“Kamu harus memberitahu ayah dari anak kamu sayang, biar bagaimana pun dia berhak bertanggung jawab dan mengetahui anaknya.” Ucap Sarah lembut.
“Iya Sya, kamu harus beritahu pak Brian agar anak kamu punya ayah dan kamu nggak dicela sama orang-orang karena hamil tanpa suami.” Ujar Dina yang setuju dengan pendapat Sarah
“Hiks..hiikss... tapi kami nggak saling cinta, apalagi mukaku yang seperti ini pasti pak Brian tidak akan setuju.” Ucap Disya yang menolak ide tersebut.
“Demi anak kamu Sya, lebih baik kamu coba dulu pasti pak Brian masih punya hati nurani buat tanggung jawab.” Ujar Dina yakin pasti dosennya itu akan bertanggung jawab, karena tadi saja dia menanyakan Disya yang tidak datang kekampus.
“Baiklah… nanti suruh saja dosen kamu buat datang kerumah sayang, biar kita bisa bicara.”
“Nanti biar ibu yang beritahu ayah kamu tentang kejadian ini, kamu tenang aja sayang semua pasti ada solusinya, jangan buat macam-macam, jangan buat ibu dan ayah sedih seperti kejadian kakak kamu, kami akan selalu sayang sama kamu jadi jangan khawatir, kalau gitu ibu keluar dulu buat beritahu ayah. Dina tolong jaga Disya ya nak, tante takut dia buat nekat." Lanjut Sarah sambil melepaskan pelukannya.
“Iya, tante tenang aja Dina akan selalu disisi Disya.” Ucap Dina sambil tersenyum kepada Sarah
Dina langsung mengambil handphonenya untuk menghubungi Brian.
“Halo dengan siapa?” Ucap Brian disebrang telpon.
“Halo pak, saya Dina teman Disya, hmm....ada yang ingin Disya bicarakan dengan anda pak.” Ucap Dina gugup.
Setelah mendengar nama Disya, jantung Brian langsung berdegup kencang apakah pikirannya selama ini terjadi.
“Oh iya.”
“Ha…halo pak ini saya Disya.” Ucap Disya gugup.
“Iya, ada apa?.” Ucap Brian harap-harap cemas.
“Bisa tidak kita ketemu diluar, ada yang ingin saya bicarakan pak.” Disya ingin berbicara langsung dengan Brian sebelum dia bertemu dengan orang tuanya.
“Iya, kamu maunya ketemu dimana, biar saya kesana.” Ucap Brian.
“Di cafe xx pak.” Jawab Disya.
“Oke.” Ucap Brian langsung mematikan telponnya.
“Din, temani gue ketemu pak Brian sebentar, gue pengen bicara sama dia secara langsung.” Ucap Disya sambil berdiri dan menyeka sisa-sisa air matanya.
“Tapi kita harus izin ke bonyok lo Sya, biar mereka nggak khawatir.” Ujar Dina
“Iya nanti gue minta izin ke ibu.” Ujar Disya sambil bersiap-siap menuju tempat yang dia beritahukan ke Brian.
Setelah meminta izin kepada ibunya dan mendapatkan izin, Disya dan Dina langsung bergegas menuju café xx.
Pada saat masuk café mereka melihat Brian telah tiba dan sedang memainkan ponselnya.
Brian yang melihat mereka berdua langsung mempersilahkan duduk.
“Jadi apa yang ingin kamu beritahu ke saya?” Ucap Brian sambil menatap dalam kearah Disya.
“Saya hamil pak, ternyata kejadian itu membuat saya mengandung anak bapak.” Ujar Disya menunduk sambil memejamkan matanya.
Deg
Ternyata kekhawatiran Brian selama ini terjadi, dia sudah menduganya karena dia melakukannya bukan hanya sekali dan tanpa menggunakan pengaman.
“Jadi, apa rencana kamu selanjutnya.” Brian berusaha tenang.
“Saya ingin meminta pertanggung jawaban bapak.” Ucap Disya yakin sambil menatap mata Brian.
“Bukannya kamu pernah bilang bahwa tidak membutuhkan tanggung jawab dari saya.” Brian masih ingat penolakan yang diberikan Disya.
“Ibu saya sudah tau kejadian itu, dan dia meminta saya agar memberitahu bapak untuk bertanggung jawab. Dan dia juga mengundang bapak besok agar kerumah saya untuk bertemu.” Jelas Disya.
“Baiklah, sepertinya itu memang keputusan yang tepat.”
“Sudah berapa bulan usia kandunganmu?.” Setelah lama terdiam akhirnya Brian bersuara kembali.
“Saya belum tau pak, tadi sore saya hanya sempat mengeceknya menggunakan tespack.” Jawab Disya.
“Kalau begitu besok, setelah urusan dengan kedua orang tuamu selesai, aku akan mengantarkan kamu ke rumah sakit sekalian melihat perkembangan janin yang ada dirahim kamu.” Ucap Brian lembut sambil menatap kearah Disya.
Disya hanya menganggukkan kepalanya saja.
Sedangkan Dina daritadi dia hanya menyimak kedua orang yang sedang berbincang itu. Dia tidak mau ikut campur walaupun ini urusan sahabatnya, tapi dia yakin Disya bisa menyelesaikannya.
“Karena sudah tidak ada yang saya ingin katakan, kalau gitu saya pulang dulu pak.” Ujar Disya sambil berdiri.
“Iya kalian hati-hati, ini sudah malam.” Ucap Brian sambil mengelus pucak kepala Disya. Disya yang diperlakukan seperti itu seketika lanngsung mematung, jantungnya berdebar cukup kencang.
“Emm….iya pak.”Disya langsung menarik tangan Dina untuk meninggalkan tempat tersebut.
Disya tidak mau berlama-lama bersama Brian karena itu tidak akan baik buat jantungnya.
☀️☀️☀️
Keesokan harinya Brian menepati janjinya untung datang kerumah Disya. Dia datang seorang diri tanpa didampingi oleh kedua orang tuanya, sebab dia belum memberitahukan kedua orang tuanya terkait masalah Disya.
Setelah tiba dirumah Disya, Brian langsung dipersilahkan duduk oleh Handoko. Handoko tidak mau langsung menghakimi Brian karena dari cerita yang dia dapat ini bukan sepenuhnya kesalahan Brian.
“Kamu mungkin sudah mendengar berita tentang anak saya yang hamil dan itu karena kamu, jadi disini saya sebagai orang tua yang bertanggung jawab atas kebahagiaan anak saya, meminta kamu agar bertanggung jawab atas apa yang telah kamu perbuat.” Jelas Handoko menatap mata Brian lekat-lekat.
Sebagai orang tua tentunya Handoko ingin yang terbaik untuk anaknya, dia tidak mau nanti anaknya dicela oleh masyarakat karena dirinya yang hamil diluar nikah.
“Iya om, saya bersedia untuk bertanggung jawab terhadap Disya” Ucap Brian dengan tegas dan yakin.
“Kalau gitu saya tunggu kamu membawa kedua orang tua kamu untuk menemui saya, agar kami bisa langsung menentukan tanggal pernikahan yang cocok untuk kalian berdua.” Ucap Handoko.
“Iya om, nanti setelah pulang kerumah saya akan langsung beritahu kedua orang tua saya.” Brian terlihat tenang, dia tidak terlihat gugup sama sekali.
Kedua orang tua Disya yang melihat Brian yang sangat bertanggung jawab, begitu yakin dengan keputusannya ini, mereka tidak akan ragu untuk melepaskan putri satu-satunya kepada Brian karena mereka yakin pasti Brian akan membahagiakannya.
“Kalau gitu saya pamit dulu om…tante, sekalian saya mau minta izin buat ajak Disya kerumah sakit buat cek kandungannya.” Ucap Brian sambil menatap kearah Disya yang telihat menundukkan kepalanya.
“Iya nak, jaga baik-baik anak saya selama kalian diluar.” Ucap Handoko.
“Iya om.”
“Ayo Disya kita pergi.” Ajak Brian kepada Disya.
Sepanjang perjalanan tidak ada satupun percakapan diantara mereka. Disya hanya temenung sambil memalingkan wajahnya kesisi jendela.
Dia masih tidak yakin untuk menikah dengan Brian karena mereka tidak saling mencintai, dia ingin menikah hanya sekali dalam hidupnya.
Masih jelas teringat pada saat Brian mengatakan akan mempertanggung jawabkan anaknya hanya sampai anak itu lahir, selebihnya dia akan menceraikannya. Bukankah itu sangat kejam? Apakah wanita jelek seperti dia tidak pantas untuk dicintai dan bahagia?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments