Bab 16 : Tak berperasaan

“Baiklah karena ternyata kalian sudah saling kenal, maka kami bisa dengan mudah menentukan tanggal pernikahan kalian.”

“Gimana kalau minggu depan, kan Disya juga sudah hamil jadi kita bisa mempercepatnya sebelum perutnya membesar dan diketahui orang banyak.” Ucap Fero sambil memperhatikan Disya dan Brian secara bergantian.

“Iya Fer, aku setuju semakin cepat semakin baik.” Ujar Handoko yang menyetujui saran Fero.

Dia tidak mau putinya dicap tidak baik karena orang-orang mengetahui kehamilannya sebelum dia menikah.

“Jadi bagaimana, kalian setuju kan jika pernikahan kalian dilangsungkan minggu depan, nanti biar kami para orang tua yang akan mengurus segala keperluan pernikahan kalian. Jadi kalian hanya mempersiapkan diri dan jangan terlalu banyak beraktifitas.” Jelas Fero.

Brian dan Disya akhirnya menyetujui saran dari kedua orang tua mereka, mereka akan melangsungkan penikahan minggu depan sambil mengurus cuti buat Disya dan Brian.

Disya akan menanyakan lebih lanjut terkait kuliahnya bersama Brian, karena Brian lah yang akan menjadi suaminya dan pastinya akan menggantikan peran kedua orang tuanya, jadi dia tidak mau egois dengan menentukan sendiri jalan hidupnya.

Sembari mereka berbincang-bincang Sarah menuju dapur untuk mengambilkan lagi cemilan untuk tamunya.

Fina masih memikirkan apakah Disya bukan anak Handoko dan Sarah, karena jika dilihat dari wajah mereka, Handoko dan Sarah memiliki wajah yang tergolong tampan dan cantik.

Tapi dia langsung menghilangkan pemikiran itu karena bertanya pun tidak mungkin, sebab takut mereka akan tersinggung, tapi yang namanya ibu-ibu kepo pasti akan terus menggali informasi yang membuatnya sangat penasaran.

Disela-sela perbincangan mereka Fina menyusul Sarah kedapur untuk menanyakan terkait Disya.

“Jeng…boleh tidak saya menanyakan sesuatu sama kamu?.” Tanya Fina.

“Eh jeng…kok kesini maunya didepan saja, jadi nggak enak nih harusanya saya menjamu kamu.” Ucap Sarah tidak enak dengan Fina karena biar bagaimana pun dia tamu yang harusnya dijamu.

“Nggak papa jeng, kan sebentar lagi kita bakalan besanan jadi jangan sungkan-sungkan.” Ucap Fina sambil nyengir diujung kalimatnya.

“Jeng aku mau tanya tapi, kamu jangan tersinggung ya.” Ucap Fina lagi dengan hati-hati.

“Iya jeng, emang kamu mau tanya apa? Sepertinya serius sekali.” Ucap Sarah sambil menghentikan gerakan tangannya yang sedang menyusun kue dan memperhatikan Fina.

“Jadi gini, aku lihat wajah Disya dan wajahmu sangat berbeda apakah dia bukan anak kandungmu?, ahh jangan tersinggung ya aku cuman penasaran saja.” Ucap Fina lembut sambil mengelus punggung Sarah, takut dia tersinggung.

“Ohh…itu…sebenarnya ada rahasia yang disembunyikan Disya tapi karena kamu bertanya maka aku akan jawab, tapi janji jangan katakan pada siapapun karena biarkan Disya sendiri yang mengatakannya kepada orang-orang jika dia sudah siap.” Ujar Sarah.

Fina hanya mengangguk saja, dia sangat antusias memperhatikan apa yang akan dikatakan oleh Sarah selanjutnya, bahkan dia terus memperhatikan wajah Sarah.

“Jadi Disya memang anak kandungku, dulu aku mempunyai dua orang anak, Cantika dan Disya. Cantika adalah anak pertamaku dan Disya anak kedua. Hanya kejadian tidak mengenakkan terjadi, saat itu Cantika mendapatkan pelecehan dari beberapa orang karena wajahnya yang sangat cantik, hingga akhirnya dia memutuskan untuk bunuh diri.”Ucap Sarah dengan mata berkaca-kaca karena mengingat kembali tragedi na’as itu terjadi.

“Jadi karena kejadian itulah Disya bertekad untuk mengubah penampilan serta wajahnya. Dia mengalami trauma karena melihat langsung kejadian pada saat kakaknya bunuh diri. Sebenarnya Disya gadis yang sangat cantik bahkan mengalahkan kecantikan kakaknya, tapi hingga saat ini dia belum siap untuk menampilkan wajah aslinya.” Ucap Sarah lagi sambil menghela nafasnya kasar.

“Kasihan sekali Disya, pasti dia sangat tertekan sekali pada saat itu karena melihat langsung kakaknya bunuh diri. Semoga Disya bisa segera berdamai dengan keadaan, karena sekarang dia sudah punya Brian yang akan melindungi serta menjaganya, yang pastinya tidak akan ada orang yang mengganggunya.” Ucap Fina berharap agar Disya bisa kembali kepenampilan sebelumnya.

“Iya jeng aku juga berharap begitu, tadi aku juga sempat memberikan dia saran agar segera kembali kepenampilan yang dulu tapi ternyata dia belum siap.” Ucap sarah sedih karena berarti anaknya itu belum sembuh dari traumanya.

Setelah mereka bernostalgia tentang kejadian Disya, mereka langsung membawa camilan itu ke ruang tamu.

“Kenapa lama sekali kami sudah kehabisan bahan pembicaraan tapi kalian belum datang juga.” Ucap Handoko

“Hahaha, kamu tau sendirikan Han jika seorang perempuan sedang bergosip mereka pasti lupa waktu.” Ucap Fero sambil tertawa.

“Ah..iya maaf ya tadi kami sedang membicarakan masalah wanita, jadi agak lama.” Ucap Fina.

Setelah memutuskan tanggal pernikahan, Brian dan keluarganya pun pamit, mereka telah sepakat akan membuat acara bersama-sama, mengingat ini adalah pernikahan putra putri tunggal mereka jadi mereka sangat antusias sekali.

☀️☀️☀️

Seperti pagi-pagi biasanya Disya selalu mengalami mual dan muntah-muntah, dia akan sangat tersiksa dengan itu, tapi dia selalu meyembunyikannya, sesekali ibunya melihat Disya yang muntah tapi dia selalu berkata bahwa dia baik-baik saja.

Disya juga sudah tidak pernah lagi kekampus, dia hanya beristirahat dirumah sambil menunggu hari-H pernikahannya.

Brian sesekali masih mengurus perusahaan papanya, tapi dia juga sudah tidak pernah lagi kekampus karena sudah ada dosen kedua yang menggantikannya.

Brian dan Disya tidak pernah lagi berbicara semenjak acara temu keluarga, padahal sebagai pasangan yang akan menikah mereka harusnya antusias berdiskusi untuk menentukan gedung, pakaian, dan dekorasi seperti apa yang mereka inginkan di acara pernikahannya.

Dertt…dert….dertt…

“Disya, tumben dia menelponku, ada apa ya?” Gumam Brian sambil memperhatikan layar handphone miliknya yang tertulis nama Disya.

Brian dan Disya memang saling memiliki nomor ponsel, karena Disya merupakan keting di mata kuliah Brian.

“Halo.” Setelah lama terdiam akhirnya Brian mengangkat telponnya.

“Halo pak, saya ingin menanyakan sesuatu.” Ujar Disya.

“Iya, ada apa?” Tanya Brian.

“Kan sebentar lagi kita akan menikah, dan bapak akan menjadi suami saya, jadi saya ingin menanyakan terkait kuliah saya apakah bapak masih mengizinkan saya kuliah setelah menikah atau tidak?.” Ujar Disya menanyakan pendapat Brian.

“Masalah kuliah saya tidak akan melarang kamu, dan apapun yang kamu lakukan juga terserah kamu, saya tidak akan melarang apapun yang ingin kamu lakukan, dan juga jangan mencampuri urusan saya, ingat pernikahan kita diadakan karena keberadaan anakku di dalam rahim kamu jadi jangan lupakan itu.” Ucap Brian tegas dan tak berperasaan.

Diseberang telpon air mata Disya luruh, dia sekarang sadar siapa dirinya dimata Brian, tak lebih dan tak lain hanyalah orang yang mengandung anaknya.

Disya langsung mematikan telponnya, tak sanggup mendengar kata-kata tak berperasaan yang diucapkan oleh Brian.

Apakah serendah itu dia dimata Brian, padahal dia berniat baik menanyakan tentang masa depannya, karena dia menghargai Brian yang akan menjadi bagian dari hidupnya kelak. Tapi sepertinya dia salah, Brian hanya akan menjadi orang sementara yang akan hadir dalam hidupnya, setelah itu akan menghilang.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!