Agam mengetuk pintu rumah Gendis, duda itu harus bisa membawa Gendis kembali bersamanya, dan dia akan menjelaskan tentang siapa sebenarnya Delila, karena sejatinya Agam mengharapkan Gendis yang menjadi pendamping hidupnya.
'Tok tok tok'
Terdengar suara ketukan pintu yang tentu saja membuat Gendis bersembunyi, ia tidak ingin bertemu dengan Agam.
"Tolong Yah, Bu. Tolong jangan bilang jika Gendis ada di rumah ini, Gendis tidak mau bertemu dengan Tuan Agam, Ibu mau membantu Gendis, bukan?" pinta Gendis kepada sang ibu.
"Iya ... ibu akan bilang kepadanya, tapi kenapa Gendis? Apa Tuan Agam sudah menyakitimu, sehingga kamu tidak ingin bertemu dengannya lagi?" tanya sang ibu yang tentunya sangat terkejut dengan perubahan sikap sang anak.
Gendis menggelengkan kepalanya, dan Ia pun belum bisa menceritakan tentang apa yang terjadi pada dirinya dan majikannya.
Gendis pun memutuskan untuk pergi ke belakang rumah, berharap ia tidak mendengar percakapan sang majikan dengan ibunya, pak Sulaiman pun tidak bisa memaksa anaknya untuk menemui Agam.
Pak Sulaiman dan istrinya hanya saling menatap, kemudian keduanya pergi ke luar untuk menemui Agam yang sudah mengetuk pintu sedari tadi.
Perlahan pintu rumah terbuka, terlihat pak Sulaiman dan istrinya yang sedang menyambut kedatangan orang yang paling berpengaruh di kampung mereka itu.
"Selamat siang Tuan Agam! Mari silakan masuk! Emm ada yang bisa saya bantu?" sapa pak Sulaiman kepada Agam. Kemudian Agam dipersilahkan masuk dan duduk di kursi sederhana milik keluarga Gendis, kursi reot dan sudah tua, untuk sejenak pak Sulaiman membersihkan kursinya sebelum Agam duduk.
Agam pun melarang pak Sulaiman untuk melakukan itu, ia merasa tidak enak dengan perlakuan yang terlalu istimewa dari pak Sulaiman, meski tak bisa dipungkiri jika dulu Agam sangat kasar kepada pak Sulaiman.
"Maaf jika kedatangan saya ke sini sudah mengejutkan pak Sulaiman dan ibu Farida, saya datang ke sini ingin bertemu dengan Gendis, apa Gendis ada di sini? Kemarin dia pergi dari rumah saya dan memutuskan untuk tidak lagi menjadi pembantu saya," ungkap Agam dengan wajah yang penuh kehilangan.
Pak Sulaiman dan istrinya saling menatap, entah ada masalah apa antara Gendis dan majikannya sehingga Gendis lari dari rumah sang majikan.
"Mohon maaf sebelumnya, Tuan! Jika boleh kami tahu, sebenarnya ada masalah apa yang membuat Gendis pergi dari rumah Anda? Jika kami tanya dia hanya bilang tidak apa-apa, tapi wajahnya tidak bisa berbohong, Gendis sangat sedih, dan terkadang ia melamun sendiri," ungkap bu Farida.
"Betul, Tuan! Bukannya kami melarang untuk bertemu dengan Gendis, tapi ini permintaan Gendis sendiri, dia tidak ingin bertemu dengan Anda, saya juga tidak mengerti apa maunya anak itu!" sambung pak Sulaiman.
Agam pun tersenyum, dan akhirnya ia menceritakan semuanya kepada kedua orang tua Gendis tentang permasalahan yang sebenarnya terjadi antara dirinya dan Gendis, pak Sulaiman dan istrinya pun mulai mengerti. Karena itulah pak Sulaiman dan bu Farida mengizinkan Agam untuk berbicara dengan putri mereka, Agam terlihat serius kepada Gendis. Pak Sulaiman pun menunjukkan dimana Gendis berada.
Akhirnya, Agam bisa tersenyum dan ia masih punya kesempatan untuk berbicara kepada Gendis dan menjelaskan semuanya kepada gadis itu.
Gendis saat ini sedang berada di belakang rumah, dimana ia sedang duduk di bangku panjang sembari ditemani ayam-ayam peliharaan orang tuanya, sambil melamun Gendis tampak memberikan makanan untuk ayam-ayam itu.
Hingga akhirnya, ia dikejutkan dengan kedatangan seseorang yang tiba-tiba duduk di sampingnya dan berkata, "Jangan melamun! Tuh ayam-ayam nya minta makan!"
Spontan Gendis menoleh ke samping dimana suara itu sangat ia kenali, dan tentu saja ia melihat wajah majikannya yang sedang tersenyum kepadanya.
"Tu-tuan? Tuan ngapain di sini?" tanya Gendis yang terkejut bagaimana bisa Agam menemuinya di sana, sementara di sana tempatnya kotor dan tidak mungkin orang seperti Agam mau duduk di tempat yang banyak ayam-ayam di sekitarnya.
"Kenapa? Kamu terkejut melihatku di sini?" jawab Agam sembari menatap wajah Gendis yang beberapa hari ini tidak ia lihat. Gendis spontan memalingkan wajahnya, karena dirinya sebenarnya ingin melupakan wajah itu, tapi nyatanya justru Agam datang mencarinya.
"Untuk apa Tuan datang ke sini? Saya kan sudah bilang saya akan segera melunasi kekurangan hutang ayah kepada Tuan, Anda tidak perlu khawatir, saya pasti akan melunasinya, saya akan bekerja di tempat lain, dan saya tidak akan menjadi pembantu di rumah Anda lagi, apalagi sekarang Tuan akan menikah, saya tidak mau menjadi pengganggu di rumah Anda, karena saya ... karena saya ...." Gendis tidak melanjutkan kata-katanya, tapi yang ada justru Agam mendekati Gendis dan mencium gadis itu.
Sedari tadi Agam sudah tidak tahan dengan ucapan Gendis yang sangat tidak ia sukai, ia bungkam mulut Gendis dengan ciuman kasih sayang untuk membuktikan jika Agam benar-benar mencintainya.
Gendis terkejut dan membelalakkan matanya, ia hanya melihat wajah Agam di depan matanya, sementara bibir mereka saling bersentuhan. Entah kenapa Gendis tidak bisa berbuat apa-apa, seolah dirinya menjadi patung dadakan ketika Agam mengecup bibir itu dengan lembut.
Setelah kecupan manis itu Agam lakukan, pria itu pun ganti berbicara kepada Gendis dengan begitu dekat.
"Gendis, dengarkan aku! Aku sudah pernah bilang padamu, aku serius ingin melamar mu menjadi istriku, karena aku sangat mencintaimu, apa kamu tidak merasakan hal yang sama seperti diriku? Aku tahu jika kamu juga merasakannya, bukan? Katakan jika kamu juga mencintaiku?" seru Agam yang sungguh membuat Gendis dag dig dug, bola matanya bergerak memperhatikan bola mata Agam, tatapan mata itu tidak bisa dibohongi jika Gendis juga memiliki perasaan sama.
"Tapi Nona Delila?" tanya Gendis.
"Aku dan Delila tidak punya hubungan apa-apa, lagipula aku tidak menyetujui perjodohan itu, karena aku hanya mencintaimu, aku hanya ingin kamu yang menjadi Nyonya Agam, ayo kita pulang, kamu tidak akan menjadi pembantu lagi di sana, tapi kamu akan menjadi istriku, Nyonya Agam!" ungkap Agam penuh harap.
Gendis menundukkan wajahnya dan Ia merasa sangat tidak mungkin untuk menikah dengan sang majikan, meskipun sebenarnya ia juga memiliki perasaan yang sama dengan Agam.
"Tapi Tuan, apa Anda tidak malu mempunyai istri seperti saya? Saya bukanlah keturunan dari orang kaya, saya cuma gadis miskin anak dari seorang penjual mie ayam, apa Tuan tidak malu dengan pandangan orang-orang?" Gendis berkata sembari menatap kedua bola mata sang majikan.
"Malu? Untuk apa aku memikirkan tentang hal itu, aku tidak perduli dengan pendapat mereka, karena bukan mereka yang menjalani kehidupan ini, tapi kita. Karena aku sudah sangat jatuh cinta kepada mu, Gendis. Hanya kamu satu-satunya wanita yang mampu meluluhkan hati seorang Agam Brandon, kamu sudah meruntuhkan dinding kesombongan dalam hatiku. Menikahlah denganku, aku mohon!!" pinta Agam dengan tatapan matanya yang penuh harapan.
...BERSAMBUNG ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Dyah Oktina
terima ....terima ....terima... aja gendis.. dari pd sedih2 kla jauh... mending sm duda yg jelas2 dah ngak punya pasangan.. dari pd ngaku bujang tp d dua kan
2023-11-22
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘱𝘭𝘪𝘴 𝘥𝘦𝘩 𝘈𝘨𝘢𝘮 𝘬𝘭 𝘮𝘢𝘶 𝘯𝘺𝘢𝘵𝘢𝘪𝘯 𝘤𝘪𝘯𝘵𝘢 𝘫𝘯𝘨𝘯 𝘥𝘪 𝘬𝘢𝘯𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘺𝘢𝘮 𝘥𝘰𝘯𝘬 𝘨𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘳𝘰𝘮𝘢𝘯𝘵𝘪𝘴"𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘪𝘩 😅😅😅😅😅
2023-04-23
3
🌟æ⃝᷍𝖒ᵐᵉN^W^NH^Ti᭄💫
ini lamaran dikandang ayam ya😷,aku ngebayangin kok baunya sampe sini Thor🤣🤣🤣🤣🤣
2023-03-09
2