Gendis pun menundukkan wajahnya karena malu, sementara Agam pun tampak tertawa kecil dan mengatakan sesuatu yang membuat sang pembantu semakin malu.
"Nah gitu dong senyum, anak cewek kalau sedang menangis itu kelihatan jelek," seru Agam. Gendis pun menjawab apa yang dikatakan oleh sang majikan.
"Dari dulu saya udah jelek kok, Tuan! Tak menangis pun saya tetap kelihatan jelek, miskin lagi, mungkin karena saya miskin membuat bu Sukoco tidak mau menyetujui hubungan kami." Mendengar pengakuan dari sang pembantu, Agam pun mengerutkan keningnya.
"Bu Sukoco siapa?" tanya Agam penasaran sembari menyandarkan tubuhnya pada sebuah meja di samping Gendis, sehingga Gendis tampak salah tingkah karena sang Tuan berada begitu dekat dengannya. Gendis pun sedikit menjauh agar dirinya tidak terlalu dekat dengan sang majikan.
"Emm ... bu Sukoco tetangga saya, dia ibunya Arif, tadi kami bertemu di halaman rumah sakit dan bu Sukoco bersama seorang gadis yang katanya gadis itu adalah calon istri Arif, huhuhuhu sedih tahu nggak sih, Tuan! Bu Sukoco bilang saya ini tidak pantas untuk menjadi menantunya, karena saya ini anaknya ayah, emangnya ayah salah apa? Apa karena saya ini orang miskin sehingga bu Sukoco berbicara seperti itu, saya sedih Tuan, sedih sekali!!" ungkapan kata-kata Gendis mendorong Agam untuk memeluk gadis itu, ia merasa kasihan melihat Gendis yang menangis karena merasa terhina oleh ucapan tetangganya.
"Ssssttt sudah! Jangan menangis, nggak usah dengerin mereka ngomong apa, lagipula untuk apa lagi kamu harapkan cinta Arif, dia sudah membohongimu, Gendis. Dia sudah mengkhianatimu, apalagi orang tuanya sudah berkata seperti itu, kalau aku jadi kamu, aku nggak bakalan mau berhubungan dengan mereka, aku akan tunjukkan kepada mereka yang sudah menghina bahwa kita tidak seperti yang mereka kira, kamu harus kuat karena kamu pantas bahagia, masih banyak cinta diluar sana yang menantikan dirimu, tidak usah terfokus pada Arif, dia tidak pantas untukmu, masih ada yang lebih pantas untukmu, yang lebih mencintaimu, menyayangimu dan melindungimu." Agam berkata panjang lebar dan tentu saja Gendis pun baru menyadari jika sang majikan sedang memeluk dirinya sembari mengatakan hal itu.
Spontan Gendis melepaskan diri dari pelukan Agam, tentu saja gadis itu merasa tidak enak, ia takut jika ada orang yang melihat dan menuduhnya macam-macam.
"Maaf Tuan! Sebaiknya Anda tidak perlu melakukan itu, karena jujur saya merasa nggak enak jika ada pelayan lain yang lihat, nanti dikiranya saya macam-macam kepada Tuan!" ucap Gendis dengan segala kepolosannya. Agam pun tertawa kecil melihat tingkah Gendis yang semakin membuatnya sangat ingin sekali untuk menggoda gadis itu.
"Ternyata kamu lugu sekali, aku kan cuma menghiburmu, tidak boleh ya! Jangan khawatir, lagipula aku tidak akan pernah tertarik dengan gadis sepertimu, terlalu bau kencur," celetuk Agam yang membuat Gendis tidak terima disebut sebagai bau kencur.
"Tuan kalau ngomong jangan sembarang, ya! Enak aja bau kencur, saya sudah gede, Tuan! Saya sudah tujuh belas tahun, tahun ini menginjak delapan belas tahun, masa disebut bau kencur sih!!" ucapnya sembari memainkan ujung bajunya.
"Oh ya! Ah aku kira masih lima belas tahun, ternyata sudah delapan belas tahun, hmm!!" sahut Agam sambil manggut-manggut. Gendis pun segera meminta izin untuk keluar dari kamar sang majikan.
"Hmm baiklah kalau begitu, Tuan! Saya permisi dulu, terima kasih banyak atas waktunya sudah mendengarkan perasaan saya, meskipun sebenarnya Anda tidak perlu tahu juga nggak apa-apa," seru Gendis sambil beranjak pergi dari kamar Agam. Namun, rupanya Agam memanggil kembali nama Gendis.
"Tunggu Gendis!"
Gendis pun menoleh dan melihat sang majikan yang berjalan menghampirinya.
"Ada apa lagi, Tuan?' tanyanya dengan menatap bola mata sang majikan. Agam berhenti tepat di depan sang pembantu, pria itu pun mengatakan jika Gendis tidak boleh patah semangat, ia harus tunjukkan kepada bu Sukoco jika dirinya sangat mampu menjadi wanita tegar, dan suatu saat nanti bu Sukoco akan malu jika pernah berbicara itu kepadanya.
"Percayalah! Suatu hari nanti, mereka yang menghinamu akan merasa malu sendiri, jangan pernah putus asa Gendis!"
Entah kenapa Gendis merasa begitu senang saat mendapat semangat dari sang majikan, padahal sebelumnya Gendis sangat membenci sosok Agam. Gendis pun tersenyum, dan sebelum Gendis pergi, gadis itu berkata kepada Agam, "Saya sangat berterima kasih sekali kepada Tuan, karena berkat Tuan, ibu saya mendapatkan perawatan, bagaimana bisa saya membalas kebaikan Tuan, dengan saya bekerja di rumah ini saya akan mengabdi kepada Tuan dengan ikhlas sampai nanti hutang-hutang ayah saya lunas." .
Mendengar pengakuan dari sang pembantu, Agam pun tersenyum dan berkata dalam hati, "Selamanya kamu akan berada di rumah ini, Gendis!!"
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Dyah Oktina
loh bukannya lagi d dapur ya... kok tahu2 keluar dari kamar sih... 🤔🤔😅
2023-11-22
0
Erviana Erastus
nah kan bakalan jadi nyonya Agam 😁
2023-05-03
0
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘎𝘦𝘯𝘥𝘪𝘴 𝘢𝘴𝘢𝘭 𝘬𝘢𝘮𝘶 𝘮𝘢𝘶 𝘫𝘥 𝘪𝘴𝘵𝘳𝘪 𝘴𝘢𝘺𝘢 😌😌😌😌
2023-04-23
0