Kacau

Dikamar mandi Disya hanya menangis sambil cepat-cepat memakai pakaiannya kembali, dia benci melihat tubuhnya yang merah-merah dan sudah tidak suci lagi.

Setelah lama berada dikamar mandi akhirnya Disya keluar juga dengan mata sembab dan penampilan yang sangat menyedihkan.

“Kamu mau pulang? Biar saya antar.” Brian memperhatikan Disya yang sedang mengambil handphonenya yang berada didalam tasnya, kemudian menelpon Dina.

“Nggak usah, saya harap dengan kejadian semalam tidak akan mempengaruhi hubungan kita, yaitu antara dosen dan mahasiswi di kemudian hari.” Ucap Disya yang langsung pergi meninggalkan kamar hotel Brian.

🔥🔥🔥

Dina yang melihat temannya menelpon pun langsung mengucap syukur, dari semalam dia terus menghubungi Disya tapi tidak diangkat, dia takut terjadi apa-apa kepada sahabat satu-satunya itu.

“Halo Sya lo dimana?” Dina langsung menanyakan keberadaan Disya karena dari semalam dia tidak tau kemana temannya itu pergi.

“Kamar kita nomor berapa Din, biar gue yang kesitu.” Ucap Disya dengan suaranya yang terdengar parau karena terlalu banyak menangis.

“Kamar 207, lo kenapa Sya? Apa ada yang terjadi sama lo semalam?.” Tanya Dina yang sangat khawatir dengan keadaan Disya.

“Nanti gue jelasin.”Ucap Disya yang langsung mematikan telponnya.

Karena kamar Brian dan kamar mereka berdekatan, jadi tidak memerlukan waktu lama untuk Disya bisa sampai di kamar yang seharusnya dia masuki tadi malam.

Disya langsung masuk lalu menghambur kepelukan Dina. Dina yang melihat Disya sangat kacau tidak bisa mengeluarkan sepatah kata pun, dia membiarkan sahabatnya itu menangis sepuasnya, barulah setelah itu dia akan berbicara.

Mendengar tangis Disya yang sudah mulai mereda dan hanya tersisa isakan kecil saja, Dina mengangkat wajah Disya kemudian menangkup wajah Disya dengan kedua tangannya sambil mengusap air mata yang kerap kali turun dari mata indah milik Disya.

“Sebenarnya lo kenapa sih Sya? Jangan sungkan-sungkan buat cerita sama gue, atau memang lo belum percaya sepenuhnya sama gue?.” Ucap Dina sedih sambil menatap dalam kearah mata Disya.

Disya menggeleng lemah.

“Bukan gitu Din, gue nggak tau mau cerita darimana, soalnya gue masih syok dengan kejadian semalam.” Ucap Disya sambil menangis sesegukan, kejadian semalam masih tidak bisa dia terima, terlebih trauma dengan kejadian sang kakak kembali menghantuinya.

“Kalau gitu lo tenangin diri dulu, gue akan menjadi pendengar yang baik buat lo.” Ucap Dina lembut sambil mengusap kepala Disya.

“Makasih ya Din.” Ucap Disya yang terharu dengan perhatian yang selalu Dina berikan kepadanya.

“Iya…santai aja kali Sya, kita kan udah janji buat susah dan senang sama-sama, jadi nggak usah ada kata terima kasih diantara sahabat.” Ucap Dina sambil meluk Disya.

Setelah cukup lama dengan hanya saling berpelukan, akhirnya Disya mengangkat suara.

Dia mulai menceritakan secara detail kejadian yang dialaminya semalam tanpa dia tutup-tutupi. Tapi Disya tidak memberitahu siapa orang yang menjadi teman ons nya semalam kepada Dina.

Dina hanya mengetahui bahwa Disya telah melakukan hubungan terlarang itu dengan seorang pria yang Disya tidak ketahui siapa dan darimana asal-usulnya.

Sepanjang Disya bercerita Dina hanya bisa terdiam sambil menganga karena tidak menyangka kejadian itu bisa terjadi kepada sahabatnya.

Sangat miris memang tapi Dina juga tidak bisa melakukan apa-apa selain menenangkan Disya dan selalu mendukung Disya bahwa semua yang terjadi mungkin sudah menjadi kehendak Tuhan, jadi Disya hanya perlu sabar dan menerima dengan lapang dada.

“Din, gue bingung harus bilang apa ke nyokap dan bokap gue.” Disya sangat takut dengan yang dialaminya ini membuat kedua orang tuanya teringat kembali akan kisah sang kakak.

Tapi hal ini juga tergantung cara Disya yang akan menyikapi masalahnya dengan bagaimana, apakah dia akan bunuh diri seperti sang kakak yang tentunya akan membuat kedua orang tuanya sangat terpukul dan mungkin akan gila karena tinggal Disyalah satu-satunya anak yang mereka miliki.

Ataukah Disya akan menerima takdir yang telah terjadi dengan lapang dada.

Disya kembali teringat wajah kedua orang tuanya pada saat mereka kehilangan Cantika, tidak ada raut gembira selama bartahun-tahun lamanya, karena mereka menganggap bahwa mereka tidak bisa menjaga Cantika dengan baik makanya kejadian itu bisa terjadi pada Cantika.

Disya tidak mau kejadian itu terulang kembali, didunia ini orang tuanya hanya memiliki dia sebagai anak, kalau dia juga mengikuti jejak sang kakak apa jadinya kedua orang tuanya.

Disya tidak akan sanggup membayangkan wajah sedih orang yang telah membesarkan dan melahirkan dia dengan sepenuh hati.

“Sebaiknya lo nggak usah cerita apa-apa dulu ke bonyok lo, jika lo udah siap buat cerita, maka biarkan mereka mengetahui apa yang telah lo alami.” Ucap Dina memberikan solusi kepada Disya.

“Sebaiknya lo telpon bonyok lo biar mereka nggak khawatir, soalnya dari semalam mereka telponin gue mulu nyariin lo. Lo bilang aja kalau nginap dirumah gue, soalnya gue juga bilang begitu semalam.”

“Iya, pasti mereka khawatir banget, gue lupa soalnya terlalu banyak pikiran yang penuhi otak gue akhirnya gini deh.” Ucap Disya sedih sekaligus merasa bersalah.

“Iya nggak usah sedih lagi, masih banyak orang yang sayang sama lo dengan tulus contohnya gue..hehehe.” Ucap Dina sambil mengibur Disya.

“Iya, makasih ya Din lo emang ter the best.” Disya berusaha tersenyum.

Setelah merasa lebih baik Disya menghubungi kedua orang tuanya. Diaberusaha menetralkan suaranya agar tidak membuat kedua orang tuanya curiga dan khawatir.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!