“Dia.” Ucap Disya sambil terus memperhatikan apa yang sedang dilakukan pria yang dia tabrak tadi.
“Sya…Disya, kok lo malah bengong sih, dari tadi gue panggil nggak didengar. Lagi liatin apa sih, serius amat tuh muka?.” Ucap Dina kesal karena dari tadi dia memanggil Disya tapi tidak didengar.
“Eh…lo udah datang, mana pesanan gue?” Tanya Disya yang kurang fokus dengan apa yang dibicarakan Dina.
“Nanti dibawain sama mbok kesini, lagian lo ditanya bukannya dijawab, malah nanya balik ke gue.” Jawab Dina sambil memutar bola matanya malas.
“Oh, emang tadi lo nanya apa?” Tanya Disya sambil memperhatikan muka Dina yang sedang kesal.
“Lo lagi merhatiin apa, sampe-sampe gue panggil-panggil lo malah nggak nyahut.” Jawan Dina
“Nggak merhatiin apa-apa, gue cuman mikirin tugas yang tadi disuruh ama pak Burhan.” Ucap Disya.
“Dih, kentara banget bohongnya, mana mungkin seorang Disya Farasya Handoko pusing cuman gara-gara tugas, nggak mungkin.” Ucap Dina yang mengetahui sifat dari sahabatnya tersebut.
Disya memang terkenal sebagai anak yang sangat cerdas, pada saat dia sekolah dulu tak jarang dia selalu menjadi juara umum dikelas. Karena kepintarannya itulah banyak yang iri dengan dia. Tapi Disya tidak pernah ambil pusing apa yang orang lain katakan selagi dia tidak pernah mengganggu orang tersebut.
“Makasih Mbok.” Ucap Disya dan Dina bersama saat pesanan mereka datang.
“Sama-sama neng gelis.” Ucap Mbok Ratih sambil membungkuk kemudian pergi.
Saat makan tak sengaja Disya melihat orang yang dia lihat tadi sedang duduk disalah satu bangku bagian pojok dan ditemani oleh seorang gadis cantik.
“Din, lo tau nggak cowok itu siapa?.” Tanya Disya sambil terus memperhatikan cowok tersebut.
“Oh, dia pak Brian, ganteng banget kan Sya, gue aja sampe pangling liatnya. Dia itu dosen baru disini, gue denger-denger sih katanya dia baru ngajar besok, hanya gue nggak tau dia ngajarnya dimana. Semoga dia masuk di kelas kita, supaya bisa sekalian cuci mata.” Ucap Dina sambil menunjukkan wajah penuh harap yang berbinar-binar.
“Cowok gitu aja dibilangin ganteng padahal standar banget, terus di dekat dia itu bukannya Mona ya? Kok bisa sama dia.” Ucap Disya heran karena setaunya Mona merupakan mahasiswa disitu dan dia merupakan wanita yang sangat top dikampus tersebut. Jadi Disya merasa heran darimana Mona bisa dekat bahkan akrab dengan pria tersebut.
“Yang gue denger sih katanya mereka sepasang kekasih, tapi beritanya masih kurang jelas karena hanya Mona yang mengakui hubungan mereka sedangkan pak Brian tidak pernah mengakuinya. Lagian kenapa sih lo kepo banget, naksir lo ya? Cih, tadi bilangnya mukanya biasa aja padahal naksir lo.” Ucap Dina sambil tertawa mengejek kearah Disya.
“Dih, siapa juga yang naksir, orang gue cuman kepo dikit karena dia orang yang tadi pagi gue tabrak.” Ucap Disya kesal kepada Dina karena dicurigai menyukai cowok songong tersebut.
“Oh, jadi dia orang yang bikin mood lo ancur, harusnya lo bersyukur sih karena sudah bicara dan mandang wajahnya secara jelas, sedangkan gue cuman bisa dari jauh aja, huftt.” Ucap Dina sambil menghela nafas kasar.
“Yang ada malah musibah kalau gue ketemu dia.” Ucap Disya sewot.
Sedangkan dilain tempat tepatnya di pojok kantin tersebut seorang pria sedang berdebat dengan seorang gadis cantik. Orang tersebut adalah Brian dan Mona.
“Lo ngapain sih ngikutin gue mulu, gerah gue lama-lama gara-gara lo tempelin gue mulu.” Ucap Brian kesal dengan tingkah Mona yang selalu mengikutinya kemanapun dia pergi.
“Lagian lo kenapa sih Bry ngehindarin gue mulu, padahalkan niat gue baik, gue tuh cuman pengen ngerebut hati elo kalau gini gimana caranya kita bisa dekat. Ingat orang tua kita sangat berharap dengan perjodohan kita karena bagaimanapun orangtua kita berteman baik, jadi jangan cuman karena kita mereka musuhan.” Ucap Mona kesal dengan sikap Brian yang selalu acuh dengannya.
Mereka bukan sepasang kekasih tetapi karena perjodohan yang dilakukan oleh orang tua Brian dan Mona akhirnya membuat mereka menjadi dekat. Brian belum menerima perjodohan tersebut tapi Mona yang terus memaksa agar menerimanya dan dia akan berusaha untuk merebut hati Brian.
“Lo harus ingat Mona, disini gue datang buat ngajar bukan buat ngeladenin lo, jadi seharusnya lo harus sadar diri gue bakalan jadi dosen disini dan lo harus ngehormatin gue sama seperti mahasiswa yang lain.” Ucap Brian tegas dengan tatapan mata yang tajam ke Mona.
“Tapi Bry kan mereka juga udah tau kalau kita ada hubungan khusus, jadi mereka bisa mengerti.” Ucap Mona yang tetap kekeh dengan pendiriannya untuk terus mendekati Brian.
“Tapi gue nggak pernah ngaku tentang itu semua, jadi berhenti menyebarkan hoax ke kampus ini.” Ucap Brian sambil berdiri dari tempat duduknya dengan muka marah dan berlalu pergi dari tempat tersebut.
Di kampus tersebut memang banyak mahasiswa yang sudah mengetahui Brian karena orang tuanya merupakan pemilik dari kampus tersebut. Jadi tak jarang Brian datang ke kampus hanya untuk menggantikan papanya untuk rapat terkait perkembangan kampus tersebut.
Tapi belakangan ini Brian tidak pernah lagi ke kampus karena dia harus menyelesaikan gelar magisternya di salah satu Universitas London. Jadi wajar saja jika Disya tidak mengetahuinya karena dia masuk pada saat Brian sedang tidak di Indonesia.
Brian memiliki cita-cita untuk menjadi seorang dosen tapi hal tersebut ditentang oleh orang tuanya, karena papa Brian memiliki perusahaan yang sangat besar dan dia cuman memiliki Brian sebagai anaknya jadi orang tuanya sangat berharap agar Brian dapat meneruskan perusahaan papanya tersebut.
Tapi Brian tetaplah Brian, dia akan tetap melanjutkan cita-citanya menjadi dosen sambil mengambil alih perusahaan orang tuanya. Dan akhirnya orang tua Brian setuju asalkan Brian tetap mau melanjutkan perusahaannya.
☀️☀️☀️
Keesokan harinya seperti biasa Disya akan bangun pagi dan kali ini dia tidak terlambat karena semalam dia tidur tepat waktu.
Disya bersiap-siap untuk turun kebawah untuk sarapan bersama keluarganya.
“Perfect.” Ucap Disya setelah selesai berdandan untuk membuat wajahnya terlihat buruk.
Sejak kejadian yang menimpa Cantika, Disya menjadi anak tunggal dan sangat diperhatikan oleh orang tuanya karena takut kejadian Cantika terulang kembali.
“Pagi, ibu, ayah.” Sapa Disya pada saat tiba dilantai bawah rumahnya.
“Pagi sayang, sini sarapan dulu.” Ucap Sarah ibu Disya.
“Iya bu.” Ucap Disya sambil duduk di bangku depan ibunya.
“Gimana Sya kuliah kamu, ada kendala tidak?” Ucap Handoko ayah Disya karena dia takut jika Disya mengalami masalah pada saat kuliah.
“Ngak ada kok yah semua baik-baik aja.” Jawab Disya.
“Oh baguslah kalau begitu, kalau ada masalah jangan ragu-ragu buat melapor sama ayah ya.” Ucap Handoko perhatian kepada Disya.
“Iya yah, makasih atas perhatiannya.” Ucap Disya kepada Handoko.
“Sama-sama nak, itu memang sudah menjadi tanggung jawab ayah selaku orang tua kamu.” Ucap Handoko.
Setelah selesai sarapan Disya pun pamit ke orang tuanya.
“Ayah, ibu Disya pamit ke kampus dulu ya.” Ucap Disya.
“Iya, nak hati-hati ya.” Ucap Sarah.
“Iya bu.” Ucap Disya sambil mencium tangan kedua orang tuanya dan pergi
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments