Berdebat

Sesampainya dikampus Disya memarkirkan mobilnya dan langsung pergi ke kelasnya karena dia sudah ditunggu oleh Dina.

“Ada apa nih, kok kayak heboh banget?” Tanya Disya kepada Dina setelah dia sampai di kelas.

“Lo belum tau ya, ternyata pak Brian bakalan ngajar di kelas kita dan dia bakalan gantiin pak Frans.” Ucap Dina heboh.

“What, jadi sebentar dia dong yang masuk?” Ucap Disya kaget karena akan bertemu kembali dengan cowok songong tersebut.

“Iya, nggak sabar banget gue Sya pengen cuci mata, hehe.” Ucap Dina sambil nyengir di akhir kalimatnya.

Dan tak lama kemudian akhirnya Brian pun masuk ke kelas tersebut, yang awalnya ribut langsung mendadak hening karena Brian termasuk orang yang sangat tegas dan tidak mudah mentoleransi apabila ada yang berbuat salah.

“Semuanya diam.” Ucap Brian saat sudah tiba di kelas.

“Sebagian diantara kalian mungkin sudah tidak asing dengan saya, tapi disini saya akan memperkenalkan kembali diri saya dan syarat-syarat apa saja yang harus kalian taati ketika kelas saya sedang berlangsung, paham?” Ucap Brian tegas dan memperhatikan satu persatu mahasiswa yang ada di kelas tersebut.

“Iya pak.” Jawab masiswa di kelas tersebut dengan serentak.

“Jadi, perkenalkan nama saya Sky Brian Fernandes, kalian bisa panggil saya pak Brian, disini saya akan menggantikan posisi pak Frans karena kebetulan beliau sudah resmi pensiun, jadi saya harap kalian semua dapat bekerja sama dengan baik selama pelajaran berlangsung.” Ucap Brian

“Iya pak.” Ucap mahasiswa lagi dengan serentak.

“Adapun syarat-syarat yang kalian harus patuhi selama proses belajar mengajar berlangsung yaitu harus mensilent handphone kalian, tidak ada toleransi apabila terlambat, tidak ada yang berbicara atau ribut dan sebagainya, apabila kalian melanggar peraturan tersebut maka saya tidak akan segan-segan untuk mengeluarkan kalian dari kelas. Apakah semua yang saya sampaikan sudah bisa kalian pahami?” Ucap Brian.

“Bisa pak.” Ucap mahasiswa tersebut dengan serempak.

“Jadi karena tidak ada sesi tanya jawab kita langsung saja belajar.” Ucap Brian dan langsung memunculkan materi yang akan dia bahas hari ini dan menjelaskannya kepada para mahasiswa.

Sedangkan Disya dari tadi selalu menunduk dan tidak fokus dengan apa yang disampaikan oleh Brian entahlah dia sedang memikirkan apa, tapi yang pasti dia merasa sangat tidak nyaman.

Dan ternyata dari tadi Brian selalu melirik kearah Disya karena sangat jelas sekali kalau dia tidak fokus mendengarkan penjelasannya.

“Hey kamu yang di sana, kenapa dari tadi hanya menunduk saja dan tidak melihat kedepan, apakah muka saya ada di atas mejamu.” Ucap Brian marah sambil berjalan kearah Disya.

“Maaf pak, jika menyinggung bapak lain kali saya tidak akan mengulanginya lagi.” Ucap Disya sambil terus menunduk dan meremas bajunya.

“Jika meminta maaf itu yang benar, jangan cuman menunduk saja, emangnya saya ada di bawah kaki kamu.” Ucap Brian tegas sambil meraih dagu Disya untuk menatap kearah wajahnya.

“Iya pak, sekali lagi saya minta maaf.” Ucap Disya sambil menatap mata Brian.

“Baiklah untuk kali ini saya maafkan kamu, karena ini merupakan hari pertama saya mengajar di kelas ini, tapi untuk berikutnya saya tidak akan mentolerir sama sekali jika kalian melakukan kesalahan. Ini berlaku bukan cuman buat dia saja, tapi untuk seluruh mahasiswa yang ada di kelas ini, paham?” Ucap Brian

“Paham pak.” Ucap mereka dengan serentak.

Akhirnya pelajaran yang menegangkan tersebut telah berakhir. Banyak dari mereka yang berbisik-bisik karena dibalik ketampanan dari seorang Brian terselip ketegasan yang tidak main-main.

“Baiklah cukup sekian pelajaran hari ini, sampai jumpa dipertemuan selanjutnya.” Ucap Brian sambil menatap mereka, tapi dibalik itu semua ternyata Brian selalu memperhatikan gadis berkaca mata dan tompel yang ada dipipinya, ya dia adalah Disya.

Entah kenapa Brian selalu penasaran dan tertarik dengan sosok Disya dari pertama mereka bertemu. Karena disaat semua wanita memuja-muja dia, tapi hanya Disya yang berbeda, dia seakan tidak berpengaruh dengan kehadirannya.

“Kamu, angkat tugas teman-temanmu keruangan saya.” Ucap Brian sambil menunjuk kearah Disya.

“Baik pak.” Ucap Disya.

“Sya lo beruntung banget sih bisa dekat dengan pak Brian.” Ucap Dina yang iri dengan Disya.

“Ih kalau lo mau, minta aja sama pak Brian, gue juga ogah kali dekat-dekat dengan dia.” Ucap Disya dengan nada kesal karena Dina selalu memuji pria itu.

“Hey, kamu tidak dengar apa yang saya perintahkan, cepat kemari dan bawa tugas-tugas temanmu.” Ucap Brian marah karena Disya seperti tidak mendengarkannya.

“Iya, pak.” Ucap Disya. Dalam hati dia mengutuk Brian karena dari tadi selalu mengganggu aktifitasnya.

“Kamu tuh kalau disuruh harus cepat jangan lelet, waktu saya tuh sangat berharga, jadi jangan buat kesalahan seperti itu lagi.” Ucap Brian kesal saat Disya sudah sampai dimeja Brian.

“Lagian pak, kan disini bukan saya ketingnya, kok malah saya yang disuruh, inikan bukan tugas saya.” Ucap Disya karena sudah kesal dengan tingkah Brian yang terlewat menjengkelkan.

“Kamu berani melawan saya, ingat saya yang berkuasa dikelas ini, bahkan nilai kalian semua berada ditangan saya, jadi jangan coba-coba untuk membantah ataupun melawan saya, karena bisa jadi saya tidak akan meluluskan kamu di mata kuliah saya.” Ucap Brian tegas karena Disya telah berani melawan kata-katanya, walaupun Disya benar, tapi jika Brian yang memerintahkan langsung, maka harus segera dituruti.

“Iya pak, maafkan saya.” Ucap Disya, sebenarnya dia sangat kesal dengan tingkah dosennya tersebut tapi dia tidak mau memperpanjang masalah karena pastinya akan berakibat buruk pada nilainya.

Sepanjang perjalanan Disya hanya menunduk sambil berjalan dibelakang Brian, sehingga pada saat Brian berhenti tepat didepan pintu ruangannya, Disya yang tidak fokus lantas menabrak belakang Brian.

“Aww.” Ucap Disya meringis kesakitan sambil mengusap kepalanya.

“Kamu itu memang hobi banget ya nabrak saya, makanya fokus kalau jalan, punya mata kan.” Ucap Brian marah, dan ternyata dia juga mengingat bahwa Disya juga pernah menabraknya saat pertama kali mereka bertemu.

“Iya pak, maaf.” Ucap Disya sambil menunduk.

“Maaf…maaf…maaf saja yang selalu kamu ucapkan, sampe pegal telinga aku dari tadi dengar kamu minta maaf.” Ucap Brian marah karena selalu mendengarkan kata-kata keramat yang selalu Disya ucapkan.

Dan akhirnya mereka masuk keruangan tersebut.

“Simpan saja dimeja.” Ucap Brian sambil menuju tempat duduknya.

“Iya pak, sekali lagi saya minta maaf.” Ucap Disya setelah menyimpan tugas tersebut diatas meja Brian dan pergi.

Tapi saat Disya sudah berada di dekat pintu Brian memanggil Disya.

“Tunggu sebentar, sebenarnya wajah kamu asli atau palsu?” Ucap Brian yang penasaran dengan wajah Disya karena…..

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!