Di sebuah rumah mewah berdesain bak istana dengan pilar-pilar rumah yang sangat tinggi, lampu kristal yang berjajar rapi di setiap ruangan, membuat rumah itu terlihat seperti rumah seorang Sultan. Seorang pria berperawakan tinggi tegap, tubuh sempurna, pria itu tampak memakai perhiasan emas di pergelangan tangannya, dengan memakai cincin berlian pada jari tengahnya yang ditaksir mencapai satu miliar untuk satu cincin bermata berlian itu.
Agam Brandon, pria dewasa yang sudah lama menduda, sang istri meninggal dunia sekitar tiga tahun yang lalu, Agam Brandon memiliki bisnis besar di bidang properti, pria dengan segala harta melimpah itu nyatanya adalah seorang duda, pria yang itu tampak sedang duduk di kursi kebesarannya. Ia sedang menunggu kedua orang suruhannya yang sedang menjemput seorang gadis yang menjadi penebus hutang-hutang ayahnya yang tak lain adalah Gendis.
Sementara di luar, mobil mewah yang membawa Gendis, tiba di depan halaman luas kediaman Tuan Agam Brandon. Mobil itu berhenti dan dengan segera seorang bodyguard membukakan pintu untuk Gendis yang saat itu masih bingung sedang berada dimana dirinya. Ia melihat ke sekeliling, Gendis disuguhkan dengan pemandangan rumah yang sangat besar dan megah, sejenak ia mengerutkan keningnya ketika melihat betapa besarnya rumah Tuan Agam.
"Silahkan masuk Mbak Gendis, Tuan Agam sudah menunggu." Seru salah seorang bodyguard itu. Gendis pun menganggukkan kepalanya dan segera masuk ke dalam rumah mewah itu.
"Astaga! Rumah sebesar ini, pasti seharian nggak kelar-kelar hanya untuk bersih-bersih di sini," Gendis membatin membayangkan pasti pekerjaannya yang pastinya sangat sibuk, mengingat rumah Tuan Agam sangat besar dan terdapat di dalamnya banyak ruangan-ruangan.
Gendis hanya bisa menghela nafas dan pasrah, semoga saja dirinya bisa segera melunasi hutang-hutang sang ayah dengan mengabdi di rumah Tuan Agam.
Gendis diantarkan oleh seorang pelayan kepada Tuan Agam, sejenak air muka Gendis berubah menjadi sinis saat dirinya akan dihadapkan oleh laki-laki yang sangat menyebalkan baginya.
"Ck! Semoga saja aku nggak mual lihat mukanya, tuan sombong ini benar-benar sudah membuatku kesal, gara-gara dia Arif terluka, udah nabrak nggak mau minta maaf lagi, sebel kalo ingat, kalau saja bukan karena terpaksa, aku nggak mau bekerja di rumah ini, malas banget harus bertemu mukanya yang songong itu setiap hari, diihh!" umpat Gendis dalam hati. Gendis berdiri dan melihat seseorang yang duduk di sebuah kursi dengan posisi membelakanginya, setelah beberapa saat kursi itu bergerak membalik kearahnya.
Gendis menatap sinis wajah pria yang saat ini sedang melihatnya. Siapa lagi kalau bukan Tuan Agam Brandon.
"Hei kamu, sudah tahu apa tugasmu di rumah ini?" seru Agam dengan suara datarnya. Gendis pun malas menjawab pertanyaan sang Tuan karena dirinya masih merasa kesal atas kejadian tempo hari.
FLASH BACK ON
Pagi itu seperti biasa setiap berangkat sekolah, Gendis berangkat ke sekolah bersama sang pacar yang merupakan teman sekelasnya, Arif Tri Andika. Pemuda tetangga Gendis yang juga merupakan pacarnya.
Gendis menunggu kedatangan Arif untuk berangkat sekolah bersama, saat itu Arif hampir tiba di tempat Gendis berada, yaitu pinggir jalan di depan poskamling kampung mereka.
Gendis sumringah melihat kedatangan sang pacar yang memakai motor Yamaha Vixion kesayangannya dengan kecepatan tinggi seperti anak racing, Arif lupa jika dirinya sedang berkendara di jalanan kampung yang pastinya banyak orang yang lalu lalang di sekitarnya. Tiba-tiba saja dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang meluncur dengan kecepatan sedang. Arif yang berkendaraan dengan kecepatan tinggi itupun dia tidak menyadari jika ada sebuah mobil dari arah tikungan sedang melaju ke arahnya dan akhirnya Arif tidak bisa mengendalikan laju motornya yang terlanjur kencang. Dan akhirnya ....
'Braaakkkk'
Suara itu terdengar sampai di telinga Gendis, ia berlari menghampiri arah sumber suara yang sudah sangat dekat dengan posisinya sekarang. Dilihatnya sang pacar dan seorang pria sedang berdiri sambil beradu mulut.
"Anda harus ganti rugi, Pak! Anda sudah menabrak saya!" seru Arif dengan ekspresi emosi kepada pria yang diketahui bernama Agam Brandon itu. Pria itu tampak tenang dan terlihat sedang melepas kacamata hitam miliknya.
"Hai anak muda! Kamu pikir kamu itu Rossi? Main kenceng-kencengan di jalan seperti ini, masih untung aku menabrak mu daripada kamu yang menabrak orang lain." Balas Agam dingin, motor Arif terlihat penyok setirnya sementara pemuda itu hanya mengalami luka lecet pada lengan nya.
Gendis langsung menghampiri sang pacar yang saat itu sedang berhadapan dengan laki-laki yang mempunyai banyak tanah di kampung mereka. Gendis melihat sang pacar yang terluka, tak terima melihat Arif sang pacar yang terluka, Gendis langsung meminta pertanggungjawaban dari Agam yang saat itu terlihat diam terpaku saat dirinya melihat wajah Gendis.
"Gimana sih, Tuan. Anda harus bertanggung jawab atas apa yang terjadi pada pacar saya, gara-gara Anda, Arif terjatuh dan luka-luka." Gendis terlihat membela sang pacar.
Agam tidak menggubris perkataan Gendis, pria itu hanya terpaku pada wajah Gendis yang membuatnya terpesona.
"Siapa gadis ini? Cantik. Aku harus tahu siapa dia." Batin Agam dengan tatapan matanya yang tidak bisa dibohongi jika laki-laki itu tergoda oleh pesona Gendis.
Disaat Gendis berusaha menolong sang pacar, Agam tiba-tiba pergi begitu saja tanpa berkata apa-apa kepada mereka berdua, tentu saja apa yang dilakukan oleh Agam membuat Gendis marah.
"Eh kok malah pergi! Tunggu Tuan! Woi tunggu!" teriak Gendis saat Agam langsung pergi dengan mobilnya.
Sejak saat itu, Gendis sangat membenci Agam, Gendis menganggap jika Agam Brandon adalah pria yang sombong dan arogan.
FLASHBACK ON
"Pelayan! Cepat antarkan gadis ini ke kamarnya, mulai hari ini dia akan tinggal di rumah kita." Titah Agam kepada seorang pelayan untuk membawa Gendis ke kamarnya.
Kemudian pelayan itu mengantarkan Gendis untuk menunjukkan dimana letak kamarnya. "Mari, Mbak Gendis! Saya antarkan ke kamar!" seru pelayan itu. Gendis pun menurut dan dengan tatapan yang penuh kebencian, Gendis melihat Agam dengan sangat sinis.
Sangat berbeda dengan Agam, pria itu terlihat begitu dalam menatap wajah Gendis, seolah dirinya memiliki kekaguman tersendiri kepada gadis itu.
"Gendis! Semoga saja kamu betah tinggal di rumah ini, dan aku berharap kamu bisa tinggal di sini untuk selamanya." Agam bermonolog sendiri. Pria itu rupanya menaruh hati kepada Gendis sejak pertama kali ia bertemu dengan gadis itu.
Sesampainya di kamar, Gendis dikejutkan dengan kamar tidur yang disediakan khusus untuknya, kamar itu terlihat mewah dan tidak seperti kamar pembantu, tentu saja itu membuat Gendis heran.
"Silahkan Mbak Gendis. Ini kamarnya." seru pelayan itu sembari menunjukkan setiap sudut ruangan yang ada di dalam kamar itu, sang pelayan menunjukkan kamar mandi dan lemari pakaian yang sudah berisi baju untuk Gendis. Desain kamar itu lebih mewah dari hotel, dan Gendis pun pun bertanya kepada sang pelayan.
"Maaf, Mbak! Ini beneran kamar saya? Nggak keliru?" tanya Gendis sembari melihat-lihat sekeliling kamar. Sang pelayan pun mengiyakannya.
Setelah pelayan menunjukkan semua sudut ruangan, maka pelayan itupun segera keluar dari kamar Gendis. Ia hanya sedikit heran, apakah semua kamar pelayan seperti kamar miliknya, Gendis pun tidak perduli, yang jelas ia datang untuk bekerja di rumah duda itu demi untuk melunasi hutang-hutang sang ayah.
"Dah lah bodo amat, mau kamar bagus kek jelek kek, aku harus tetap bekerja di sini, agar secepatnya aku bisa melunasi hutang-hutang ayah." Gumam Gendis yang tetap berharap dirinya bisa melunasi semua hutang-hutang ayahnya.
Hari itu juga, Gendis pun mulai melakukan tugasnya sebagai pembantu di rumah Tuan Agam yang mewah, Gendis tampak sedang mengepel lantai, disaat yang bersamaan Agam berjalan menuju ke dalam rumah, tentu saja sepatu yang dipakai oleh Agam menjadi kotor, sejurus Agam melihat Gendis yang sibuk mengepel lantai, ada senyum terukir dari bibir pria itu. Ia pun berjalan mendekati Gendis dan sengaja menginjak lantai yang baru saja Gendis bersihkan.
Dengan tanpa dosa, Agam berjalan seperti biasa seolah dirinya tidak melihat Gendis yang sedang mengepel lantai itu. Sementara itu Gendis yang sudah capek-capek mengepel lantai, gadis itu terlihat geram dan Ia pun berkata kepada sang majikan.
"Maaf, Tuan! Bisa tidak Tuan tidak lewat sini dulu, Anda tidak lihat saya sedang mengepel nya?" seru Gendis dengan tatapan yang kesal. Agam mendekatinya dan berkata kepada gadis itu. "Memangnya kamu siapa? Melarang ku untuk lewat sini, terserah aku lewat di mana, itu sudah tugasmu membersihkan lantai bekas jejak Kakiku, ngga usah manja jadi pembantu." Seketika Gendis menoleh ke arah sang majikan.
"Sialan nih orang, kalau bukan karena hutang-hutang ayah, aku nggak mau berhubungan dengan manusia sombong seperti ini." kesal Gendis dengan tatapan matanya yang penuh kemarahan.
...BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Meiya Lee
mf Thor dari pada dirumah kita mending di rumah ini Thor kayaknya bahasanya lebih bagus aja.
2023-08-12
2
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝘎𝘦𝘯𝘥𝘪𝘢 𝘺𝘨 𝘴𝘢𝘭𝘢𝘩 𝘵𝘶𝘩 𝘈𝘳𝘪𝘧 𝘺𝘨 𝘥𝘢𝘩 𝘴𝘦𝘦𝘯𝘢𝘬𝘯𝘺𝘢 𝘯𝘨𝘦𝘫𝘢𝘭𝘢𝘯𝘪𝘯 𝘮𝘰𝘵𝘰𝘳 𝘯𝘺𝘢 𝘺𝘨 𝘬𝘦𝘯𝘤𝘦𝘯𝘨 🤦♀️🤦♀️🤦♀️🤦♀️
2023-04-23
0
Elvi Nopricha
semoga gendis gk berlaku kurang ajar ,klo si arif celaka itu krna ulah nya juga kan.
2023-03-14
0