaaaa….” Disya berteriak dengan sangat nyaring, hingga membuat Brian langsung keluar dari kamar mandi dan menemuinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Khoeriah Zhariifah Naadirah
lanjut terus kak. smangat. aku udah kasih bunga juga🤭
2023-03-06
0